Chapter 36

26 1 0
                                    

Happy Reading 📚
---

TERKADANG Naifa mengingat masa itu mampu membuatnya tersenyum simpul. Begitu rumit keadaan dulu. Sampai ia lupa bagaimana harus bersikap yang sewajarnya. Tetapi dari yang sudah dilaluinya itu, Naifa jadi bisa mengambil kesimpulan. Bahwa sebenarnya masalah yang Tuhan kasih itu tidaklah berat, tetapi manusia sendiri yang mempersulitnya.

Masa kelabilan mampu membuat Naifa sekarang berfikir dewasa. Apalagi kini dia bukan seorang remaja, tetapi seorang wanita dewasa yang sudah menjadi istri dan seorang Ibu. Dulu sebelum menikah, banyak pilihan yang selalu Tuhan berikan, dan Naifa hanya mampu memilih satu diantaranya. Juga banyak sekali kesalahan yang diperbuatnya dulu, dan sekarang ia akan memperbaiki itu.

Suara tangisan bayi yang kencang mampu menyadarkan Naifa yang sedang menonton video lama dirinya bermain piano. Dengan cepat Naifa menghampiri kamar anaknya yang ia tinggal beberapa jam yang lalu.

---------

Tidak sadar waktu cepat berlalu begitu saja. Hubungannya dengan Santi pun kini belum berjalan seperti sedia kala. Setiap bertemu hanya saling sapa, senyum, mengobrol, dan bercandaan seadanya. Naifa tentu merasakaan perbedaan ini, euforia yang dirasakannya dulu tidak sama lagi. Terasa asing

Naifa tidak menyangka, keputusannya dulu menerima Gilang menjadi seorang pacar akan menjadi panjang seperti ini. Sewaktu putus juga berdampak sekali bagi pertemanan yang terjalin antara Santi-Naifa.

Dia berjalan dengan langkah cemas menghampiri meja kantin yang diisi oleh kedua orang yang selalu menjadi temannya. Naifa melemparkan senyum, lalu tanpa disuruh, duduk dihadapan Santi dan Viona.

Menyadari kehadiran Naifa, tawa yang yang semula keluar, menjadi terbungkam. Santi bangkit berdiri, "Gue kelas duluan ya, biasa belum ngerjain PR" ucap Santi sambil tertawa garing

Selalu seperti itu. Mungkin ini juga yang dirasakan Gilang saat ia mencoba menghindar.

"Tunggu dulu sih" pinta Viona

"Duduk dulu. Belnya juga bunyi masih lama" ucap Naifa

Santi pun mengangguk lalu duduk kembali
"Kita prom night kapan sih?" Tanya Naifa memulai pembicaraan

"Gue denger, katanya sekalian pas perpisahan" ujar Santi

"Ih anjir gak kerasa bener, bentar lagi dah mau kuliah" ucap Viona sambil menenggelamkan wajahnya dilipatan kedua tangan. Raut wajahnya pun terlihat lelah.

"Lo ikut tampil ya nanti pas perpisahan?"ucap Santi

"Iya. Main piano" jawab Naifa menghela nafas. Sudah lama sekali ia memimpikan akan tampil bermain alat musik di atas panggung

"Gue nih gak ada gambaran mau kuliah dimana."

"Lo cari tau lah San" ujar Viona.

"Menurut kalian nih, Gue masuk jurusan apa?"

"Harus sesuai sama minat lo juga San, jangan asal milih jurusan. Keputusan sepenuhnya ada di tangan lo, bukan orang lain." Jelas Naifa membuat Santi menghela nafas

"Nai" panggil Viona

"Kita orang mau ke rumah Lo, boleh kan?" Tanya Viona Mengganti topik

"Ngapain emang?" Tanya Naifa bingung. Ngerasa ada sesuatu yang janggal

"Ya maen aja" ucap Santi. Kini Naifa menatap Santi sama Viona bergantian

"Kalian gak ngerencanain sesuatu kan?" Tanya Naifa curiga. Santi dan Viona hanya menggeleng dengan tegas.

"Lagian Gue juga udah lama gak ketemu Riko sama Tante Arin" ucap Viona tersenyum kaku. Kalau sudah begitu, tidak ada alasan lagi selain memberi izin. Lagipula Riko adalah saudara tiri Viona juga

"Yaudah"

"Oke! Nanti pulang sekolah kak Savra jemput. Kita bareng dia aja. Hemat ongkos" ucap Viona dengan semangat

"Loh kok ada Kak Savra?" Tanya Naifa sedikit kesal. Dia memang tidak menyukai Savra. Bukan karena dia orang terdekat Gilang, tetapi karena sikap Savra suka mencampuri urusan orang lain. Viona dan Santi juga pasti tahu

"Udah sih gak papa biarin dia ikut. Lagian Kak Savra belum nemuin temen yang baru." Ucap Viona

"Lagian kan kita juga lumayan deket" sambung Santi. Naifa menatap kedua sahabatnya yang menampilkan wajah memohon. Dengan berat hati Naifa mengiyakan, karena sudah lama sekali Santi tidak memperlihatkan wajah seperti itu padanya

TBC

Naifa ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang