Matahari sedang berada di puncaknya saat bel istirahat kedua berbunyi. Kania menarik nafas panjang saat Bu Susi guru kimianya yang memimpin praktikum elektrolisis hari ini sudah menutup pembelajaran hari ini. Rangkaian maraton beberapa eksperimen elektrolisis dan sel elektrokimia selama empat jam pelajaran cukup menguras energi. Dirapikannya meja kerja di laboratorium kimia bersama Marini teman satu kelompoknya, sementara Andara dan Zulfikar mengembalikan alat dan bahan yang digunakan kepada laboran.
" Kania, nanti pulang sama siapa?"
" Biasa lah...dijemput pak Adnan. Kenapa emangnya, Do ?"
" Pulang bareng gue yuk."
" Hm... sebenernya gue nggak langsung pulang sih. Hari ini ada jadwal bimbel, jadi dari sekolah langsung ke sana."
" Emangnya kamu nggak capek ? Badan kamu nggak lengket apa kok langsung ke tempat bimbel?" Tanya Edo kembali.
" Ya capek sih. Aku kan mampir kantor papa dulu, numpang mandi bersihin badan, juga bisa tiduran sebentar di sana. He..he.. Kalau balik ke rumah, kejauhan lah ya. Belum macetnya. Kalau dari kantor papa kan udah deket sama tempat bimbel, yah...paling lima belas menit juga nyampe."
Hening sejenak. Dan Kania sudah memasukkan semua bukunya ke dalam tas. Dia hendak beranjak pergi meninggalkan bangku lab ketika tangan kanannya ditahan oleh Edo. Ditolehkan kepalanya ke arah Edo dengan kening yang sudah berkerut, mengekspresikan tanda tanya dan protes kepada temannya itu.
" Kan, kapan ya gue bisa bebas anter jemput lu?"
" Maksud lu mau gantiin pak Adnan jadi supir gue gitu? Gampang Do. Tinggal buat surat lamaran aja ke bokap gue. "
Kania tertawa dan menarik tangannya dari genggaman Edo." Gue cabut dulu ya. " Dengan santainya gadis itu tersenyum lalu melenggang pergi. Edo mendecak kecewa. Namun dia tetap mengikuti langkah gadis itu di belakangnya setelah menghempaskan nafas panjang. Sudah lama lelaki itu jatuh hati pada Kania, sejak pertama kali bertemu di masa orientasi siswa (MOS). Berbagai cara diupayakan Edo untuk mendekati Kania, termasuk menggunakan pengaruh orangtuanya yang pejabat dan ketua komite sekolah agar selalu bisa satu kelas dengan Kania. Sepertinya hampir satu sekolah juga sudah tahu kalau Edo memang mengejar Kania.
" Kamu sudah selesai sholatnya ?"
" Udah." Gadis itu sedang menunduk sambil melipat mukenahnya lalu mendongakkan kepalanya menjawab sapaan Edo.
" Kok nggak nunggu gue sih ?"
" Lu kelamaan sih ? Lagian gue nggak tahu kalau lu mau ikut sholat juga."
" Kania, lain kali kamu harus ngajak aku yah kalau mau sholat lagi di sekolah. Biar aku selalu jadi imam kamu di mushalah ini." Edo menatap gadis itu tajam. Gadis itu memutar bola matanya lalu mendengus pelan.
" Nggak janji yah, Edo."
" Kania, kamu tuh ya nggak mau aku antar jemput ke sekolah, nggak mau terima juga kalau aku kasih hadiah apapun. Nggak mau ini, nggak mau itu. Tolong deh, please...paling nggak lo mau lah kalau cuma minta sholat berjamaah berdua aja sama gue."" Edo, kalau sudah ada guru atau karyawan TU yang jadi imam dan banyak makmumnya, ngapain juga kita mau sholat berdua aja. Mending juga kita gabung sama mereka biar pahalanya tambah banyak. " Kania mencebik kesal.
" Udah deh, gue mo masuk kelas dulu bentar lagi dua jam terakhir, ulangan fisika. Gue nggak mau telat masuk kelas, ntar didamprat pak Amir lagi."
Gadis itu berdiri dari duduknya dan berlalu dari hadapan Edo yang terus protes dan memanggil namanya.*****
Kania sudah menunggu lebih hampir satu jam di pintu gerbang sekolah yang sudah sepi, tapi pak Adnan dan mobilnya belum nampak juga. Dia mulai gelisah, diambilnya ponsel dari dalam tas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kemilau Cinta Kania (Complete)
ChickLitPutus cinta itu mungkin lebih baik ketimbang di PHP. Dibilang teman tapi deket dan sayang banget, selalu kasih perhatian tapi nggak pernah ucapkan "tiga kata keramat". Kania nggak bisa ge er karena perlakuan Kejora hampir sama pada semua wanita, ap...