SEPULUH

786 40 0
                                    

"Come on  Al!!! you can do it. Hold this hand " kata Freya sambil mengulurkan tangannya.

Deniz masih berjalan tertatih-tatih layaknya balita yang sedang belajar berjalan, pelan namun pasti. Deniz menyebut nama Kate dalam setiap langkahnya. Hanya wajah Kate yang ingin ia lihat di penghujung langkahnya.

Freya terus menyemangati Deniz setiap kali melangkahkan kaki. Ia bersiap menjadi pemandu sorak layaknya pertandingan team basket kampusnya. Di luar perasaannya pada Deniz, Freya menginginkan pasien yang ia rawat pertama kalinya sembuh.

Walau bagaimanapun Freya harus sadar jika posisinya saat ini adalah dokter magang yang kebetulan ditempatkan untuk merawat Deniz. Ia harus bisa memisahkan antara pekerjaan dan urusan hatinya.

Dr.Margo meminta Freya untuk mengirimkan laporan perkembangan terapi Deniz selama berada di Bali via email. Terlihat dr.Margo mengangguk-anggukkan kepalanya saat membaca laporan yang Freya berikan. Baru 1 minggu di Bali, Deniz sudah menunjukkan hasil yang signifikan. Dr.Margo mengambil ponselnya untuk menghubungi nyonya Alena.

"Assalamualaikum ibu Alena" sapa dokter itu.

"Waalaikumsalam dokter" jawab Alena.

"Saya ingin memberikan kabar baik mengenai perkembangan terapi Deniz. Syaraf di kaki Deniz sudah kembali berfungsi, otot penunjang di kakinyapun makin kuat. Jika Deniz seperti ini terus, maka tak lama lagi ia bisa kembali berjalan" jelas dr.Margo dengan menggunakan istilah umum agar Alena dapat mengerti.

"Alhamdulillah dokter, saya senang mendengarnya" balas Alena dengan rasa syukur.

"Ini semua karena doa seorang ibu. Tak henti-hentinya anda mendoakannya hingga Allah memberikan mukjizat-Nya kepada Deniz" ucap sang dokter.

London

"Sayang, aku punya kabar baik untukmu. Kata dr.Margo, Deniz sudah menunjukkan banyak perkembangan. Dia sudah bisa berjalan walaupun sedikit tertatih" jelas Alena pada suaminya.

"Aku senang mendengarnya" jawab Maliq dengan senyum yang mengembang.

"Ayo kita segera pergi ke Bali, aku sudah tidak sabar ingin melihat anakku" pinta Alena.

"Tidak bisa sekarang sayang. Kau ingat kan, Jeremy sedang mengurus pembaharuan kontrak Tiffany. Jadi aku harus menemui Mr.Thomas sendiri" jawab Maliq.

Alena mengerutkan dahinya sembari memberikan tatapan kecewa pada suaminya.

"Ooohhh sayang, jangan tunjukkan wajah itu" kata Maliq merayu istrinya.

"Aku akan menemanimu ke Bali mom" celetuk Zean si anak bungsu.

"Oke baby, let's go" pekik Alena dengan penuh semangat.

Maliq hanya tersenyum melihat tingkah laku istrinya yang menggemaskan. Alena tidak bisa dibantah jika itu menyangkut anak-anaknya. Bahkan Alena pernah tidak memberikan Maliq jatah malam jum'atnya hanya karena berdebat tentang anak-anaknya. Semenjak saat itu, Maliq selalu mengalah pada Alena jika itu berhubungan dengan anak-anak.

(Mampuz lu, ga di bagi jatah malem Jum'at kan 🤣🤣🤣)

Bali

Harry memberikan secarik kertas yang berisikan dokumen yang Deniz minta. Lelaki itu menunjukkan ekspresi terkejutnya saat membaca laporan itu.

"Jadi selama ini kau menghindariku karena ini" gumamnya dalam hati.

"Harry, bisakah kau atur pertemuanku dengannya?" tanya Deniz.

"Baik tuan, akan saya pastikan semuanya akan berjalan sesuai keinginan tuan. Saya permisi, selamat sore" kata Harry.

Hold This HandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang