28. Pengakuan

1.1K 50 0
                                    

Siang itu langit kelabu di atas Singapura. Matahari tidak terlalu menyengat. Andy baru saja menghentikan mobil di tempat yang sudah disediakan. Kania turun dan berjalan dengan anggun. Kali ini dia mengenakan plus lengan panjang pink dan rok Panjang merah marun. Rambutnya diikat kuncir kuda. Riasannya tipis. Dia menghela nafas keras sebelum melangkah penuh percaya diri menuju gedung bertingkat yang ada di depannya. Walau awalnya bimbang, berjuta pertanyaan mengisi Kepalanya. Namun dikuatkan hatinya ke sana.

'Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul 'uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii. Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.' .

" Selamat siang, saya Kania Tedjokusumo sudah membuat perjanjian untuk bertemu dengan Mr. David Leintz. " Ucap Kania begitu ia sampai di meja resepsionis.

" Tunggu sebentar nona, saya akan menghubungi Mr. Leintz terlebih dahulu." Kania baru saja ingin duduk di lobbi ketika seorang perempuan tinggi langsing dan cantik menemuinya.

" Kania Tedjokusumo ?"

" Ya"

" Mr. Leintz telah menunggu anda. Mari ikuti saya," ucap perempuan itu dan Kania dan Andy mengikutinya. Lift berhenti di lantai 17. Begitu keluar dari lift , mereka mendapati sebuah interior ruangan yang sangat megah. Kania memerhatikan sekelilingnya. Perempuan itu membuka pintu yang sangat besar dan menyilakan Kania masuk. Saat Andy akan melangkah, perempuan itu menahannya.

" Sebaiknya anda tinggal di sini Tuan."
Andy menatapnya seolah sedang menimbang sesuatu.

" Andy, kamu tunggu di sini saja ya, biar aku saja yang masuk. Nggak akan terjadi apa-apa kok. Aku jamin. "Andy menatapnya lama, kemudian mengangguk.

"Baik nyonya Chang. "

Kania melenggang masuk mengikuti perempuan itu. Terdengar suara orang sedang berbicara. Semakin dekat Kania dapat mengidentifikasi kalau orang itu sedang berbicara dengan seseorang melalui ponselnya. David menoleh ke arahnya, lalu mengangguk dan mengakhiri pembicaraannya di ponsel.

" Assalamu' alaikum Kania, akhirnya kamu datang juga. Have a seat"

" Wa 'alaikum salam warrohmah, Mr. Leintz atau saya harus memanggil anda pak Presdir ?" David terkekeh.

"Panggil Dave atau David saja seperti biasa, Mrs. Chang." David masih tersenyum menampakkan lesung di kedua pipinya.

" Ah...balas dendam anda rupanya pak Presdir. " David tergelak.

" Saya takut tidak sopan terhadap anda, Mrs. Chang."

" Ah Dave, kamu buat aku seperti nenek yang berusia 60 tahun. Please panggil namaku seperti biasa saja, Kania." David terkekeh.

" Jadi, apa gerangan maksud anda menyuruh saya datang ke sini ?" Tanya Kania yang dibalas David diam dengan sorot mata lurus ke arah Kania lalu diakhiri helaan nafas panjangnya.

" Mengapa kamu nggak mau menunggu ?" Ucap David mengakhiri aksi diamnya. Matanya masih mengawasi Kania. Sebelah alis Kania naik tanda dia tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan David. Belum sempat Kania menjawabnya, dia sudah mulai buka suara lagi.

Kemilau Cinta Kania (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang