Hai...
Gaada ujan gaada angin, author akhirnya apdet FF ini. 😄Ini bakalan jadi chapter pertama dan satu-satunya yang author notenya diatas.
Sekaligus jadi chapter terpanjang di FF ini.Dan ini juga bakalan jadi chapter terakhir di FF ini.
Gimana? Seneng gak?
Harus seneng dong ya...Tapi author sedih huhu... 😫😭🤧
Garela sih sebenernya, tapi ya mau begimana lagi?
Apa yang dimulai pasti akan berakhir.
Cepat atau lambat FF ini bakalan tetep end.Seenggaknya dengan berakhirnya FF ini Nayeon gaakan menderita lagi.
Dia udah dapetin kebahagiaannya.Apakah ini bakalan jadi SAD Ending atau HAPPY Ending?
Jangan tanya. Baca saja.Hope you like this kind of ending guys...
😘😘😘😘😘*****
"Tidak. Terimakasih." Jawab Nayeon. "Aku lebih memilih untuk langsung bekerja saja disini." ia sedang duduk diruang tamu rumahnya yang kecil. Berbagi tempat duduk disofa usang dengan Ibunya yang sudah pulang dari alun-alun kota sejak Paman dan bibinya tiba.
Lalu didepannya adalah Park Bogum dan Park Boyoung yang datang dari Seoul hanya untuk meminta jawaban dari Nayeon. Sedangkan Ayah Nayeon memilih untuk berdiri dipintu yang terbuka. Ia memunggungi semuanya. Ayah Nayeon dilemma antara membiarkan Nayeon pergi demi masa depannya dan membiarkan Nayeon disini karna ia tidak mau pisah dengan Putri satu-satunya itu.
"Kau bisa kuliah sambil bekerja di Seoul." Bogum menawarkan.
"Atau jika kau memang tidak ingin kuliah, kau bisa bekerja saja disana. Di Seoul banyak pekerjaan yang layak untuk..." Ucapan Boyoung terpotong oleh Nayeon.
"Shireo. Aku mau bekerja disini Imo. Tolong mengertilah. Aku tidak ingin berpisah dengan kedua orangtuaku. Dan juga Seokjin."
"Siapa Seokjin?" Boyoung bertanya pada Yoona. Boyoung adalah adik Ayah Nayeon. Marganya berubah menjadi Park karna ia menikah dengan seorang Park.
"Seokjin adalah anak tetangga kami. Ia sudah berteman dengan Nayeon sejak kecil." Yoona memberitahu.
"Kau juga bisa mengajak temanmu itu tinggal bersama kami. Kalian bisa tidur dikamar yang sama dan bekerja di tempat yang sama." Bogum memberi alternatif.
"Dia Namja." Ucap Nayeon sarkas. "Terimakasih atas tawaran kalian. Aku menghargainya. Tapi tolong hargai juga keputusanku."
"Begini saja, kau pikirkan baik-baik apa yang kau inginkan. Kami akan kembali satu minggu lagi. Tapi jika sebelum satu minggu kau berubah pikiran. Hubungi saja kami." Ucap Boyoung.
"Kami tidak punya ponsel Boyoung." Yoona memberitahu dengan nada malu.
"Ponsel adalah salah satu benda penting yang wajib dimiliki kau tahu." Omel Boyoung. Namun ia segera mengeluarkan sebuah ponsel dari dalam tasnya. Dan meletakkannya di Meja kecil ditengah mereka. "Gunakan ini. Disana juga sudah tersimpan nomorku dan nomor Bogum."
"Kamsahamnida Eonnie." Ucap Yoona.
"Gomawo Imo. Tapi aku tidak akan membutuhkannya. Aku sangat yakin aku tidak akan berubah pikiran. Tidak ada yang akan membuatku berubah pikiran."
Yoona menghela nafas. Begitu juga Boyoung dan Bogum. Keduanya saling berpandangan.
"Gwaenchana Nayeon. Jika kau tidak berubah pikiran, tidak apa-apa. Simpan saja ponsel itu. Kau mungkin membutuhkannya suatu hari." Ucap Bogum kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love of My Life | JINAYEON
FanfictionSUMMARY: Dalam Persahabatan, akan selalu ada salah satu Pihak yang Jatuh Cinta kepada Pihak Lainnya. Jika kau cukup beruntung, Kedua Pihak akan saling mencintai. Namun jika kau tidak beruntung, Kau harus memendam perasaan yang kau rasakan demi menja...