Pagi yang mendung menyelimuti langit Singapore. Kania mulai bergegas memasuki gedung fakultas enam lantai. Awal Minggu yang cukup sulit. Sabtu Minggu dihabiskan untuk mengurusi bisnis dan berbenah kios. Kali ini dia dijadwalkan mempresentasikan rancangan gambarnya, namun kertas gambar yang berisi rancangan itu lenyap dua hari yang lalu.
Setelah Isya mereka berkumpul bersama; Kania, Lilian, Andara, Willy dan Zachary juga Indri dan Mario melakukan penelusuran rekaman jejak CCTV di kios bunga, maka mendapati pelaku yang mengambil rancangan itu membuatnya sangat terpukul. Nyaris membuatnya tidak bisa tidur dan membuat lingkaran hitam di bawah matanya pagi ini. Concelar harus dia bubuhi untuk menutupi sementara bayangan hitam di bawah matanya.
Pagi ini Zachary menjemputnya di apartemen. Walaupun tadi malam Kania sudah bersikeras untuk menolaknya, tetap saja Zack bersikukuh menjemput dan mengantarnya ke kampus.
" Wajahmu pucat dinda."
" Kelihatan banget ya , Bang?"
"Begitulah. Kuliah sampai jam berapa hari ini ?" Zack menjawab sambil menoleh sebentar ke arah Kania sebelum kembali menatap lurus jalanan.
"Mungkin sampai jam empat atau jam lima sore lah Bang, kenapa emangnya?"
"Abang jemput ya. Tunggu saja di dalam kampus."
Kania menoleh ke arah Zachary yang sedang menyetir.
"Nggak usah repot-repot lah Bang. Memangnya abang nggak ada jadwal operasi hari ini?"
Zachary menghela nafas. " Kamu sedang dalam keadaan tidak baik, dinda. Abang khawatir. Jadi biarkan Abang jemput kamu nanti sore. Jadwal abang hanya ada satu kali operasi nanti jam sepuluh pagi ini. Lalu dilanjutkan rapat. Abang pikir jam empat sore nanti abang bisa jemput kamu di kampus." Kania terdiam lama.
"Terserah Abang aja deh." Mobil yang mereka kendarai sudah masuk di pelataran gedung terbaru dari fakultas desain dan environment. Kania membuka seat belt-nya, ketika hendak membuka pintu, tangannya ditarik Zack.
"Dinda, sebaiknya kamu bicarakan masalah Daniel ini dengan dosen pembimbingmu. Jangan disimpan sendiri, saya yakin dia akan menemukan solusi terbaik." Ucap Zack serius. Kania menatapnya dan menganggukkan kepalanya.
"Iya Bang, terima kasih sarannya."
" Oke, jangan lupa ya. Aku akan jemput kamu. Jangan pulang dulu sebelum aku jemput ya sayang."
" Iya...iya Bang. Assalamu 'alaikum."
"Wa 'alaikumsalam wa rohmah"
Kania melangkah dengan gontai dan tidak bersemangat manapaki tangga memasuki gedung baru fakultasnya yang mengusung prinsip net zero energy building. Ingatannya berputar pada kejadian tadi malam. Terlihat dengan jelas dalam rekaman itu kalau yang mengambil rancangan desain itu adalah Daniel.
Daniel adalah teman seangkatannya di jurusan arsitektur. Mereka sangat dekat mungkin karena memiliki kesamaan berasal dari Jakarta. Daniel anak yang cukup ramah dan koperatif, cukup kocak untuk menanggapi gurauan Kania dan konyol. Beberapa kali mereka berada dalam satu tim perancangan dan mengerjakan tugas bersama.
Kania tahu setahun belakangan ini Daniel memiliki kesulitan ekonomi akibat usaha keluarganya yang tengah terpuruk. Dan Kania juga mengetahui niatan Daniel untuk mengikuti kompetisi itu karena mengejar hadiahnya yang sangat menggiurkan. Beberapa kali Daniel berdiskusi dan meminta saran kepadanya karena sudah dua kali Kania mengikuti lomba desain bangunan dan dan berhasil memperoleh kemenangan. Meskipun upaya yang pertama kali dia hanya memperoleh juara tiga namun sudah cukup lumayan bagi pemula untuk kontes tingkat dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kemilau Cinta Kania (Complete)
ChickLitPutus cinta itu mungkin lebih baik ketimbang di PHP. Dibilang teman tapi deket dan sayang banget, selalu kasih perhatian tapi nggak pernah ucapkan "tiga kata keramat". Kania nggak bisa ge er karena perlakuan Kejora hampir sama pada semua wanita, ap...