0.11

999 280 157
                                    

Dont forget to vote, comment and love Baeksoo... o(〃^▽^〃)o








Brian melebarkan senyum saat mendapati lapangan basket sepi ketika jam istirahat begini. Langkahnya lebar menuju bola orange di pinggir lapangan.

Ia berlari kecil mengelilingi lapangan sambil mendrible bola. Hingga dirasa cukup untuk pemanasan, bola di telapak ia lempar menuju ring. Masuk.

Senyum Brian terukir puas. Kembali dirinya memungut bola, hendak melempar lagi sebelum sebuah tangan merebut bolanya. Brian mendecak sarkas.

“ngapain sih, Gulali?!”

Lelaki tinggi pucat itu terkekeh mendapati wajah tak terima Brian.

“udah manis banyak bakat lagi.”

“idih.”

Brian hendak merebut bolanya, tetapi Guanlin lebih dulu menghindar. Memindai bola ke tangan kanan kemudian ke tangan kiri.

“bener-bener ga punya kerjaan apa gimana sih lo?!”

Rasa-rasanya emosi Brian siap meledak kapan saja saat bertemu anak laki-laki ini. menyebalkan sekali.

“jangan marah-marah, Bri. Gimana kalo kita main bareng aja?!” seru Guanlin antusias dan mulai mendrible bola di atas lantai paving, Brian mendecak kesal. “fine.”

Keduanya beradu tatap, sengit. Guanlin lebih dulu yang memulai. Memantul-mantulkan bola dan melempar ke arah ring—masuk—Brian mengumpat karena itu.

Kini giliran Brian yang menguasai bola. Mendrible beberapa kali dan bersiap melempar ke arah ring, tetapi tidak masuk, karena Guanlin lebih dulu menghadang dan merebut bolanya.

“sialan!” Byun Brian benar-benar kesal dengan mahluk tinggi pucat yang katanya berdarah campuran itu. namun, sepertinya Guanlin tak ambil pusing dengan kekesalan Brian. Ia kembali melempar bolanya ke arah ring.

“yash masuk.”

Guanlin tertawa keras. Kemudian berjalan menghampiri Brian. Memerhatikan penampilan Brian dari ujung rambut sampai ujung roknya.

“jelalatan amat sih tu mata?!”

Guanlin berdehem sebentar. “gini, ya. Kalau aku berhasil masukin bola lagi aku mau kamu kasih aku hadiah, fine?”

“nggak apaan?!”

Telapak Guanlin kembali beradu dengan bola kemudian melempar ke arah ring dengan pandangan matanya yang ia jatuhkan pada Brian seutuhnya, tetapi walaupun begitu bola tetap masuk. Guanlin tersenyum puas.

Lelaki tinggi itu mendekati Brian, menghabisi jarak. “apaan sih?!”

Brian bersiap pergi, terlebih suara bell masuk terdengar, tetapi Guanlin tidak melepasnya begitu saja.

“eh mau kemana sih?”

Membikin Brian mendesah frustrasi. “ya masuk kelaslah. Tolol apa gimana sih lu?!”

“ga! Sebelum gue dapet hadiah!”

Brian memandang Guanlin heran. “minggir!”

“Ga!”

“Minggir Guan!”

“Ga!”

“MINGMMMPPPPPP!”

“ehe.”

Wajah Brian memerah padam. Ia meludah sekali sebelum mengusap bibirnya kasar.

“GILA YA LOE!”

To my girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang