LIMABELAS

864 43 0
                                    

Freya menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur setelah menghadiri pemakaman Bo-Ra. Lelah! Ia lelah dengan keadaan, lelah dengan lingkungannya, lelah dengan pertikaian, lelah dengan orang-orang yang penuh dengan kebusukan. Ketika tubuhnya tak bisa lagi berdiri dengan tegak, tempat tidur adalah satu-satunya pilihan untuk menjatuhkan diri.

Matanya kian terpejam seiring dengan detak jam yang tertempel di dindingnya. Suara itu seakan menghipnotisnya untuk terjun makin dalam ke alam mimpinya.


"Freya .... Freya" penggil seorang wanita.

"Ibu ... benarkah ini ibu?" tanya Freya.

Wanita yang ia panggil ibu itu mengangguk dengan pelan.

Freya menghambur ke dalam pelukan wanita yang selama ini ia rindukan. Pemakanan tadi mengingatkannya akan kejadian beberapa tahun yang lalu. Air mata yang sama, isak tangis yang sama, suasana yang sama. Semua itu membuka kenangan pahit yang tersege didalam hatinya.

"Ibu, aku merindukanmu. Aku rindu pelukan hangatmu" ucap Freya lirih.

Sang ibu menangkup wajah putri semata wayangnya itu lalu menghapus bulir-bulir air mata yang membasahi pipinya.

"Jangan menangis sayang. Lihat, wajah cantik putri ibu jadi luntur kan" ejek sang ibu.

"Ibuuuu" rengek Freya dengan manja.

"Ceritakan pada ibu semua hal yang mengganjal di hatimu agar hatimu lega. Luruhkanlah semua beban di pundakmu agar meringankan langkah kakimu" ucap sang ibu sembari mengusap lembut rambt Freya.

Beberapa saat kemudian meluncurlah semua beban yang mengganjal di hati Freya. Masalah rekan kerjanya, masalah pekerjaannya dan terakhir masalah Yong-Rae yang membuat Freya meradang. Namun ada sepercik kekuatan yang membuat Freya tetap bertahan, yaitu Se-Gi. Pria yang selama ini menjadi motivasinya untuk merubah diri.

"Ikuti kata hatimu sayang, karena hati tak akan pernah berbohong" ucap sang ibu.


Krriiiiiiiiiiiiinnngggggggg

Bunyi alarm yang memekik itu begitu menusuk gendang telinga Freya sehingga membuatnya bangun dari mimpinya.

"Ibuuuuu. Terimakasih sudah hadir dalam mimpiku" ucap Freya sendu.

Pagi ini Freya bisa merasakan sinar mentari yang hangat menyentuh kulitnya. Udara yang sejuk membuat semangatnya membumbung tinggi. Seperti kata ibunya, ia harus mengikuti kata hati. Artinya segala sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya harus segera di basmi layaknya serangga di tempat sampah.

Langkah Freya begitu ringan saat berjalan menyusuri kompleks pertokoan. Ia mampir ke coffe shop langganannya untuk membeli kopi. Tak lupa pula ia membelikan kopi untuk Se-Gi dan teman-temannya. Suasana hati Freya benar-benar sedang dalam keadaan baik saat ini hingga ia menebar senyumannya kepada setiap orang yang menyapanya pagi itu.

"Annyeong haseyo" ucap Freya saat masuk kedalam café itu sembari .

"Coffe!!!" teriak Ki-Joon.

"I like you Fee" ucap Daniel sembari menyambar kopinya.

"You're te best" kata Min-Hyuk sembari mengangkat jempolnya.

"Thanks" kata Se-Gi.

"Hey itu semua tidak gratis!" pekik Freya yang membuat semua orang berhenti meminum kopinya.

Hold This HandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang