TIGA PULUH DUA

669 35 0
                                    

Maaf banget ya semua, ngga bisa narget buat ngelarin wattsy 2019. Sedih sih tapi ceritanya tetep di kelarin kok. BTW makasih ya uda setia nungguin cerita ini

================================================================================

Freya POV

Mentari pagi menyelinap dari celah jendela, Freya mengerjapkan mata dan berusaha menutupi mulutnya yang tengah menguap. Kantuk masih mendominasi tubuhnya hingga memaksanya untuk kembali tidur. Ia memiringkan tubuhnya namun sebuah kilatan kejadian semalam melenyapkan rasa kantuknya. Ia bangun dan mengumpulkan memorinya untuk memastikan jika kejadian semalam hanyalah mimpi.

Ia memejamkan matanya dan mengingat-ingat kejadian yang ia alami kemarin hingga pada saat kejadian itu, bola matanya terbuka dan membulat sempurna.

"Ya Allah!" rutuknya sembari mengetuk-ngetukkan kepalanya.

Menetap di Korea selama 3 tahun tak lantas membuatnya menjadi wanita bebas. Ia masih sangat mengingat ajaran yang ayah dan ibunya berikan, terutama ajaran mengenai lawan jenis. Di usianya yang ke 27 tahun ini, tak pernah terlintas dipikirannya untuk mencoba melakukan sex dengan lelaki yang bukan suaminya. Ia masih dibayang-bayangi trauma sakit hati yang disebabkan oleh cinta pertamanya, yaitu Deniz.

Freya selalu mempunyai kontrol yang baik pada tubuhnya, bahkan ia bisa mengontrol dirinya saat bersama dengan Se-Gi yang saat itu masih berstatus sebagai kekasihnya. Kontak fisik mereka hannya sebatas mengamit tangan atau pundak dan ciuman kening, itupun bisa dihitung dengan jari.

Entah mengapa semalam dengan mudahnya ia terbuai dengan mata Deniz yang seakan menghipnotisnya. Dia ikut terhanyut dengan tatapan mata itu hingga membuatnya merelakan ciuman pertamanya. Yang lebih parah lagi lelaki itu adalah Deniz! lelaki yang ia benci.

"Mendingan gue mandi daripada kepikiran yang enggak-enggak!" gumamnya sendiri.

Freya bangkit dari tempat tidur empuknya sembari menutup mulutnya yang menguap lebar. Dengan langkah gontai, Freya menapaki lantai bermotif kayu itu menuju kamar mandi. Setelah menanggalkan semua pakaiannya, ia memutar keran air dingin dengan harapan bisa mendinginkan pikirannya pagi ini.

Deniz POV

Tumpukan berkas yang berjejer rapi di meja kerja itu tak bisa mengalihkan pikirannya dari kejadian semalam. Ada gelayar aneh dalam hatinya jika mengingat ciuman itu. Bukan kali pertama ia melakukan sebuah ciuman namun entah mengapa bibir Freya memiliki rasa yang berbeda. Tak banyak bibir yang Deniz rasakan selama hidupnya namun ia bisa membandingkan mana yang mempunyai rasa istimewa dan tidak.

Jika dilihat secara mendetail, Freya memiliki tubuh yang ideal. Kulitnya mewakili kulit orang Asia, rambutnya hitam bergelombang serta wajah manis yang tak pernah bosan untuk dipandang. Senyumnya yang menawan mengingatkannya pada gadis gendut yang pernah membuatnya kesal yaitu si black bear. Namun Deniz segera menghempaskan pikirannya itu karena sangat tidak mmungkin jika wanita yang semalam ia cium adalah Freya si gendut.

"Memangnya hanya dia saja yang punya senyum menawan!" sergah Deniz.

Deniz mendesah pelan, sejak membuka matanya pagi ini tak sedikitpun bayangan wajah Freya menghilang dari pikirannya. Bahkan saat sedang sarapanpun, bayangan wajah polos Freya terlihat di cangkir tehnya. Nampaknya ia harus melakukan sesuatu untuk mengalihkan pikiran kotornya akibat ciuman semalam.

Tok...tok...tok...

"Yes please!".

"Maaf tuan, mata-mata kita sudah menemukan lokasi JT. Saya sudah mengabarkannya pada Mr.Kenzo dan beliau ingin bertemu dengan anda malam ini." lapor Harry.

Hold This HandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang