TUJUH BELAS

734 38 0
                                    

Harum roti yang keluar dari oven memenuhi seluruh penjuru café. Aroma vanilla yang menyeruak, aroma kopi yang menyegarkan dan aroma strawberry yang menggeitik seakan meningkatkan moodboster para pelanggan.

Se-Gi terlihat cekatan saat menguleni adonan pastry bersama dengan Min-Hyuk. Sebenarnya pikiran Se-Gi sedang tidak bersamanya saat itu, dia masih teringat dengan baby Jo yang sekarang ini sedang bersama Freya. Entah apa yang akan terjadi pada gadis itu jika membawa seorang bayi bersamanya.

Apakah baby Jo akan menyulitkannya saat bekerja?

Bagaimana nasibnya jika Freya sedang memeriksa pasien?

Siapa yang menjaganya sementara Freya sibuk dengan kegiatannya di UGD?

Pertanyaan itu memenuhi pikirannya saat ini.

"Bisakah kau melanjutkan ini, aku ingin menelepon Fee." kata Se-Gi pada Min-Hyuk.

"Oke." jawab Min-Hyuk singkat.

Se-Gi mengayunkan kakinya menuju pintu belakang untuk menghubungi Freya karena ia tak ingin pembicaraannya didengar oleh teman-temannya.

"Bagaimana keadaan baby Jo?" tanya Se-Gi.

"Ooohhh aku hampir saja kewalahan jika tidak ada Gwen. Untung saja dia sedang tidak bertugas, jadi aku bisa menitipkannya sebentar." keluh Freya.

"Maaf aku tak bisa menjaganya. Kau tahu kan bagaimana keadaan dapur, aku tak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada baby Jo." kata Se-Gi.

"Aku rasa kita perlu membicarakan ini lagi. Kita tidak bisa seperti ini terus menerus, kita punya kesibukan masing-masing yang tidak bisa ditinggalkan." kata Freya.

"Bersabarlah, maaf aku merepotkanmu siang hari tapi aku berjanji akan mengurus baby Jo saat malam hari." kata Se-Gi.

Siapapun yang mendengar Se-Gi saat itu, pasti akan salah mengartikan pembicaraan mereka. Terang saja, sikap Se-Gi layaknya seorang suami yang sedang membicarakan pembagian tugas untuk menjaga anak. Sungguh pembicaraan keluarga kecil yang menyentuh hati.

Se-Gi tak menyadari jika sedari tadi ada seorang pria yang mendengar pembicaraan mereka diam-diam. Sebenarnya pria itu tak sengaja mendengarnya, hanya saja Se-Gi tak menyadari kehadirannya di sana sejak awal.

"Se-Gi! Apa yang sedang kau bicarakan?" tanya lelaki itu.

"Bayi? Apa kau mempunyai seorang bayi? Diam-diam kau memiliki bayi tanpa sepengetahuanku!" kata lelaki itu dengan nada marah.

Duuuaarrrr

Suara petir itu memenuhi hati dan pikiran Se-Gi hingga membuat lelaki itu diam tak berkutik. Se-Gi tak menyangka jika Eric akan mendengarkan pembicaraannya dengan Freya. Se-Gi masih diam ditempatnya dengan tatapan mata yang tak bisa lepas dari Eric.

"Katakan Se-Gi, apa yang kau sembunyikan dariku!" tanya Eric menunjut penjelasan.

"Eemm itu .... Eeemmm biar aku jelaskan dulu, kau salah paham" kata Se-Gi sembari menggenggam tangan Eric.

Eric. Lelaki tampan dengan wajah khas bule itu terlihat merajuk. Emosinya mirip dengan wanita saat sedang PMS. Tak ada satu otangpun yang tahu jika mereka berdua merupakan sepasang kekasih, dengan kata lain mereka adalah penyuka sesama jenis.

*Iiiyyyuuuuhhhhhh gay'ung dong maaakkk. Amit amit jabang jabang 😖😖😖

Se-Gi berusaha menenangkan Eric yang mulai merajuk dengan menceritakan kejadian yang sebenarnya. Se-Gi sangat hafal sifat Eric jika sedang merajuk, dia pasti tidak akan mau bicara padanya hingga Se-Gi meminta maaf dan menuruti permintaannya.

Hold This HandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang