DUA BELAS

732 46 5
                                    


Drrttt drrttt

Freya merasakan ponsel di tas kecilnya bergetar. Untuk sesaat dia tidak memperdulikan ponselnya, mata dan kakinya terlalu fokus untuk mengejar Kate agar tidak lepas dari pandangannya.

Drrt drrtt

Ini kali ketiga ponselnya berdering, dengan terpaksa Freya menghentikan langkahnya dan mengambil posel itu.

"Fre, kamu dimana. Ibu kamu kritis. Ibu kamu ingin bertemu kamu secepatnya!" kata dokter Ike.

"Astaghfirullahaladzim, satu setengah jam lagi jadwal penerbangannya. Saya usahakan secepatnya kesana" kata Freya.

Kepala Freya mendadak pusing. Dia sempat memegang tiang lampu agar tubuhnya tidak menyentuh aspal. Perlahan Freya mengedarkan pandangannya untuk menyisir tempat parkir itu. Kate hilang dari pandangannya, apa yang harus ia lakukan?

Freya mencari Kate seperti orang kebingungan, ia bahkan melihat mobil di parkiran satu persatu.

Drrttt drrtt

Sebuah pesan masuk kedalam ponselnya. Sebuah pesan dari maskapai penerbangan yang memberitahukan batas waktu chek in. Pikiran Freya kacau, ia tak lagi memperdulikan Kate. Kini ia berlari ke mobil Alena yang terparkir di tempat VIP untuk mengambil tas dan kopernya.

Beberapa detik setelah Freya menarik kopernya, sebuah tangan mencekal pergelangannya tiba-tiba.

"Jangan sekali-kali kau kabur, atau kau akan menerima akibatnya!" ancam Deniz.

"Sorry Al, I have to go. Please" pinta Freya.

"Jangan coba-coba menghindar. Temukan Kate sekarang dan minta maaflah!" gertak Deniz.

"Aku mohon Al, mengertilah. Aku harus pergi sekarang. Ibuku berada di ICU, aku harus segera mengejar pesawat sekarang" kata Freya memelas.

Deniz bahkan tak menghiraukan penderitaan Freya. Lelaki itu masih diselimuti amarah karena Freya telah mempermalukan wanita yang ia cintai. Deniz menyeret paksa tangan Freya untuk masuk kedalam mobil. Deniz akan membawa Freya ke tempat Kate menginap dan meminta maaf padanya.

"Al, aku mohon antar aku ke bandara sekarang. Aku harus mengejar pesawat. 20 menit lagi aku harus chek in" pinta Freya.

"Shut up!" pekik Deniz.

"Minta maaflah dulu pada Kate. Kau bisa menggunakan pesawatku untuk pulang" kata Deniz dengan nada sedikit rendah.


30 menit kemudian, mereka telah sampai di hotel tersebut. Freya mengikuti Deniz yang masih menyeret tangannya. Sebenarnya bisa saja Freya menghempaskan tangan itu namun rasa bersalahnya pada Kate yang membuat kakinya melangkah mengikuti Deniz.

Sebuah senyum muncul di sudut bibirnya kala melihat kamar dengan nomor 1503. Entah ini kebetulan atau tidak, nomor itu adalah tanggal mereka resmi berpacaran "15 Maret".

Tok tok tok

Dia melihat lelaki yang Deniz yakini adalah dokter sekaligus sahabat yang selama ini merawat Kate. Air muka Deniz berubah setelah mendengar tangisan wanitanya yang terdengar dari tempatnya berdiri.

"Kate" panggil Deniz lirih.

Kate tak dapat menahan dirinya untuk tidak memeluk Deniz. ia langsung menabrakkan dirinya kedalam pelukan hangat lelaki yang masih mengisi hatinya. ia menumpahkan segala kerinduan yang terpendam lewat air mata yang membasahi tuxedo Deniz.

"Kate, sorry. Aku tak seharusnya bersikap seperti itu. Maukah kau memaafkanku" kata Freya dengan tulus.

"It's oke. Aku mengerti situasinya karena kau tak tahu keadaan yang sebenarnya. Aku pantas mendapatkan ini semua karena aku meninggalkan lelaki yang sangat baik. Bahkan akulah penyebab kecelakaan yang menimpa Deniz" jelas Kate.

Hold This HandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang