Chapter 26

20 0 0
                                    

ARIN mengusap rambut anaknya itu dengan sayang. Sambil menceritakan kisahnya dulu dengan Alfa. Naifa dengan senang hati mendengarkannya

"Sekarang kamu tinggal jelasin ke Viona." Ucap Arin setelah Naifa menceritakan tentang Viona. Naifa mengangguk, "Iya Ma, Naifa juga rencananya mau jelasin ke Viona besok"

"Yaudah gih, sekarang kamu balik ke kamar kamu" ucap Arin terkekeh. Naifa mendelik, namun tanpa di duga Naifa memeluk dan mencium pipi Arin
"Selamat malam Ma!" Ucapnya lalu bangkit dari kasur dan beranjak menuju kamarnya. Saat melewati kamar Riko, Naifa tidak sengaja melihat adiknya bermain mobil-mobilan dari celah pintu. Lantas ia menghampirinya

"Hey" panggil Naifa tiba-tiba yang mampu mengagetkan Riko

"Ish kakak ini ngagetin aja" ucapnya

"Lebay" ucap Naifa bercanda

Suara dering telfon pun terdengar. Baru saja Naifa mengangkat telfon, suara cempreng khas perempuan sudah masuk indra pendengarannya

"Gila yaaa lo? Gak kangen apa sama gue, gak ngabarin segala" ucap Santi mulai mengomel

"Yaa gue lagi ada masalah. Barusan aja kepikiran buat ngabarin lo" ucap Naifa beralasan. Ia terkekeh sejenak, membayangkan wajah Santi yang kesal

"Bodo. Paling geh cuman masalah sepele" Naifa tersenyum kecut, mungkin bagi beberapa orang ini adalah masalah kecil, tapi baginya beda. Naifa terdiam, ia sadar bahwa orang lain cuman bisa menilai, tanpa merasakan apa yang kita rasa walau sudah mencoba. Karena mereka bukan kita.

"Kok lo malah diem sih? Coba ceritain sini masalah lo, sapatau gue bisa bantu" Ucap Santi

"Jangan lupa bawain gue oleh-oleh yaa" ucap Naifa mencoba mengalihkan pembicaraan. Santi sahabatnya, tetapi tidak semuanya harus dia tahu

"Gak ah. Gue ngambek sama lo" ucap Santi

"Yaudah gak gue kasih contekan lagi" balas Naifa

"Yaudah iya, gue pasti bawain lo oleh-oleh"
Setelah bercakap-cakap Naifa mematikan telfonnya.

Naifa melirik adiknya yang sudah tidak bermain mobil-mobilan lagi melainkan memperhaatikannya. Pasti nguping batin Naifa
"Siapa kak?" Tanya Riko penasaran

"Kepo deh. Besok ada PR gak?"

"Gak tau"

"Kok gak tau?"

"Gatau cara ngerjainya" jawab Riko polos. Naifa mencoba bersabar, lalu mengajari Riko cara mengerjakan PR matematikanya tentang pecahan. Naifa sangat pintar mengerjakan soal hitung-hitungan. Jadi, baginya ini mudah

-------

"Viona" panggil Naifa pelan saat Viona berada tidak jauh di dekatnya. Viona mengeratkan pegangan pada tas ranselnya lalu berjalan cepat seolah menghindari Naifa. Walaupun suara kecil, tapi Naifa tahu bahwa Viona mendengarnya. Dengan setengah berlari Naifa menyusul Viona

"Vi" panggil Naifa kali ini namun tidak dijawab

"Viona!" Panggil Naifa lagi dengan suara yang agak besar sambil mencekal tangan Viona. Viona berhenti, menatap tangannya yang dipeganng Naifa. Sejujurnya Viona masih gak rela jika harus mengakui bahwa Naifa ternyata saudari nya. Ia iri terhadap hidup Naifa yanng kelihatannya baik-baik saja.

"Lepasin tangan gue Nai" panggilnya dengan nada yang rendah. Dengan cepat Naifa melepaskan cekalan tangannya,
"Gue mau ngomong sama lo"

"Lo udah ngomong sama gue" ucap Viona cuek

"Ada yang mau gue omongin, penting. Jadi gak bisa disini" ucap Naifa mencoba menjelaskan.
Dengan wajah dingin yang dibuat-buat, Viona bilang, "Temuin gue pas istirahat pertama nanti di tempat biasa" ucapnya terakhir kali sebelum berlalu. Naifa mengangguk, ada hal yang ingin dia sampaikan ke Viona. Naifa juga tahu tempat biasa yang di maksud Viona itu Taman belakang sekolah

TBC

Naifa ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang