0.23

757 228 86
                                    

Dont forget to vote coment and love Baeksoo...

Yang belum follow segera follow akun ini,  ya?

Karena dalam waktu deket gue bakal up ff yg beda banget sama ff yg biasa gue tulis.. Tunggu yes? Yg mau...




🌸🌸🌸🌸






Brian masih harap-harap cemas saat tak mendapati ekspresi apa pun di wajah Kyungsoo selain bingung. Gadis itu menyentuhkan punggung tangan ke dahi Brian. “kamu sakit, ya? Kok ngomong ngelantur?”

Rasa-rasanya kepala Brian mulai ngilu. Kenapa Kyungsoo-nya bisa sepolos ini?

Anak lelaki itu menggenggam jemari Kyungsoo, membawanya untuk menyentuh leher. “perhatikan, Kyung. bukankah berbeda dengan milikmu?”

Sejauh ini Kyungsoo masih belum menunjukkan tanda-tanda percaya, bahwa sosok yang ada di hadapannya kini berjenis kelamin laki-laki. Meski ia merasakan sesuatu yang keras mengenai jemarinya. Seperti jakun Papa?

“astaga, Kyungsoo!”

Brian menggeram gemas. Kemudian membawa telapak kecil itu menuju dada. “mana ada dada peremupan serata ini?! sekarang sudah percaya?”

Reflesks Kyungsoo mendorong dada Brian. Ia tertawa meski air mata kian bercucuran. “Kyung?”

Brian berusaha mendekat, tetapi Kyungsoo memberi peringatan agar Brian berhenti. “Jangan sentuh aku.”

Rasanya campur aduk. Malu, malu setengah mati sampai-sampai Kyungsoo ingin menguliti kulit wajahnya sendiri. bahkan Kyungsoo pernah telanjang di depan Brian! Tetapi nyatanya Brian itu—

“Kyung.”

“gue bilang jangan mendekat! Bajingan berengsek! Mau loe apa hah?!”

Seluruh badan Kyungsoo gemetar. Ia teringat saat sering sekali melakukan kontak fisik dengan Brian. Genggaman tangan, ciuman dan hal-hal kecil lainnya. Semuanya berputar seperti kaset rusak.

Gadis itu mundur perlahan dengan tatapan kecewa beserta ngeri ke arah Brian. “Kyung, aku bisa jelasin. Niatan aku tuh baik—”

“diem! Gue jijik disentuh sama loe!”

Kyungsoo kemudian berlari ke dalam rumah di susul Brian. Bahkan Papa dan Daniel sempat terkejut saat mendapati Kyungsoo memasuki rumah dengan keadaan basah kuyuh dan mata sembab. Tanpa permisi atau apa, gadis itu berlari ke dalam kamarnya dengan tangis, tak lupa suara bantingan keras saat menutup pintu.

Sedangkan diposisinya, Brian menghela napas. Mengerti akan tatapan Minho yang meminta penjelasan.

“maaf, Om. Kita perlu bicara.”

“Oh silahkan. Sini duduk.”

Minho menunjuk sofa di depannya menggunakan dagu, tetapi Brian menggeleng.

“baju saya basah, Om.”

Papa Minho mengangguk. “mau ganti baju pakai baju Om?”

Lagi-lagi anak laki-laki itu menggeleng. “nggak perlu, Om. Kita langsung aja ngobrol.”

Daniel yang peka terhadap situasi berdeham pelan. “apa saya perlu keluar dulu?”

“Nggak perlu.”

Brian menatap kamar Kyungsoo sebentar sebelum memulai bercerita. “maaf, Om. Saya sudah buat kecewa anak Om.”

“apa yang kamu lakuin?”

To my girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang