Chapter 38

27 0 0
                                    

Hidup itu harus ada Cinta dan cita. Jika tidak, hidupmu tidak terkesan
---

JEMARI tangannya terus menari dengan lancar dan lincah, menciptakan sebuah nada yang indah. Badannya perlahan ikut bergoyang, menikmati setiap alunan yang telah ia ciptakan secara asal.

Harmoni yang indah adalah yang paling utama dalam seni. Setelah itu, Naifa mengambil tumblr yang ada di sebelahnya. Meneguk abis sisa air yang ada dalam botol itu.

Setelah menghela nafas sejenak, Naifa kembali melanjutkan permainan pianonya. Kali ini ia memainkan Chopin Waltz Op.64 No.2

Kini Naifa semakin rajin latihan bermain piano. Naifa berusaha mungkin memanfaatkan waktu luangnya buat mengisi hobi bermain musiknya.

Viona
Gue udah tanya Savra. Katanya dia juga gak tau nomor kak Gilang

Sudah hampir dua tahun waktu berjalan. Walaupun banyak yang bilang Naifa sedikit berbeda, tetapi baginya sendiri Naifa masih sama. Tetep pada penyesalannya.

Harusnya dia gak jadiin Gilang sebagai alat untuk deket dengan Fabian. Air mata turun melewati pipi, dengan kasar Naifa menghapus. Sungguh penyesalan ini bener bener menyiksanya

---------

"Bangsat lo! Mentang mentang dah beda negara gak ngabarin Gue." ucap Fabian dengan seseorang yang mengangkat telponnya

Seseorang itu tertawa sejenak. Sambil menyesap kopi dan memandang pemandangan kota dari dorm, dia menjawab "Tinggal beberapa bulan lagi gue kesana"

"Gimana kabar disana?" Ucap Fabian

"Ya baik" ujar Gilang singkat

"Pendek bener Jawabnya"

"Naifa gimana?"

"Savra nitip salam buat lo"

"Gue nanya tentang Naifa"

"Dari kabar baru yang Gue denger dia masih nyesel mutusin elo"

Semenjak Naifa mutusin hubungan dengannya, seberusaha mungkin Gilang menghilangkan rasa kecewannya. Sebenernya Gilang tau. Tau bahwa Naifa menyukai sahabatnya, Fabian

Fabian tentu saja tidak mengetahui hal ini.

"Oo"

"Oo" ucap Fabian dengan nada mengejek mengikuti jawaban singkat Gilang

Gilang menutup sambungan telpon nya secara sepihak. Matanya menatap tajam pada sebuah figura yang terpajang di dinding kamarnya. Figura seorang cewek yang sampai sekarang masih menjadi bagian dari hatinya.

Naifa tidak akan pernah hilang dari pikirannya. Ia selalu ada, mungkin untuk selamanya. Gilang tersenyum, memikirkan rencana yang sudah dia dan kawan-kawanya buat.

----------

Setelah persiapan yang sudah dilakukan dari jauh hari. Kini tiba waktunya untuk acara prom night dan perpisahan kelas dua belas. Sedari tadi Naifa terus berdoa, agar tampilannya nanti berjalan dengan lancar.

Para pengurus atau panitia terus berlalu lalang mengikuti jadwal yang sudah ditugaskannya masing-masing. Kebanyakan para pengurus itu adalah adik kelasnya yang merupakan anggota osis.

"Oke teman-teman. Waktunya kita sambut pembukaan kali ini, dengan sebuah permainan alat musik yang dimainkan oleh Naifa Adreana Putri" ucap seorang yang menjadi mc

sorakan demi sorakan terdengar ditelinga Naifa saat ia mulai berjalan ke atas panggung. Naifa mengangkat kedua gaunnya sedikit untuk mempermudahnya menuju sebuah piano yang letaknya diujung panggung. Ia juga memakai high heels yang lumayan tinggi sehingga membuatnya lamban dalam berjalan karena tidak terbiasa.

Naifa memakai high heels yang entah berapa cm ini tentu saja karena saran dari temannya yang mengatakan bahwa ia terlalu pendek jika hanya memakai flat shoes.

Naifa duduk di kursi yang sudah disiapkan di depan piano. Pandangannya menatap wajah orang-orang yang tak sabar menatap penampilan bermain pianonya.

"Naifa aku padamuuu!!!" Jerit Santi dan Viona. Naifa membalasnya dengan tersenyum. Tangannya sudah ada diatas tuts piano, dengan helaan nafas, tangannya mulai bergerak melantunkan sebuah melodi yang cocok dengan suasana hari ini.

 Tangannya sudah ada diatas tuts piano, dengan helaan nafas, tangannya mulai bergerak melantunkan sebuah melodi yang cocok dengan suasana hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC

Naifa ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang