chapter 24

19 0 0
                                    

Kalau ada typo/kesalahan lainnya kasih tau yaa
---

"Kak Fabian!" cicit Naifa saat tangannya ditarik secara paksa oleh Fabian

"Gilang nyuruh gue nganter lo pulang" ucap Fabian saat sampai di depan motornya

"Nih" Fabian menyodorkan helm. Melihat Naifa yang ngelamun membuat Fabian berdecak kesal.
"Gak usah ngelamun" ucap Fabian setelah memasangkan helm ke kepala Naifa. Tanpa berkata apapun lagi Naifa naik dan Fabian segera menyalakan motornya dan melaju meninggalkan lingkungan sekolah

"Gue emang bawanya ngebut bener tah sampe nafas lo kayak gitu?" Ucap Fabian saat sudah sampai di depan rumah Naia. Ia memperhatikan Naifa yang mencoba mengatur kembali nafasnya yang tersengal

"Iya" jawab Naifa singkat. Bagaimanapun Naifa masih mengingat perkataan Fabian sewaktu dirinya menyatakan perasaannya. Tapi, sekarang respon Fabian terhadap dirinya biasa-biasa saja. Tidak mungkin Fabian bisa lupa secepat itu

"Gue balik yaa"

Naifa menatap motor Fabian yang mulai menjauh hingga tidak ada di penglihatannya. Sampai detik inipun, Naifa menyukai lelaki itu

Aroma nasi goreng dirasakan Naifa saat memasuki rumah. Naifa menghampiri Arin, ada hal yang harus dibicarakannya

"Ma" panggil Naifa saat melihat Arin sedang sibuk dengan peralatan memasaknya.

Arin menoleh, "Eh Nai, bantuin mama dong taro nasi ini di meja makan"

Naifa mengangguk, ia meletakan nasi goreng itu ke atas meja makan
"Ma" panggil Naifa lagi

"Iya?"

"Naifa mau ngomong, tapi mama harus jawab jujur"
"Papa itu bukan ayah kandung Naifa kan?"

Naifa bisa melihat rasa gugup dar8 mata arin dan juga terkejut dari gerak-geriknya
"Nai, mama----"

"Mama tinggal jawab Ya atau Tidak. Naifa lagi gak mau denger penjelasan panjang"

Arin menghela nafas, ia mengelap tangannya yang kotor ke sebuah lap bewarna merah "Iya"

"Ayah kandung Naifa meninggal saat Naifa umur 1 tahun?"

"Iya"

"Naifa tadi ketemu anak Papa sebelumnya" ucap Naifa memberitahu

"Namanya Viona, dia temen Naifa" ucap Naifa kemudian berlalu menuju kamar. Ia sangat lelah untuk saat ini

-------

Selesai mandi, Naifa menuju satu ruangan yang belakangan ini jarang ia gunakan. Yaitu, tempat dimana piano nya berada. Jika kalian berfikir Naifa tidak memiliki kemampuan dalam bidang seni. Maka jawabannya adalah salah.

Dalam seni musik, Naifa hanya bisa memainkan Piano saja. Sebelum memulai, Naifa mengelap debu yang terdapat di permukaan piano. Setelah bersih, Naifa membuka penutupnya. Ia berdiam sejenak, mencoba untuk mengingat kunci nada yang akan dimainkannya.

Setelah ingat Naifa mulai menekan satu persatu tuts piano sehingga membentuk sebuah nada teratur. Jarinya bergerak lincah, menari di antara tuts yang ada. Lantunan Bach/Marcello-BWV 974 Adagio membuat Naifa memejamkan mata, terbawa atmosfer yang ada dalam lagu ini

Yang dipikirkannya adalah tentang masalah keluarganya. Tentang ayah yang sebenernya sudah tiada, tentang papa yang ternyata ayah kandung Viona, tentang Fabian, tentang...Santi??

Naifa membuka matanya spontan setelah mengingat sahabatnya itu. Segera ia menghentikan permainan pianonya yang bagus lalu mengambil handphone. Dan bener seperti dugannya, Santi mengiriminya pesan bahwa ia baik-baik saja

Naifa membuang nafas lega. Sangking banyaknya hal yang dipikirkannya, ia sampai melupakan sahabatnya itu. Naifa menutup kembali piano lalu keluar dari ruangan.

Langkahnya tiba-tiba saja memelan lantaran ia melihat Archandra sedang berjalan dari lawan arah. Canggung adalah hal yang selalu dirasakannya

"Ada yang mau Papa bicarain sama kamu nanti abis makan" ucap Archandra, Naifa mengangguk

TBC

Naifa ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang