Bel pulang sekolah berbunyi. Seluruh siswa berbondong-bondong keluar gerbang. Kalau pulang pasti semangat sekali. Apa lagi Laysa, dia sangat suka sekali jika pulang pagi.
Bisa terbebas dari pembulian juga terbebas tugas. Tapi kejadian itu sangat berbeda dari bayangannya.
Bukannya pada pulang, mereka malah menonton papan mading. Papan itu jarang diisi, kenapa banyak yang datang membaca?. Laysa penasaran. Ia kemudian juga ikut menonton.
Tidak disangka, tertulis sebuah pengumuman, bagi setiap siswa harus mengikuti perkemahan Sabtu-minggu. Ia menghela nafas pasrah. Tugas yang seharusnya hari ini tidak ada menjadi ada. Malah akan lebih banyak.
"Hei Lay, sudah baca, dan ini, jangan lupa belikan, uangnya sudah ada didalamnya"
Suara Prisila terdengar jelas. Ia menyerahkan uang yang terbalut kertas. Laysa menerimanya, tapi Dyana merampasnya begitu saja.
Ia melempar benda itu kearah Prisila. Dyana tidak terima sahabatnya diperlakukan seperti itu. Sangat tidak adil.
"Jika ingin membelinya, beli sendiri, kau pikir Lay itu pembantumu apa? Dia itu juga siswi disini..... "
Dyana menarik tangan Laysa pergi. Siswi yang bernama Laysa itu hanya menunduk saat melewati Prisila. Bahkan Grieta yang sedari tadi diam hanya menggeram kesal.
***
"sudahlah, lebih baik kita berkemas dan pulang"
"Ta-tapi"
"Kau ini sangat bodoh, mau saja dimanfaatkan, aku tuh peduli"
Laysa terdiam. Ia menurut sekarang. Tidak menjawab apa-apa. Lagu pula, apa manfaat nya menuruti mereka. Toh ujungnya kalau salah dimarahin.
Mobil penjemput telah datang. Dyana mengajak Laysa untuk mempersiapkan acara besok bersama. Ia takut kedua kecoa itu nanti akan datang kerumah sahabatnya dan memerintah.
Senyum mengembang diwajah Laysa. Sangat indah jika melihat pemandangan kota dengan mobil. apa lagi nyaman. Baru pertama kali ini ia naik mobil mewah. Biasanya dengan bus. Itupun dengan setumpuk buku yang menghalangi pemandang.
"Kau suka"
Laysa mengangguk diiringi senyumnya. Tapi setelah melihat ekspresi wajah Dyana, pertanyaan mulai masuk kedalam.
"Kamu kenapa? "
"Lay, maaf ya, sepertinya besok aku tidak bisa ikut,"
"Kenapa, kamu ada acara, nggak apa-apa kok, lagi pula hanya dua hari, setelah itu kita akn bertemu lagi"
"Ta-tapi"
"Sudahlah, aku akan baik-baik saja disana. Aku akan bersikap baik".
Dyana ingin berkata jujur. Tapi sesuatu menghalanginya. Ia tidak bisa membayangkan akan terjadi apa selanjutnya saat ia mengatakan hal yang sebenarnya.
***
Hari itu tiba. Semua bergegas naik kedalam bus. Mereka akan berkemah disebuah hutan. Yah walau agak menyeramkan, tapi akan ada suatu yang indah.
Semua telah mendirikan tenda. Laysa sedikit kesulitan saat menancapkan patok Kedalam tanah. Tangannya sampai memerah. Ia khawatir tendannya akan berdiri paling lambat.
"Lex, aku cari air sebentar, kau terusan bangun tendanya"
"Ia bawel"
"Oh sekalian, kayu bakar kau yang cari"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Angel
FantasyHidup Laysa begitu rumit, sangat rumit. Kehidupan yang ia jalani begitu membingungkan. Dia secara tiba-tiba menjadi seorang angel dan mempunyai banyak teman. Takdir Tuhan memang diluar dugaan. sampai dia harus memilih "membunuh atau mati" *********...