7. Testing

1.4K 51 0
                                    

Lima sekawan itu sudah sampai sebelum pukul setengah delapan pagi. Itu pun masih menunggu sekitar tiga puluh lima menit sampai akhirnya pintu salah satu kantor dalam gedung bertingkat ini dibuka. Kami berlima bersepakat mengikuti anjuran David.

"Datang minimal lima belas menit sebelum ujian itu salah satu upaya memperkuat mental sebelum ujian". Ucap Kania saat mereka video call berlima kemarin malam.

Benarkah? Mungkin ada benarnya juga. Terbukti karena kita nggak tergesa/terburu-buru sehingga mental lebih siap. Karena itu adalah anjuran Kania, maka menunggu selama itu ia harus menebalkan telinga menghadapi serangan sengit teman-temannya.

" Nggak salah nih lima belas menit. Kok pintu kantornya aja belum dibuka, Nia?" Ucap Marini.

" Mending nunggu daripada telat, Rini. Mental lu udah jatuh duluan." Jawab Kania sembari menekuri ponsel cerdasnya.

" Nggak sekalian aja bantuin nyapu sama ngepel dulu kaya cleaning service." Andara mendengus sengit.

" Eh, mau kemana lu berdua? tanya Andara kembali pada Edo dan Zulfikar.

" Turun lah nyari sarapan. Emangnya berdiri di depan pintu gini bakalan buat perut lu kenyang? Gue sama Edo mau nyari bubur ayam apa ketoprak lumayan buat ganjel perut," ucap Zulfikar sembari berjalan kembali ke arah lift.

" Jadi kalian belum sempet sarapan?" Tanya Kania kembali.

" Mana sempat lah, bangun sholat subuh aja kesiangan. Belum lu nelpon berkali-kali ditambah suara ibu yang udah gedor-gedor pintu sambil teriak. Berisik banget." Izul menjawab.

"Lha kalian emang ngapain aja sih semalam kok bisa sampe kesiangan?" Tanya Kania kembali.

" Ya main lah game online. Tiga minggu nggak megang stick gatel dan rindu rasanya. Nih, si karedok yang ngajakin. Gue jadi nggak belajar deh semalem."

" Halah, alesan aja lu, Zul. Lu juga demen banget mainnya. Gue ngantuk ngajakin tidur jam sebelas juga lu yang ngerayu gue biar lanjut main lagi sampe jam tiga pagi."

" Gila lo main game online sampe jam tiga pagi, " Sahut Andara kembali.

" Udah deh nggak usah ribut. Gue ada makanan tuh di mobil. Gue bawa banyak. Emang sengaja gue bawa takut kalian belum pada sarapan. Ya udah, ke parkiran aja yuk."

"Bener-bener wanita pilihan abang Edo nggak salah ya. Wife material banget sih kamu, Neng." Edo menatap Kania penuh kekaguman.

" Siapa?" Tanya Kania.

" Kamu, sayang." Jawab Edo lagi sambil tersenyum penuh pesona. Kania berdecih.

" Siapa yang nanya, maksudnya ?" Ujar Kania kembali disambut tawa teman-temannya yang lain, bahkan membuat Dara dan Izul tersedak nasi kuning sampai mengeluarkan air mata. Mereka menikmati nasi kuning, urap-urap dan terancam, ayam bakar, sambal goreng kentang, kering tempe -teri juga telur dadar. Mama dan Bi Sum memasukkan makanan pada dua set rantang besar dan satu termos nasi ukuran sedang untuk mereka berlima. Ternyata masih berlebih. Ditambah dengan peralatan makan dari plastik yang lengkap.

" Mama kamu yang masak ini semua, Nia?" tanya Marini.

" Ya dibantu Bu Sum, mbak Nah, gue dan mbak Citra pacar mas Andri." Kania menjawab.

" Sambel goreng kentang dan telur dadarnya asli buatan aku. Trus nih kue brownis dan cheese cakenya juga aku yang buat. Kalau nasi kuning, aku yang menakar dan meraciknya.  Mbok Nah yang parut kelapa dan kunyitnya. Lalu, ini pie buah dan sosis Solonya , tadi malem mbak Citra yang buatkan."

" Pantes, rasanya enak benget sambel kentang dan telur dadarnya. Ternyata Adinda menaruh banyak bumbu cinta di sini." Edo menyahut kembali.

" Ah, lebay lu, Do!" Sahut Marini, Dara dan Izul bersamaan.

Kemilau Cinta Kania (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang