Chapter 18

41 1 0
                                    

Fisika, kimia, biologi memang ada penjelasannya. Tapi tentang aku mencintaimu, itu tidak ada alasan. Aku benar-benar menyukai bahkan mencintaimu tanpa memandangmu dari segi apapun.
-Gilang-

"Abang gak bisa ngejelasinnya Nai, coba kamu tanya ke mama kamu."

Naifa mendelik mendengar jawaban Rano
"Kan Naifa sekarang mau abang yang jawab. Lagi pula disini gak ada mama"

Sekarang ini mereka sudah melanjutkan perjalanan pulang menuju rumah Naifa setelah menghabiskan ice cream. Rano melihat Naifa sebentar lalu fokus menyetir mobil lagi
"Nanti di rumah lah" jawab Rano. Setelah itu Naifa sibuk dengan handphonenya

________

Sudah sampai rumah, Naifa segera mengetuk pintu bewarna coklat tua itu. Naifa mengernyit karena tidak ada tanda-tanda pintu akan di bukakan.

Ceklek

Ternyata pintu itu tidak di kunci setelah Naifa mendorongnya. Naifa melihat sekeliling rumahnya yang keadaanya sunyi seperti tidak ada penghuninya. Lantas ia melangkahkan kaki menuju tempat di mana suara tv menyala.

"Ck. Ternyata tidur" ucap Naifa saat menemukan Riko tertidur di sofa depan Tv. Naifa kembali melangkahkan kakinya menuju kamar untuk mengganti baju, setelah itu ia ke dapur lalu ke kamar kedua orang tuanya.

Tidak ada siapa siapa di sana saat Naifa membuka dan melihat sekitar kamar orang tuanya. Naifa kembali lagi ke tempat di mana Riko tidur.

Ternyata dia sudah bangun batin Naifa memandang adik laki-lakinya yang sedang mengucek-ngucek mata itu

"Dimana mama?"

"Lagi ke rumah temen"

Naifa mengangguk-anggukan kepalanya. Lalu duduk di sebelah kiri Riko sambil mengganti channel Tv.

"Hey boyyy!!" Jerit Rano dari arah pintu. Ia pun melambai lambaikan tangannya ke arah Riko, kemudian mereka berdua melakukan tos ala anak laki-laki.

"Eh ada makanan" ucap Rano mengalihkan pandangannya ke arah brownies yang terletak di depan sofa lalu memakannya. Rano pun duduk di sebelah single sofa yang ada di debelah kanan Riko

"Ganti chanel sih, bosen" ucap Rano langsung merebut remot tv yang ada di tangan Naifa dan menggantikannya dengan chanel lain

Naifa melirik sinis ke arah Rano lalu melangkahkan kakinya menuju kamar dengan di hentak-hentakan. Rano hanya melirik sekilas ke arah Naifa dan kemudian melirik ke arah Riko.

Dia ngambek? Pikir Rano lalu mengedikan bahunya

_________

Naifa menutup pintu dengan sedikit membantingnya lalu memutar kunci. Ia sedang tidak ingin di ganggu saat ini. Naifa kesal bukan karena Rano tadi, tapi Naifa kesal karena mengingat sesuatu yang ia dapat hari ini. Tentang ayah kandungnya yang sudah meninggal saat ia masih kecil. Dan betapa bodohnya dia tidak mengingat hal itu. Dan juga sekarang Naifa baru menyadarinya, kalo Riko sebenarnya bukan adik kandung yang ia kira. Tetapi, lebih tepatnya adik tiri.

Sekarang sudah jam 7 malam. Naifa mengecek hp nya dan membuka pesan dari Santi.

Gue udah sampe di bandara sydney Nai😉

Alhamdulillah

Hanya itu yang di jawab Naifa. Selanjutnya ia membuka aplikasi berwarna hijau muda. Ada banyak chat yang masuk namun tangannya tanpa sadar membuka chat dari Gilang yang meminta izin untuk menelfon. Naifa menanyakannya kenapa. Tapi belum di jawab sama Gilang, sebuah panggilan suara pun masuk. Akhirnya Naifa mengangkatnya

"Oh iya!" Ucap Naifa spontan saat ia ingin mengatakan sesuatu yang ada di pikirannya

"Kenapa Nai?" Tanya Gilang

"Gue mau ngejawab pertanyaan kakak yang waktu di taman itu" ucap Naifa lalu diam sebentar, Naifa memejamkan matanya untuk memberinya kekuatan setelah mengatakan
"Gue terima" katanya dengan nada yang dia buat agak tegas, supaya Gilang percaya kalo dia sungguh-sungguh

"Makasih udah mau nerima aku jadi pacar kamu" ucap Gilang. Naifa bingung dengan kata yang di ucapkan Gilang barusan, menurutnya itu berlebihan dan membuatnya geli saat mendengar Gilang yang gayanya cool mengucapkan kata kamu-aku.

"Hem" jawab Naifa singkat lalu memutuskan sambungan sepihak. Naifa menatap hp nya dengan pandangan kosong. Sebenarnya dia menerima Gilang bukan karena dia suka. Tapi karena...

Naifa ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang