🌷Dua Puluh Tiga🌷

6.2K 483 19
                                    

Kecemburuan Kana menyudahi semuanya.

Selamat! Kamu sudah berhasil lepas dari Satria. Belum enam bulan, tapi kamu senang, 'kan? Ada yang berceloteh terus di pikiran. Meledek tak mau diam. Dua kali nasib selalu begini. Dipecat menjadi akhir dari pekerjaan yang kunanti.

Seminggu aku tak melihat wajah kukuh itu. Bahkan, membayangkannya pun aku tak mau.

Tak banyak yang bisa kukerjakan. Hanya merawat tanaman-tanaman aktivitasku selain membantu keperluan panti. Rudi yang datang tampak prihatin atas keputusan sepihak Satria. Pemuda itu kularang membujuk Satria agar menerimaku kembali.

Di dapur maupun ruang administrasi, tidak betah aku berlama-lama selain bersama tanaman-tanaman.

Bunda memuji caraku merawat mereka. Anggrek vanda telah mekar sempurna. Mawar tak kalah indah memamerkan kelopak merahnya. Berdampingan kedua tanaman itu seperti saling mendukung satu sama lain.

Di lingkungan panti yang selalu kedatangan orang berkunjung dan menyalur simpati, aku tidak akan pernah takut bilik ini terlihat, sebab hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui keberadaan wilayah privasi ini, termasuk Satria. Bunda sering memperingatkanku agar tidak terlalu sering ke sana. Saat ini, Satria tidak terprediksi kapan berkunjung. Bisa seminggu sekali, berikutnya bisa setiap hari.

Aku abai pada peringatan Bunda. Hampir ketahuan Satria jika tidak segera keluar menuju pintu belakang. Hari itu, aku tidak mengira ia berkunjung menjelang sore begini.
Sialnya, baru kuingat anakku tertinggal. Semoga Putri tidak bertemu Satria dan menimbulkan kecurigaan.

Malam-malam, Bunda datang ke rumah mengantar Putri. Ia maklum aku meninggalkan anakku sore tadi. Menceritakan beberapa hal yang bikin aku berpikir keras.

"Di antara temuannya, dia mencurigai kamu sebagai Clarissa. Kamu tahu siapa Clarissa? Anak Natanegara!"

Satria sedang mencari seseorang bernama Clarissa, begitu aku pernah mendengar. Anak perempuan om-nya hasil hubungan dengan wanita yang identitasnya misterius. Hanya setitik cahaya dalam kasus ini. Clarissa dibawa lari oleh sopir Nata, yang saat ini demensia parah. Nata, sejak Clarissa bayi hanya pernah bertemu sekali dan kemudian hilang jejak. Satria mencurigai aksi ini ditunggangi mantan istri Nata yang sakit hati diselingkuhi.

"Satria mendapat amanat dari om-nya untuk menemukan Clarissa. Usianya sama dengan kamu, 25 tahun."

Aku tertegun. Bingung merespons. Aku sudah kehilangan minat mencari orang tuaku. Dari informasi yang dihimpun Bunda, Satria memberikan ciri-ciri Clarissa saat bayi. Bunda bilang, harus melihat sendiri bentuk sketsa itu. Satria berjanji secepatnya memberikan gambar bayi usia dua bulan dan berharap Bunda Laras mengenali.

Dalam bimbang yang makin menggunung, Bunda mengangsur sebuah kertas lipat dua.

"Surat dari Satria buat kamu,"

Kertas putih itu terbuka sedikit lipatannya, aku ragu mengambil.

"Bacalah! Satria begitu yakin kamu ada di sini. Dia tahu kamu yang merawat anggreknya hingga berbunga. Saat kamu pergi, anggrek mogok. Saat ini, bunga miliknya kembali mekar sempurna."

Dengan kata lain, Satria menyambungkan kelopak anggrek tumbuh indah ada kaitannya dengan keberadaanku di sini. Itu tidak sepenuhnya salah, hanya saja kenapa ia begitu yakin?

Aku tidak ingin ambil pusing perihal Clarissa atau surat darinya. Surat itu, tidak pernah ingin kubaca, tersimpan dalam lemari di kamar pribadiku di panti.

Hari berikutnya, hampir tengah hari aku berjibaku dengan kesibukan mengurus panti, membangunkan anak-anak, menunggui mereka merapikan tempat tidur, menyiapkan sarapan, hingga mengomel jika kebanyakan bergurau.

KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang