13 - Happy For You

681 98 23
                                    

"Seokie?" Panggil Nayeon ragu-ragu. Ia sedang mencoret-coret gambar abstrak ditanah dengan tangannya. Ia sedang berada di halaman belakang rumah Seokjin saat ini. Dengan Seokjin tentu saja.

Seokjin sedang bersandar disebuah pohon apel dibelakang rumahnya. Matanya terpejam merasakan angin sepoi-sepoi yang terasa damai. "Hhmmm?"

Nayeon masih berfikir harus mengatakannya atau tidak, ia terus memikirkan apa yang Irene saat disekolah tadi. Nayeon bahkan jadi pendiam karna ia terus memikirkan itu. Seokjin sempat khawatir Nayeon sakit atau apa tadinya. Karna Nayeon tak bicara sedikitpun sejak kembali dari Kantin. Nayeon hanya mengangguk atau menggeleng dan terkadang mengangkat bahu saat ditanya.

"Katakan saja ada apa Yeon-ie." Ucap Seokjin karna Nayeon hanya diam saja. "Aku tahu kau memikirkan sesuatu sejak disekolah tadi. itu sebabnya kau menjadi pendiam." Seokjin kemudian membuka matanya. Ia menarik tangan Nayeon yang duduk tidak jauh darinya. Seokjin memposisikan Nayeon duduk disampingnya dan membuat kepala Nayeon bersandar di dadanya. Lalu lengan Seokjin melingkari tubuh Nayeon. Posisi yang sering Seokjin berikan pada Nayeon setiap kali Nayeon murung. Biasanya posisi ini selalu berhasil membuat Nayeon merasa lebih baik. Namun kali ini, Nayeon malah semakin merasa murung.

Seokjin mengelus surai lembut Nayeon. "Katakan apa yang kau inginkan Yeon-ie. Tidakkah kau tahu kata tak akan berarti apa-apa jika kau terlambat mengungkapkannya?"

"Aku tahu Seokie. Beri aku waktu sejenak."

"Ambil waktu sebanyak yang kau butuhkan Yeon-ie. Aku akan menunggu sampai kapanpun." Seokjin masih terus mengelus surai lembut Nayeon. Kini ia memainkannya.

Nayeon menarik nafasnya. Ia sudah memutuskan untuk memastikan kembali apakah benar Seokjin menyukai Irene apa tidak. Dan apakah Seokjin bahagia saat bersama Irene atau tidak. Setelah itu barulah ia akan memutuskan apakah ia akan melakukan apa yang Irene minta atau tidak.

"Apa kau... menyukai Irene?" Nayeon tak dapat menyembunyikan kesedihan dalam suaranya saat mengatakan kalimat terakhir.

Beruntung Seokjin tak menangkap kesedihan itu. "Aku tidak tahu apakah aku menyukainya atau tidak. Yang aku tahu, aku merasa sangat nyaman dan bahagia saat bersamanya. Dan aku ingin selalu bersamanya. Berada di sisinya. Ingin selalu menjaganya dan membuatnya tersenyum. Sama seperti yang kuraskan padamu tapi agak berbeda. Aku merasakan hal itu padamu sebagai kakak. Kita berteman sejak kecil dan aku merasa punya tanggung jawab untuk selalu ada disisimu, menjagamu dan membuatmu bahagia. Tapi Irene, berbeda. Aku belum tahu kenapa aku merasakan ini untuknya." Seokjin menjelaskan. Matanya menatap tembok rumahnya. Namun tatapan itu kosong.

Nayeon menghelas nafasnya kala ia merasakan denyutan seperti yang sebelumnya di dadanya. "Kalau begitu kau menyukainya Seokie." Nayeon memberitahu. Berusaha mati-matian agar nada suaranya tidak terdengar begitu sedih. Nayeon sebenarnya tak perlu bersusah payah. Karna Seokjin sama sekali tak menangkap kesedihan dalam suaranya. Fokusnya sedang teralih pada sesuatu yang lain.

Seokjin menghela nafas. "Kalaupun kau benar Yeon-ie, aku tidak tahu apakah dia menyukaiku atau tidak."

"Dia menyukaimu." Ucap Nayeon cepat. Suaranya bergetar saat mengatakan itu.

"Apa yang membuatmu berfikir begitu?" Tanya Seokjin tertarik.

"Bukankah kau sendiri yang bilang begitu sebelumnya?" Nayeon menjawab dengan pertanyaan. Ia ingat Seokjin pernah mengatakan bahwa Irene mungkin menyukainya sebelumnya.

"Saat itu aku hanya berkata mungkin." Seokjin meralat.

"Dia sepertinya sangat senang dan nyaman saat bersamamu. jadi, kurasa dia menyukaimu Seokie." Nayeon memberitahu.

Love of My Life | JINAYEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang