Chapter 23

17 1 0
                                    

Masalah yang paling bisa membuat kita terpuruk adalah masalah keluarga
---

"AYAH LO YANG SEKARANG ITU ADALAH AYAH GUE! AYAH GUE NINGGALIN GUE SAMA IBU GUE DISAAT KEADAAN SUSAH! DAN SEMUA ITU SALAH IBU LO YANG DENGAN BERANI MASUK KE KEHIDUPAN KELUARGA GUE" ucapan Viona kala itu terus mengusik Naifa. Bukan hanya ucapan nya saja, tetapi mengingat ekspresi Viona saat menjelaskan itu yang menangis membuat hatinya tersentuh. Naifa bangkit berdiri lalu dia keluar kamar

"Mau kemana Kak?" Tanya Arin yang melihat Naifa ingin keluar rumah

Naifa memandang Arin dengan senyum getir, ada berapa lagi rahasia yang di sembunyikan keluarga ini?
"Tempat temen" jawab Naifa lalu melangkahkan kakinya keluar rumah

Bisa dibilang alasan tadi hanyalah bohong saja, karena sekarang Naifa tengah berjalan ke Cafe yang ada di deket rumahnya buat ketemuan dengan seseorang. Seseorang yang mungkin mengetahui apa yang dipikirnya

"Udah nyampe dari tadi bang?" Tanya Naifa basa-basi saat duduk di hadapan Rano

"Baru 3 menit sih. Cepetan mau ngomong apa? Abang sibuk tau"

"Naifa udah tau"

"Udah tau apa?"

"Tentang keluarga Papa yang asli"

"Tau darimana?" Tanya Rano sambil mengaduk jus mangga nya tanpa melihat ke arah Naifa

"Karena temen Naifa anaknya" ucapan itu sontak membuat Rano memdongakan kepalanya, menatap Naifa

"Maksudnya temen kamu anak kandungnya om Archandra?"

Naifa mengangguk. Dia segera melemparkan tatapan intimidasinya ke Rano "Kenapa abang gak ngomong kalo Papa punya istri sama anak sebelumnya?"

Rano gelagapan mendapatkan pertanyaan itu "Abang merasa gak berhak ceritain itu Nai. Biar--"

"Naifa berhak bang! Abang gak ngerasain jadinya Naifa yang berada dalam keluarga itu, namun gak tahu fakta sebenernya" suaranya pun naik beberapa tingkat

"Nai, abang udah telat ini. Kamu hisa telpon abang kalo ada yang ingin ditanyain" ucap Rano segera bangkit

"Maaf abang gak bisa anter pulang. Buru-buru, soalnya besok udah mau balik Surabaya" ucap Rano mengelus surai cokelat tua milik Naifa lalu bergegas keluar dengan sedikit tergesa

-------

"Naifa, sinii!!" Ucap seorang perempuan di depan pintu kelasnya. Naifa menatap perempuan itu dengan seksama, dia adalah kakak kelas pindahan yang sedang menjadi perbincangan di SMA ini. Perlahan Naifa menghampiri perempuan itu, namun perempuan itu sudah lebih dulu menariknya keluar kelas menuju...kantin.

Naifa menunduk, lebih memilih menatap ke arah kakinya yang sedang berjalan. Kini ia risih sebab orang yang bertemu dengannya dan kakak kelas baru pindah dengan pandangan penasaran. Tak jarang juga ia mendengar gerutuan tentangnya

Naifa diam-diam melirik perempuan Sokap ini disampingnya. Parasnya sangat cantik. Alis yang sedikit tebal dengan dagu yang lancip.

"Kenalin, nama gue Savra Almeina" ucap Savra sambil menjulurkan telapak tangannya. Naifa menerimanya,dengan kikuk "Naifa Adreana"

Naifa melirik Fabian didepannya yang sedang menatap Savra begitupun sebaliknya. Sewaktu memasuki kantin Savra langsung saja mengajaknya duduk di kursi yang didepannya ada Fabian

"Ekhm" dehem Naifa sedikit keras. Seolah tersadar, Fabian dan savra segera memutuskan kontak mata mereka.

"Lo pacarnya Gilang kan?," Tanya Savra langsung. Belum sempat Naifa menjawab, Savra kembali berbicara
"Gilang semalem cerita tentang Lo. Kebetulan pas gue telpon Fabian katanya dia kenal lo juga" ucap Savra tanpa diminta

Fabian melirik sekilas ke arah Savra "Emang kenal"

"Oh iya gue harus nemuin guru konseling sekarang! Eh, Nai kalo mau minta nomor gue minta aja ya ke Fabian kalogak Gilang. Gue pengen ngobrol sama curhat"

"Tau gak lo tempatnya?" Tanya Fabian ke arah Savra dengan remeh

Savra menampilkan senyum miringnya
"Tau"

Naifa ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang