DELAPAN

677 35 4
                                    

8 bulan sudah Freya tinggal bersama Deniz sebagai perawatnya. Walaupun Deniz masih belum terbuka sepenuhnya pada Freya, setidaknya lelaki itu masih mau berbagi sedikit kisah hidupnya dengan Freya.

Siang ini Freya menikmati hari liburnya dengan tenang. Ini adalah kali keempat ia menghabiskan liburannya bersama sang ibunda tercinta. Walaupun setiap bulan Deniz memberikan ijin untuk pulang namun kegiatannya di rumah sakit juga tak bisa ia abaikan. Sesekali Freya mencuri waktu hanya untuk sekedar melihat kondisi ibunya di sela-sela kegiatannya yang padat.

Selagi Freya di rumah, sang ibu memasak semua makanan kesukaan Freya. Seperti siang ini, meja makan yang biasanya hanya berisi 2 sampai 3 piring kini penuh dengan beberapa piring. Ada sop daging, perkedel kentang, martabak tahu, sambel goreng kentang plus pete dan es melon sebagai penutupnya.

Dalam sekejap semua isi piring itu berpindah ke dalam perut Freya. Ia melahap semua makanan itu seperti orang kesurupan. Ia tak perduli dengan nasi yang berceceran di sekitar piringnya atau mulut yang belepotan, ia hanya ingin melepas rasa rindunya pada masakan sang ibu.

Coffe Shop

Ketika hari mulai beranjak sore, Freya pergi ke sebuah coffe shop untuk berkumpul dengan Olive dan Sella. Sudah lama mereka tidak menghabiskan waktu santai bersama semenjak Freya menerima job dari keluarga Kusumoatjo.

"Gimana kabar pasien lo yang ganteng itu?" tanya Olive.

"Ganteng jidat lu!!" pekik Freya.

"Eehh salah, kita ulang ya. Gimana kabar si muka kulkas?" ralat Olive.

"Udah mendingan sih. Setidaknya dia uda mau curhat ama gue walaupun dikit." jawab Freya.

"Lo sih enak, sambil menyelam minum kopi. Udah koasnya di Villa, bareng ama bule dan yang paling penting, lo ga kena omelan dari para senior" keluh Sella.

"Bener bener. Gue juga sebel banget ama senior gue, sok banget tu orang. Pengen gue sumpel tu mulut pake kantong infus biar kicep sekalian" imbuh Olive.

Entah apa reaksi yang harus ia tunjukkan di hadapan sahabatnya. Bahagia?? Tidak!! karena Deniz masih belum sepenuhnya terbuka padanya. Sedih?? Tidak juga. Sikap acuh dan angkuh Deniz berkurang jauh dari sebelumnya. Bersyukur?? Mungkin, kata itu lebih cocok ia ucapkan atas perubahan sikap Deniz yang mulai mau bekerja sama dengannya.

Freya melihat ekspesi kedua sahabatnya saat menceritakan kejadian seru saat mereka magang di rumah sakit. Sella yang selalu sport jantung setiap kali ada pasien yang di bawa ke IGD, lalu Olive yang sempat panas dingin saat menangani persalinan normal dan  semua itu membuat Freya iri.

Ingin sekali ia merasakan pengalaman seperti kedua sahabatnya. Menangani berbagai jenis pasien dengan berbagai latar belakang, begadang di bangsal untuk memantau keadaan pasiennya, sharing dengan rekan-rekan dan senior merupakan sebuah pengalaman baru baginya. Namun ia tetap bersyukur dengan kondisi magang yang ia terima saat ini.

Waktu menunjuk pada pukul 20.15, tanpa mereka sadari percakapan itu tengah berlangsung 3 jam lamanya. Sebenarnya hari masih belum terlalu malam namun mereka harus bergegas menggapai ranjang empuknya agar tidak terlambat keesokan harinya.

Setibanya di rumah, Freya melihat sang ibu sedang duduk di depan TV sambil melihat sinetron "mak ijah ngga pergi pergi juga ke Mekah". Freya menghampiri ibundanya lalu merebahkan kepalanya ke pangkuan sang ibu. Ia menemukan sebuah kedamaian ketika menyandarkan tubuhnya pada sang ibu.

Bagai sebuah kapas yang menyerap air, begitu juga dengan pelukan sang ibu yang mempu menyerap semua lelahnya. Tak ada yang bisa menyamai hangatnya pelukan sang ibu dan lembutnya belaiannya. Sepanjang malam Freya hanya memeluk erat tubuh ibunya seakan-akan ingin berpisah. Yang ada di pikiran Freya saat itu adalah ingin berada di samping ibunya hingga suara adzan subuh berkumandang.

Hold This HandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang