0.26

921 255 116
                                    

Hubungan mereka masih diambang ketidakjelasan sejak kejadian itu. Kyungsoo lebih sering menyendiri dan melamun ketimbang bergaul dengan teman-temannya. Gadis itu juga jadi lebih pendiam dari sebelumnya.

“kamu nggak pengen ikut kita-kita ke kantin?”

Ditanggapi gelengan pelan dan senyum palsu. Lantas Kyungsoo merogoh ponsel dari dalam saku seragam. Menyambungkan airphone pada ponsel lalu mendengarkan banyak lagu dari play list.

Kyungsoo yakin teman-temannya telah meninggalkan kelas sejak beberapa detik lalu, tetapi kenapa ia merasa ada seseorang yang mengawasi. Dengan ragu dirinya mengangkat pandang, menoleh ke arah pintu masuk, nihil tidak ada siapa pun di sana.

Mencoba bersikap lebih tenang. Kyungsoo menyalakan data ponsel yang sebelumnya sengaja dimatikan. Ada beberapa notifikasi dari group chatting. Satu yang begitu menyita perhatian Kyungsoo. soomi mengirim banyak sekali foto dari group chat mereka.

Kyungsoo membuka group chat yang hanya berisi dirinya, Soomi, Lulu dan Hyuri itu ragu. Dan memang seharusnya ia tak membuka kiriman gambar tersebut karena kini hatinya benar-benar terasa seperti teremas. Hyuri dan Brian makan satu meja di kantin dengan jarak duduk yang terlampau dekat.

Jika menjadi munafik bisa semudah yang orang bilang, maka untuk saat ini Kyungsoo ingin menipu dirinya sendiri. bahwa Brian bukan siapa-siapa yang tidak perlu ia tangisi.

Merasa suasana hati semakin buruk, Kyungsoo memilih menonaktifkan ponselnya. Kiranya, gadis itu memerlukan udara segar untuk merefresh otak. Maka dari itu, Kyungsoo keluar kelas tujuan satu-satunya hanyalah perpus. Kyungsoo butuh ketenangan.

Mungkin karena melamun berkepanjangan, hingga tak sengaja lengannya bertabrakan dengan lengan seseorang. Kyungsoo dan orang yang ia tabrak sama-sama menoleh. namun, keduanya memilih diam dan berjalan dengan tujuan masing-masing. Kyungsoo kesal diantara ratusan siswa di sekolahan. Kenapa Brian yang ia tabrak?!



-0-



Brian memandang sendu gadisnya yang melenggang begitu saja. ia memutuskan untuk mengikuti kemanapun langkah Kyungsoo. hingga sepasang kaki mungil itu memasuki perpustakaan. Senyum Brian terpantri lebar. Anak laki-laki itu mengamati apa pun yang di lakukan Kyungsoo. dan saat ini, Kyungsoo sedang kesusahan mengambil novel di rak paling atas.

Tanpa ragu Brian menghampiri Kyungsoo. namun, sepertinya Kyungsoo tidak sadar akan kehadiran Brian. Gadis itu tetap berusaha mengambil novel meski sampai kapan pun ia tidak akan sampai jika tidak memanjat kursi terlebih dahulu.

“nyari apa?”

“oh astaga!”

Kyungsoo menoleh kebelakang, begitu terkejut mendapati Brian tepat di belakang tubuhya. “aku ambilin deh.”

Satu lengan Brian terjulur ke atas, mengambil buku yang diinginkan Kyungsoo. selama itu juga jantung Kyungsoo bekerja dua kali lipat. Bahkan Kyungsoo merasakan hawa panas di sekitarnya.

”kenapa loe grogi?”

Bahkan saat Brian mengejek Kyungsoo tidak dapat mengatakan apa pun. Kornea dua pelajar itu saling bertubrukan. “loe nggak akan bisa move on dari gue, Kyung.”

Tubuh Kyungsoo menegang saat Brian menyentuh helaian rambutnya. Lelaki itu tersenyum kalem. Semakin gemetar saat lengannya di genggam. “belajar gih. Jangan baca ginian.” Kemudian lelaki itu mengembalikan novel ke tempat semula.

“loh?!” Kyungsoo berseru protes. Kenapa Brian mengembalikan novel yang bahkan belum ia baca.

“buat apa sih?”

Kyungsoo sudah sangat kesal. Ia berniat untuk segera keluar dari suasana terkutuk seperti ini, tetapi tiba-tiba Brian menjulurkan tangan pada rak buku, memenjarakan tubuh Kyungsoo yang berada di antaranya. “kalo loe mau belajar soal cinta-cinta nggak usah baca novel. Cukup tanya gue. Tanya ke gue seberapa besar usaha gue buat dapetin cinta loe, Do Kyungsoo.”

To my girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang