22. Sidang

962 36 8
                                    

Dua minggu menjelang pertunangannya Kania benar-benar menghabiskan waktu hanya untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian akhir semester dan
mempersiapkan presentasi untuk lomba desain bangunan. Sama sekali tidak ada dalam pikirannya mengenai persiapan pertunangan atau urusan kelengkapan dokumen pernikahannya kelak dengan Zachary. Zachary sendiri lebih memilih berbicara dan berdiskusi banyak hal dengan orangtua, kakak dan kerabat Kania juga orang tua dan kakek Andara. Kania sama sekali tidak ingin tahu apa yang mereka perbincangkan dan perdebatkan. Semua hal tentang pernikahan dan rencana masa depannya dipasrahkan pada keluarganya. Gadis itu yakin keluarganya akan mengupayakan yang terbaik untuk masa depannya.

Hampir tiap malam dia tidur larut untuk belajar atau sekedar meneliti kembali detail desain yang dibuatnya dan merapikan maket. Keberadaan Zachary yang berada di sampingnya seringkali tidak digubrisnya. Semester depan dia bersiap untuk magang dan proses tugas akhir. Tak ada hal lain yang ada di pikirannya selain mempercepat masa studinya. Namun Zachary sangat mengerti kondisi Kania dan tidak mempermasalahkan hal itu.

Seperti malam ini, gerimis yang telah turun menambah syahdu malam yang beranjak larut. Suara ketukan di pintu kamar Kania terdengar.

" Masuk" jawab gadis itu singkat dengan tidak mengubah sama sekali fokus matanya yang tertuju pada laptop di hadapannya.

" Dek, makan dulu. Kamu belum makan sejak siang tadi. " Ucap Bu Shinta pada putri semata wayangnya. Kania menoleh pada mamanya.

" Nia sore tadi sudah makan kolak pisang dan kacang ijo buatan mbak Asih kok, Ma. "

" Iya, tapi mesti disuapin Zack dulu. Kamu itu sudah hampir jadi istri orang lho Kania. Besuk justru kamu yang harus melayani Zack. Jangan seperti itu lagi ya, nggak baik, Neng."

" Lho, siapa juga yang nyuruh? Kania awalnya kan nggak mau tapi dipaksa. Bang Zack yang tiba-tiba datang trus langsung acungkan sendok di depan mulut. Pake acara ngancam segala lagi."

" Ya soalnya kamu kalau nggak dibegitukan nggak mau makan sih. Kamu kan punya maag akut jadi wajar kalau dia khawatir. " Bu Shinta memeluk putrinya erat dicium puncak kepala Kania.

" Mama kok masih nggak percaya ya kalau anak bungsu mama yang cengeng dan manja ini sebentar lagi mau diambil orang." Bu Shinta tambah mengeratkan pelukannya dan mencium pipi putrinya. Kania merasa sangat nyaman dipeluk erat ibunya. Dia menarik nafas panjang mencoba menyerap seluruh aroma campuran melati, kayu dan mint yang segar dari tubuh ibunya.

" Mah... Nia sayang banget sama mamah. Nanti kalau Nia sudah nikah, mamah sama papa sering jenguk Nia di sini ya, Mah. Nia takut kesepian, Mah. Bang Zack pasti sibuk banget." Ibunya mengendurkan pelukan laku menatapnya beberapa saat. Diraih dagu putrinya menghadap ke arahnya.

" Mamah juga sayang sekali sama kamu, princess. Usia kamu tuh sebentar lagi dua puluh satu tahun, harus bisa bersikap dan berpikir dewasa. Harus bisa jadi istri dan ibu yang baik nantinya. Di sini masih ada Zack, ada Dara, Willy dan mbak Asih. Mereka nggak akan biarkan kamu sendirian. " Kania menatap mamanya dan memeluknya kembali.

" Makanya jadi orang harus selalu berpikiran positif. Kamu kan banyak kegiatan di sini : masih harus magang, ngurusi kios bunga dan cafe, ngurusi rumah tangga jadi nggak mungkin kesepian. "

Hening...

" Dek, hari Jum'at besuk setelah maghrib, kamu bukan gadis bebas lagi lho. Zack meminta papah dan kakak-kakakmu untuk dinikahkan sekalian sewaktu acara tunangan."

" Hah ? Ya nggak bisa begitu dong Ma. Kesepakatan awal kan menikahnya bulan Syawal setelah Idul Fitri. Senin depan Kania sudah final exam lho, Mah." Kania memberengut tanda protes.

Kemilau Cinta Kania (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang