EMPAT BELAS

775 47 0
                                    

Sore itu hujan turun perlahan. Freya tak lupa jika besok merupakan akhir pekan, sebagian dari teman-temannya menghabiskan malam ini untuk pergi bersama keluarga atau kekasih. Sementara Freya, hanya asyik duduk di ruang istirahatnya sembari melihat drama Korea favoritnya.

Bukan karena tak ada yang mengajaknya keluar, namun ia enggan menjalin hubungan yang rumit disaat hatinya baru saja move on dari masa lalunya. Mungkin dia harus berkencan dengan ruangan UGD malam ini karena ia merasa lebih nyaman dengan ruangan yang penuh dengan suasana mencekam itu daripada bersama dengan seorang pria.

Lagipula Freya tak suka dengan keramaian yang menampilkan sepasang kekasih yang bermesraan atau segerombolan gadis norak yang menginjak usia remaja. Freya tak ingin terjebak dalam suasana seperti itu.

Badan Freya langsung berdiri tegap setelah mendengar seorang perawat meneriakkan namanya. Freya berlari menghampiri suara yang memanggilnya.

"Jelaskan kondisinya?" perintah Freya pada salah satu petugas ambulance.

"Korban mengalami patah tulang di area kaki, dikhawatirkan dia mengalami gegar otak karena dai tidak bisa menggerakkan lehernya bahkan ia tak bisa menggerakkan jarinya sendiri" jawab petugas tersebut.

Freya memasang hands scoon dan masker setelah mensterilkan tangannya terlebih dahulu. Ia menempelkan ujung stetoskop ke dada pasien yang terhubung ke telinganya untuk mendengarkan detak jantungnya. Ia mengecek denyut nadi sembari melihat ke layar monitor di depannya. Matanya begitu fokus meneliti setiap inci tubuh pasiennya.

"Ambil sampel darahnya lalu bawa pasien ke ruang radiologi. Aku mau hasil rontgen kepala, tulang belakang dan kakinya." perintah Freya pada suster yang tengah membantunya.

Freya menghampiri meja administrasi untuk menemui keluarga pasien.

"Bagaimana keadaan Bo-Ra dokter?" tanya sang ibu pasien.

"Saya belum bisa memastikan apapun, kita tunggu hasil lab dan rontgen dari pasien. Berdoalah, semoga Tuhan memberikan keajaiban pada putra ibu" jawab Freya.

"Tolong anak saya, Bo-Ra sengaja di tabrak. Dia anak baik, tolong selamatkan anak saya" pinta ibu itu memelas.

30 menit kemudian Freya melihat hasil kondisi pasiennya. Patah tulang di area kaki dan retak pada tulang ekor membuat kondisi pasiennya sulit untuk bangun. Belum lagi pendarahan di otak dan kerusakan syaraf di area leher membuat kemungkinan untuk normal kembali sangatlah kecil.

Mau tidak mau, Freya harus menyampaikan berita buruk ini pada keluarganya. Freya menjelaskan kondisi pasien dengan bahasa yang umum agar keluarga mengerti maksudnya.

"Langkah awal yang akan kami lakukan adalah operasi untuk menghentikan pendarahan di otak" kata Freya.

"Lakukan apapun untuk menyelamatkan Bo-Ra" pinta sang ibu.

"Setelah menjalani operasi, kemungkinan pasien akan selamat tapi ... dia ..... akan lumpuh total" jelas Freya.

Seketika wanita paruh baya itu menangis dan bersimpuh di bawah kaki Freya.

"Lakukan apapun! lakukan yang terbaik! berapapun biayanya akan kami berikan" kata sang ibu de sela-sela tangisannya.

"Maaf saya harus menyampaikan berita ini, terjadi kerusakan yang parah pada tulang belakangnya, mulai dari leher hingga tulang ekor termasuk  syaraf di daerah leher sehingga kecil kemungkinan untuk normal kembali" jelas Freya dengan hati-hati.

Disaat sang ibu sedang menangis tersedu-sedu, 2 orang polisi terlihat berjalan ke arah mereka.

"Selamat malam, kami ingin memberitahukan fakta yang kami temukan dilapangan" kata salah satu polisi pada wanita yang masih menangis itu.

Hold This HandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang