chapter 21

25 0 0
                                    

Perempuan itu harus dihormati bukan direndahkan. Karena beban perempuan lebih berat ketimbang laki-laki
---

"Club?" Ucap Naifa lalu menoleh ke arah Gilang
"Kenapa?" Tanya Gilang balik. Belum sempat Naifa menjawab Gilang sudah lebih dulu membawa Naifa masuk.

Bau alkohol, suara musik yang besar, pakaian perempuan yang kurang bahan serta tatapan lelaki yang terkadang melihatnya intens membuat Naifa risih. Gilang yang menyadari itu segera mendekatkan tuuhnya dengan tubuh Naifa lalu di rangkulnya pinggul gadis itu.

"Siapa ni Lang? Boleh juga lo milihnya" sapa seorang bartender. Gilang menatap nyalang bartender sekaligus temannya itu yang bernama Renzi
"Dia.punya.gue" ucap Gilang setengah pelan ke arah Renzi. Renzi yang mendengar pun lantas tertawa berbeda dengan Naifa yang menggigit bibir bawahnya, ini pertama kalinya ia memasuki club. Ditambah dengan omongan Gilang tadi membuatnya menjadi berkali kali lipat risih.

"Nai" panggil Gilang membuyarkan lamunan Naifa
"iya?"
"Ini tempat aku kerja selama ini," ucap Gilang memberi tahu
"Aku kerja sebagai bartender" lanjut Gilang. Naifa pun hanya menganggukan kepalanya
"Berapa lama kamu kerja disini?"
"Hampir 2 tahunan"

---------

Naifa melirik perempuan yang sedang memoleskan lipstik merah terang di sampingnya. Saat ini Naifa sedang berada di Toilet, ia tadi sudah izin ke Gilang. Naifa menunduk dnegan cepat saat tanpa sengaja matanya dan perempuan di sampingnya bertemu. Perempuan itu menatap Naifa dari atas sampai bawah dengan pandangan meneliti.

"Cih" ucap perempuan itu mendengus sebelum keluar dari toilet. Baru saja Naifa merasa lega kini ia kembali merasa ketakutan saat membuka pintu toilet mendapati lelaki bertubuh agak besar dan tinggi yang sedang menatap tepat ke arahnya dengan pandangan sendu sekaligus tajam.

Belum sempat Naifa kabur orang itu sudah menariknya dengan kasar lalu mengurungnya di sebuah pojokan yang sepi
"AAAAAA TOLOOOONG" jerit Naifa berusaha melepaskan tangan lelaki itu di samping tubuhnya, lelaki itu tidak protes sama sekali ia mendekatkan wajahnya ke arah bibir Naifa, berusaha untuk menciumnya.

Saat lelaki itu sangat dekat dengannya bisa Naifa rasakan bau alkohol yang sangat menyengat. Lelaki ini mabuk! Segera Naifa mendorong dan berusaha sekuat mungkin untuk menjauhkan tubuh lelaki ini di depannya sebelum kejadian yang tak diinginkan terjadi

Naifa ingin menangis saat ini juga saat bibir lelaki itu hampir menyentuh bibirnya. Seberusaha mungkin ia berontak menggunakan kakinya, tapi dengan cepat juga lelaki ini bertindak.

"Brengsek lo!" Umpat seseorang lalu meninju secara habis habisan lelaki itu sehingga wajahnya berdarah

Naifa menutup wajahnya dengan kedua tangannya, lalu ia menangis. Gilang segera menghampiri Naifa lalu memeluknya saat lelaki tadi sudah pergi.
"Kamu gak apa-apakan? Cowo tadi--" ucap Gilang khawatir, Naifa segera memotongnya "Aku gak papa. Bawa aku pulang" ucap Naifa dengan suara yang bergetar
Gilang mengangguk lalu menggiring Naifa ke parkiran dan masuk ke dalam mobil
"Maafin aku udah bawa kamu kesini" ucap Gilang menyesal sambil memegang kedua tangan Naifa yang terasa dingin. Ini hari terakhirnya ia dengan Naifa sebelum pergi, seharusnya Naifa merasa bahagia bukan merasa sedih seperti ini. Naifa berhenti menangis lalu menatap mata Gilang yang menatapnya dengan pandangan menyesal. Dengan ragu Naifa menggemgam kedua tangan Gilang sebentar sebelum melepaskannya
"Gue gak papa. Sekarang mendingan kita pulang" ucap Naifa berusaha tersenyum.

Gilang masih menatap Naifa dengan cemas. Naifa menggeleng "Gue gak papa kak"

Gilang pun dengan segera mengendarai mobilnya menjauhi club tempatnya berkerja itu. Sebenarnya ia tidak mau bekerja di tempat yang penuh dosa ini, namun gaji pekerja disini lebih besar ketimbang ia bekerja di Restoran. Lagian pekerjaan Gilang tidak terlalu buruk Dan karena kejadian ini Gilang berjanji pada dirinya sendiri untuk menjaga Naifa

Naifa ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang