penyerangan yang tidak terduga

350 27 2
                                    

Laysa duduk mempersiapkan telinga untuk mendengar semua keluh kesah yang dirasakan Alex selama ini. Belum ada suara yang merusak keheningan. Deras air terjun dan juga hembusan angin menambah suasana malam menjadi sejuk. Kenyamanan itu sampai membuat Laysa tertidur pada pundak Alex. Nyaman dengan suasana atau dengan Alex? Ah, mana mungkin Laysa mempunyai rasa, Alex saja begitu orangnya.

Tapi bukannya membangunkan, alex membiarkan kepala Laysa di pundaknya. "kau pasti lelah, aku tahu sulit menjadi seperti dirimu, tapi aku salut dengan dirimu yang pantang menyerah dan keras kepala" baru saja Alex menyelesaikan ucapannya, Laysa terbangun. Ia menutup mulutnya rapat-rapat.  Apa tadi dia hanya berpura-pura tidur saja?ah... Bodoh kau Alex.  Ia memukul kepala sendiri.

Tapi anehnya wajah Laysa seperti tengah mengamati sekitarnya dengan nanar. Apa yang dia lihat? Tidak ada selain hewan malam yang beterbangan. "ketemu kau!" seseorang muncul dari bali semak-semak. Dia Dyana, gadis itu kini kembali membuat masalah. Perang akan dilakukan besok, tapi dirinya telah memulainya terlebih dahulu.

Clas......

Dyana mengeluarkan apinya kepada Laysa. Warna api dari tangannya berbeda. Apa mungkin itu kekuatan yang diberikan oleh raja vampir itu?. Mau saja mereka diperbudak. "ck... Sepertinya aku harus lebih berhati-hati mulai sekarang" gumam Laysa yang kemudian mengeluarkan pedang miliknya.

"mau apa kau? Menyerang ku dengan pedang mainanmu itu?  Hahahahaha,  tidak akan bisa, kekuatanmu saja mungkin tidak dapat menggores baju baruku" Dyana tertawa sombong. Alex ingin sekali menyerang mulut gadis belagu itu. Tapi tangganya digenggam erat oleh Laysa. Dirinya tidak ingin suasana menjadi memanas, biarkan saja. Pedang Laysa hilang entah kemana, ia harus menahan emosi dengan memikirkan sebuah cara.

"jangan memperburuk suasana, aku punya ide bagus"

Seketika Laysa maju kedepan. Ia memamerkan tangannya yang tergenggam erat ditangan Alex. "Dyana!,aku dengar kau sangat mencintai Alex bukan? Dan katamu juga ,Alex juga mencintai dirimu, tapi kenapa malah tanganku yang dia pengang, bukankan seharusnya dirimu" Alex tersenyum miring, Laysa ingin memancing emosi Dyana. Tidak buruk, semakin Dyana marah, semakin juga kekuatannya akan keluar, dan itu akan mengurah banyak tenaga.

Cup..

Alex terbawa oleh akting yang dilakukan Laysa. Dirinya mencium pipi cabi gadis yang tengah berakting itu. Mata Laysa melotot tidak percaya, pipinya merah merona. Dia tersipu malu. "apa kau bilang? Aku mencintaimu?sejak kapan? Bahkan mulutku tidak pernah berkata seperti itu, dan wanita yang pertama kali aku cium adalah dia, Laysa" Dyana mengeraskan rahangnya.

Ia mengeluarakan mayanya, sayap api hitam muncul dengan cepat, membakar sekelilingnya. Alex tidak mau kalah,dirinya juga mengeluarkan sayap api hitam miliknya. "kau mempunyainya yah? Dari vampir itu?  Ck,ck,ck..... Mau jadi budak ternyata" rasa cinta itu kini menghilang tatkala Alex menghinanya.

"aku tidak ingin jadi budak" pertarungan itu berlangsung dengan sengit. Alex mengeluarkan pedang hitam yang disebut black shadows.  Laysa menepuk jidadnya dengan keras. "kenapa malah bertarung serius, hindari saja, kalau seperti ini tenagamu akan berkurang,tapi kenapa bisa aku mempunyai ide burik seperti ini, akhh....  Kau bodoj Lay"  umpat Laysa saat melihat pertarungan yang berada diudara. Dirinya mengacak-acak sendiri ramput rapinya.

"apa boleh buat" dirinya mengeluarkan api biru bercampur ungu ditangan kananya. Dengan hati-hati ia akan mengarahkannya pada Dyana. "sekarang! "

blus....

Tepat sasaran, Dyana terpental jauh dari tempatnya. Alex yang melihat itu langsung menoleh ke titik penyerangan. "kau kirim kemana dia? " Laysa mengangkat bahunya. "entah, yang penting jauh dari kawasan kita" sayap putih keluar dari punggungnya. Ia terbang menghampiri Alex dan menariknya paksa memasuki gua.

The Last AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang