TUJUH

637 38 1
                                    

Selama 2 bulan terakhir ini, Deniz mengikuti terapi sesuai dengan arahan dr.Margo namun sang pasien hanya menunjukkan peningkatan sekitar 5 % saja. Dia masih terlihat nyaman duduk di atas kursi rodanya dibandingkan belajar berjalan kembali.

Padahal semua terapi yang ia jalani merupakan program terapi terbaik yang dr.Margo rekomendasikan. Terbukti dengan beberapa pasiennya yang kembali berjalan dengan normal setelah menjalani terapi ini.

Nampaknya lelaki tampan itu masih belum menemukan alasannya untuk kembali berjalan. Terlihat dari sorot matanya saat melakukan terapi, matanya memancarkan keterpaksaan. Entah apa alasan dibalik keterpaksaannya itu, hanya dia dan Tuhan yang tahu.

Seperti siang ini, Deniz memilih berdiam diri di samping kolam renang sambil memandangi hamparan perbukitan berwarna hijau yang menyejukkan mata. Ia tak bergeming sedikitpun dari tempatnya sejak 2 jam yang lalu. Sang ajudanpun tidak berani mengusik ketenangan majikannya. Ia memilih mengawasi tuannya dari balik jendela.

Vila seluas 800 meter itu hanya di huni oleh Deniz, Harry, Freya dan pak Wayan. Sedangkan pembantu yang bertugas membersihkan rumah hanya datang setiap pagi dan pulang saat sore hari. Deniz benci dengan keramaian, ia lebih senang suasana rumah yang tenang. Itu sebabnya ia hanya memperbolehkan pak Wayan untuk tinggal di villa karena hanya dia satu-satunya orang yang hafal dengan jalan disini.

Siang itu hanya terlihat Deniz sang satu orang tukang kebun di halaman belakang. Sang tukang kebun terlihat mendangir rumput liar yang tumbuh di sekitar border tanaman. Sesekali ia menarik bola matanya ke depan untuk melihat tuannya yang tak bergerak sedikitpun.

Deniz terhanyut dalam lamunannya. Ia mengenang saat-saat indah bersama dengan Kate yang membuatnya selalu tertawa. Jujur saja, sampai dengan saat ini ia masih menyimpan nama Kate dalam hatinya. Tak ada satu wanitapun yang bisa menggantikan nama Kate didalam hatinya.

Rumah Sakit

Hari ini merupakan hari pertama koas Freya. Ia menjadi assisten dr.Margo seperti yang sudah direncanakan. Ada 15 mahasiswa yang datang bersama dengan Freya, termasuk Olive dan Sella. Mereka semua terbagi ke beberapa poli hingga UGD. Freya ada di poli syaraf, Olive dan 2 orang temannya ditempatkan di poli kandungan, Sella dan 4 orang temannya ditempatkan di poli bedah dan sisanya ditempatkan di UGD dan laboraturium.

Freya dan beberapa temannya kini berada di ruang auditorium untuk mendapatkan pengarahan selama magang 1 tahun nanti, Mereka dibekali dengan pengetahuan dasar menangani pasien serta menggambarkan tugas dan tanggung jawab. Selama ini mereka hanya belajar dari balik meja dan kini saatnya mereka mempraktekan semua ilmu yang dosen ajarkan di kelas.

Setelah seharian mereka menerima pembekalan, kini saatnya mereka mengunjungi poli masing-masing sesuai penempatanya. Gambaran pertama kali saat mereka bertatap muka dengan pasien adalah tegang. Beberapa dari raut wajah mereka menunjukkan jika mereka gugup saat bertemu dengan pasien secara langsung.

Kini Freya berjalan beriringan dengan dr.Margo sambil membahas perkembangan terapi Deniz. Beliau meminta Freya untuk sedikit bersabar menangani Deniz karena kondisi mentalnya belum pulih betul. Kondisi fisik dapat di sembuhkan dengan obat dan perawatan yang baik namun jika kondisi mentalnya yang terguncang, maka hanya dia sendiri yang bisa menyembuhkannya.

Pertama kali mendapatkan tawaran untuk merawat Deniz, dr.Margo mendapatkan bocoran dari Mrs.Dawson jika putranya itu sedang patah hati. Sebelum kecelakaan dan sampai dengan saat ini ia masih belum bisa move on dari tunangannya.

Beliau meminta Freya untuk mendekati Deniz dan menjadikannya teman. Mungkin jika mereka berteman, Deniz bisa mengeluarkan isi hatinya dan membantu penyembuhannya dari dalam. Dr.Margo ingat dengan pesan ibu Deniz saat mereka pertama kali bertemu.

Hold This HandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang