11 - Sana is Good

778 105 35
                                    

"Mau pinjam pensilku?" Nayeon menawarkan pada Yeoja yang duduk dibangku yang berada disebelah bangkunya.

Nayeon melihat pensil Sana patah dan Yeoja itu tidak membawa rautan. Nayeon mengetahuinya karna ia memperhatikan Sana yang kelimpungan membongkar kotak pensil dan juga tasnya. Beberapa saat kemudian Sana hanya duduk sambil menopang dagunya dan tidak melanjutkan menulis Materi Sejarah yang sedang dicatat di papan tulis.

Nayeon menyodorkan pensilnya pada Sana meskipun Yeoja itu tidak menjawab tawaran Nayeon sebelumnya.

Sana menepis Pensil Nayeon. Pensil itu terjatuh dan patah. Nayeon menghela nafasnya. Ia mengambil pensil itu lalu menaruhnya di kotak pensilnya. Ia sendiri juga tidak membawa rautan. Tapi ia punya 2 pensil dan satu pulpen. Dan yang sedang ia kenakan adalah pulpen.

"Aku masih punya pensil cadangan." Nayeon memberitahu. "Atau kau mau memakai pulpen?" Tanya Nayeon. Sudah lebih dari seminggu Nayeon berusaha mendekati Sana, namun Sana masih tetap mengacuhkannya. Namun Nayeon tak masalah dengan itu. Semangatnya untuk membantu masih membara bagaikan api unggun di Perkemahan Musim Panas.

"Aku tidak mengerti kenapa kau masih mau berbuat baik padanya." Seokjin berbisik pada Nayeon sambil mencatat. Namja tampan berbahu lebar ini tentu saja memperhatikan gerak-gerik teman sebangkunya sambil mencatat. "Meskipun dia sudah berbuat jahat padamu." Lanjutnya.

Nayeon menaruh kembali pensil cadangannya di dalam kotak pensilnya karna ia tak mendapat respon dari Sana. Kini pandangannya terfokus pada Namja disebelahnya yang sedang sibuk mencatat. "Itu sudah lama sekali Seokie. Lagipula, ada untungnya aku dikeluarkan waktu itu. Kita jadi sekelas di Sekolah baru bukan?"

"Arra." Seokjin mengiyakan. "Tapi lihatlah dia, dia mengabaikanmu seolah kau tidak ada Yeon-ie. Kau bahkan tidak melanjutkan catatanmu karnanya." Seokjin menggerutu.

"Aku bisa meminjam catatan Jihyo nanti." Jawab Nayeon enteng. Jihyo yang duduk tak jauh dari Nayeon mendengar ucapan Nayeon. Yeoja itu berkedip pada Nayeon lalu ia mengulurkan jempolnya pada Nayeon. Kemudian kembali mencatat.

"Aigoo... kenapa harus meminjam catatan orang lain saat kau punya aku eoh?" Seokjin tampak sedikit kesal.

Nayeon terkekeh. "Suruh siapa kau tidak pernah mau meminjamkanku catatanmu. Kau malah menuliskannya untukku."

"Memangnya kau tidak suka tulisan indahku ini eoh?" Nada suara Seokjin sedikit tersinggung.

"Anio... bukan begitu... yang aku maksud adalah, apa kau tidak lelah? Kau menulis untuk dirimu dan juga untukku."

"Aku tidak akan lelah jika itu untuk Yeon-ie." Seokjin menatap Nayeon saat mengatakannya. Namja itu juga tersenyum. Senyum yang memabukkan. Nayeon serasa melayang melihatnya. Namun Nayeon segera mengalihkan pandangannya. Ia tak mau menatap senyum itu terlalu lama. Ia tak mau jatuh cinta semakin dalam pada Seokjin. Ia mungkin tidak akan tahan.

"Kenapa kau mengalihkan pandanganmu? Apa senyumku buruk?" Seokjin bertanya polos.

Nayeon yang merasakan pipinya menghangat hanya menggeleng dan mulai mencatat.

Seokjin masih ingin bicara, tapi melihat Nayeon mencatat membuatnya mengurungkan niatnya. Seokjin tidak ingin mengganggu Nayeon saat belajar. Agar Nayeon tetap menjadi Yeoja yang Cerdas dan Pintar. Agar Yeoja itu tetap berprestasi dan mendapat Beasiswa agar Nayeon bisa melanjutkan Sekolahnya dan mengejar cita-citanya. Seokjin kini sudah cukup besar untuk mengerti masalah kondisi perekonomian. Jadi ia mengerti bahwa Nayeon bisa bersekolah karna Beasiswa. Entah bagaimana nasib Yeoja itu jika ia tidak pintar.

"Sana!" Panggil Heechul-saem dari mejanya. "Kulihat kau diam saja. Kenapa kau tidak mencatat?" Lanjutnya.

Sana ingin beralasan bahwa ia sudah menulisnya, tapi sekretaris kelas bahkan masih menulis di papan tulis. Jadi, bagaimana bisa Sana sudah selesai menulis? Sana kemudian memutar otaknya. Memikirkan alasan yang lain.

Love of My Life | JINAYEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang