Satria datang memenuhi janjinya. Sebuah anggrek ungu berjenis vanda menjadi pilihannya untuk dibawa menjadi penghuni baru bilik. Mekar cantik, kelopaknya menggerombol, akarnya mencuat keluar-keluar dari pot.
"Indah," kataku sambil memandang kagum. Belum pernah kulihat bunga secantik ini. Segar terawat dan sehat, seperti selalu mendapat perlakuan khusus dari sang pemilik."Pilihanku memang tidak pernah salah. Dari begitu banyak bunga yang ada di rumah, kupikir sepertinya anggrek itu paling cocok menjadi penghuni baru bilik ini."
Kali ini aku tidak mendebat Satria. Dia benar, anggrek ini begitu dominan dari lusinan tanaman yang ada. Aku belum berhenti terpesona, Satria bisa merawat bunga seindah ini.
"Kami tidak punya pupuk mahal untuk membuat anggrek ini tetap cantik, tapi aku akan belajar merawatnya," kemudian aku tersekat oleh kalimatku sendiri.
Secara tidak sadar aku menginginkan Satria tidak memenuhi janjinya."Itu anggrek favorit ibuku. Aku mengambilnya dari rumah kaca miliknya."
Satria tidak menyadari kesalahan dalam kalimatku barusan. Malah aku yang tersentak oleh kalimatnya.
"Apa?" Aku mengerutkan dahi. "Kamu mencuri tanaman ini dari ibumu? Tanaman ini hasil curian?"
"Nanti aku akan bilang pada ibuku. Dia pasti tidak keberatan aku mengambil salah satu koleksinya."
"Tidak, tidak! Kami tidak mau menerima barang apapun hasil curian. Sebaiknya kamu bawa lagi anggrek itu!"
Harusnya aku sudah menduga, tidak mungkin Satria merawat sendiri bunga dengan kelopak lembut itu. Ia mengambil paksa dari pemiliknya. Meski sang pemilik adalah ibunya sendiri, tapi aku yakin, beliau pasti marah dengan menghilangnya tanaman tercantik yang beliau miliki.
"Naya, kamu bilang untuk membawa bunga terindah sebagai salah satu konsekuensi janji yang harus aku penuhi. Kamu tidak bilang aku harus mencari bunga dari mana, termasuk mengatakan tidak dari hasil mencuri. Aku sudah menuruti permintaanmu. Sekarang jelaskan apa maksud aku harus membawa bunga itu dan apa konsekuensi yang harus aku jalani."
Aku tidak mendapati kekeliruan dalam kalimat Satria barusan. Aku memang tidak mengatakan secara spesifik dari mana Satria harus mendapat bunga itu.
Ah! Ini memang salahku. Lain kali aku harus berbicara detail dengannya, agar ia tidak menafsirkan sendiri kata-kataku.
Aku menghela napas, mulai menjelaskan, "Bunga itu akan disimpan di sini, dirawat oleh si pemakai Bilik Amarah. Tidak ada yang boleh membawanya keluar panti. Itu bentuk sebuah keterikatan. Walau si pemakai bilik tinggal jauh, mereka harus menjaga komitmen untuk tetap merawat setiap bunga yang mereka bawa," kujeda kalimat untuk melihat reaksi Satria. Tidak ada yang ditampakkan selain mimik datar itu.
"amarah yang keluar harus diperbarui dengan hal-hal positif. Kata Bunda, merawat tanaman akan banyak membantu."
KAMU SEDANG MEMBACA
KANAYA
Romance18+ Kanaya, gadis yang tinggal di panti asuhan itu harus mendapatkan akibat dari keluguannya. Ia hamil oleh Satria, seorang laki-laki buta, berkursi roda, dan depresi akut. Satria menghilang, menjadikan Kanaya orang tua tunggal yang membesarkan ana...