0.1

3.5K 481 155
                                    

Saya yakin kalian paham bagaimana cara menghargai seorang penulis... walaupun saya hanya penulis sebisanya.

Truth or dare!” Lulu berseru heboh sembari menepuk punggung tangan Kyungsoo. yang diikuti juga oleh Somi dan Hyuri.

Gadis bermata bulat itu nampak gugup setelah mendapat pengadilan tatap dari para sahabatnya. “a—aku memilih dare.” Kyungsoo hanya takut rahasia besarnya terbongkar jika mendapat pertanyaan aneh-aneh.

Seringai misterius muncul dari ketiga sahabatnya. “deal.”

Ketiga gadis itu memberi kode dengan kerlingan. “jadi begini.” Somi menyanggah.

“kau harus menyatakan cinta pada siapa pun yang akan lewat sebentar lagi dan,”

Wajah Kyungsoo memerah padam. “ap—apa apaan kenapa harus seperti itu!” keluar kekehan dari ketiganya. “kau memilih dare, Kyung.” pipi tembam Kyungsoo mengembung, pertanda siempunya kesal.

“dia harus mau menerima cintamu.”

“kalian gila! Bagaimana kalau yang lewat laki-laki mesum, penjaga kebun atau preman sekolah?!” Kyungsoo mengusak kepalanya gusar.

Satu-satunya harapan adalah yang lewat perempuan. Hingga Kyungsoo akan dengan sangat mudah mengatakan jikalau ini hanya permainan tanpa menyinggung perasaan.

“Nah!” tepat saat mulut Hyuri berhenti bersuara. Sesosok mahluk pemakai rok lewat depan kelas X A. lantas sebuah dorongan dan sorakan diterima Kyungsoo tanpa henti, bahkan teman sekelas Kyungsoo yang mulanya tidak ikut permainan ikut menyoraki.

Mau tidak mau Kyungsoo menerima tantangan itu. dengan pelan kakinya mengikuti langkah tungkai jenjang mulus itu. karena terlalu sering menunduk, Kyungsoo tidak sadar jika seseorang yang ia ikuti tiba-tiba berhenti. Hingga sebuah kecelakaan kecil tak terhindarkan.

“ma—maaf.”

Kyungsoo kian menunduk dengan pipi bersemu merah. Makin tampan saja pujaannya dengan wajah datar.

“kau mengikutiku?”

“aku? aku?”

Kyungsoo mulai salah tingkah dengan keringat yang membasahi pori-pori kulit wajahnya.

“iya kau, memang siapa lagi.”

Semakin gila dentuman di dada Kyungsoo. ia mendekatkan diri pada siswi berambut pendek khas gaya rambut anak laki-laki.

Perempuan itu mundur satu langkah dengan menatap heran Kyungsoo. “kau mau apa?”

“B—Brian.”

“ya?”

“mau ya, jadi pacar Kyungsoo.”

Perempuan satunya mengernyit bingung. “truth or dare?” tebak Brian memastikan.

“iya.” Jujur Kyungsoo dengan senyum mengembang.

Brian tak lagi menghiraukan Kyungsoo. ia kembali berjalan santai menuju kelasnya.

“Brian!”

Setelah menghentakkan kaki kesal, kembali Kyungsoo berlari mengejar Brian. “tunggu!”

Sesampainya di kelas. Brian menata bangku hingga dapat ia jadikan sebagai tempat tidur, toh kelas akan dimulai setengah jam lagi.

“Brian!”

Baru saja memejamkan mata, suara cempreng seorang gadis begitu mengganggu tidurnya—yang bahkan belum pantas disebut tidur. Dengan mata merah karena mengantuk berat, Brian memandang geram Kyungsoo.

To my girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang