2. Arti Hadirmu

1.9K 59 0
                                    

Kania sedang duduk di ayunan tunggal yang ada di rooftop gedung kantor milik papanya.
Ingatannya berputar pada kejadian  tiga hari yang lalu. Saat itu Kania sedang bersama teman-temannya merayakan ulang tahun salah satu sahabatnya, Andara di sebuah mall di bilangan Jakarta Selatan. Andara mentraktir untuk nonton film action yang ada di bioskop yang ada di mall itu. Saat mereka sedang berjalan menuju bioskop, mata Kania menangkap sosok Kejora sedang menggandeng wanita yang tinggi semampai dengan riasan wajah yang sangat pas dengan wajahnya serta pakaian kemeja krem dipadu dengan rok span coklat tua selutut yang menampilkan kakinya yang langsung dan jenjang sangat pas membungkus tubuhnya yang sexy. Sebagai sesama perempuan saja, Kania mengagumi kecantikan dan tubuh bagus perempuan itu.

Kejora nampak tersenyum saat perempuan itu bergelayut manja pada tangannya. Perempuan itu menerima bingkisan yang sepertinya baru dibelikan Kejora di salah satu gerai di dalam mall itu.  Siapapun yang melihat, pasti akan pahan kalau mereka adalah sepasang kekasih yang sedang bahagia. Eh, kenapa hati Kania jadi perih yaa..

" Heh, ngeliat apaan sih? Lu kok jadi pucat begitu" Andara menepuk pundaknya.

" Tahu tuh, kayak nggak pernah lihat orang pacaran aja sih Nia. Kamu kenal apa sama mereka ?"  Kania hanya mengangkat bahunya menjawab pertanyaan Marini.

" Yuk ah cepetan, filmnya main lima menit lagi nih." Zulfikar mengingatkan temannya dan menarik tangan Kania untuk naik eskalator ke lantai paling atas mall itu.

" Eh, itu tangan coba dikondisikan yah, Zul. Bukan mahromnya ayo dilepas." Alfredo pura- pura mengancam dan menunjuk tangan Zulfikar yang memegang tangan Kania.

" Kayak lo mahromnya aja, Do." Zulfikar menatap Edo dengan sinis.

" Kalau sekarang emang belum sih, tapi insya Alloh nanti akan jadi pasangan jiwa."

"Eh, berisik amat sih lu pada. Studio berapa kita, Rin?" Kania bertanya pada Marini.

"Studio dua." Marini menjawab.

"  Ayo lari...cepetan, kayaknya filmnya mulai main tuh." Suruh Marini kemudian

*****

Kala itu bulan sudah tinggi ditemani gemerlap bintang gemintang menerangi angkasa yang kelam. Kania sedang berdiri di pagar pembatas gedung menatap hamparan taburan kilau lampu jalanan, kendaraan, gedung dan rumah penduduk di kejauhan berpadu memanjakan matanya . Jakarta sangat indah kalau dilihat dari tempat ini pada malam hari. Kedua tangannya menopang dagu pada tepian pembatas gedung. Pesona malam ini benar-benar sudah memakunya di tempat ini.

Tidak sia-sia dia merayu papanya untuk mendekorasi bagian atas gedung ini dengan  tanaman hias dan beberapa tanaman buah serta meletakkan ayunan dan bale bengong serta bangku dan meja. Lampu LED kecil aneka warna semarak melilit tiang penopang helipad yang ada paling atas gedung. Kania menghela nafas panjang. Dia bangkit  berdiri dari ayunan lalu berjalan menuju bale bengong yang atapnya seperti payung  yang mampu membuka dan menutup dengan remote control. Direbahkan tubuhnya pada bale itu lalu menatap langit yang telah ramai dihiasi gemintang malam.

" Dicari kemana-mana ternyata disini toh. Lagi ngapain, Dek?" Kania terperanjat dan menemukan sosok tinggi besar di sebelah kanannya. Diubah posisinya menjadi duduk, untuk mengatasi jantungnya yang tiba-tiba berdegup kencang. Selalu begitu kalau dekat dengan Kejora.

" Waktu banyak merubah semuanya ya Nia. " Kayaknya aku nggak ketemu kamu sekitar hampir 10 tahun dan kamu tiba-tiba sudah menjelma jadi bidadari." Kania tersenyum masam menanggapi pernyataan Kejora.

Kalau aku seperti bidadari, kenapa kamu malah memilih jalan dengan perempuan itu, mas Jora. Kania berkata dalam hatinya. Dia menghela nafas lagi.

Kemilau Cinta Kania (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang