17. Bulan Merindu

1.1K 43 1
                                    

Tiga bulan sudah berlalu sejak kejadian gala dinner itu. Kania sedang menatap rembulan yang sedang bersinar penuh, diambilnya gitar dan mulai memetik senar menghasilkan alunan melodi yang indah. Mulutnya yang mungil mulai bersenandung membawakan lagu lawas I don't have the heart- nya James Ingram. Memorinya terpacu kembali kepada kejadian malam itu. Beragam peristiwa berkelindan silih berganti dalam pikirannya.

Malam itu setelah dia berhenti menangis, Zack membawanya pada sebuah kafe yang terdapat taman dipenuhi lampion dan lampu led kecil aneka warna yang sangat cantik di pinggir sebuah danau. Tempat itu tidak terlalu ramai, namun mereka masih punya keluasan privasi untuk ngobrol santai tanpa harus khawatir ada orang yang menguping pembicaraan mereka. Malam itu, sesuai janjinya maka Kania mulai menceritakan isi hati yang sesungguhnya. Tentang cinta pertamanya, tanpa ia harus menyebut nama Kejora di depan Zachary.

" Jadi kamu menangis itu karena dia sudah tunangan dengan perempuan lain ?"

" Bukan begitu Bang. Aku ikhlas kalau dia ternyata mencintai dan memilih perempuan lain, asal dia bahagia aku rela. Aku cukup tahu kalau memang cinta tidak bisa dipaksakan dan tidak juga harus memiliki kan?"

" Kalau kamu memang sudah ikhlas, lalu masalahnya apa?"

" Masalahnya dia tadi mengejarku saat aku kembali dari toilet dan mengatakan kalau aku harus menunggunya juga menyatakan kalau dia juga menyayangi dan mencintaiku sejak laman. " Kania terdiam, air matanya kembali mengalir. Setelah menahan diri dia berkata lagi.

"Dia bertanya padaku ; apakah aku benar-benar telah bertunangan dengan Abang." Suara Kania terdengar lirih.

" Lalu kamu jawab apa, Dinda?"

" Ya... aku jawab aja bukan urusannya mencampuri hidupku lagi. Dia nggak punya hak mengaturku karena bukan apa-apa ku. Mau aku tunangan sama Abang atau pria lain, apa urusannya?" Suara Kania seolah  tercekat, dia tak mampu melanjutkan berbicara lagi. Air matanya deras di pipi walau sudah berupaya kuat ditahan tapi tetap saja pertahanannya jebol.

" Dia menyuruh aku menunggunya menyelesaikan semua kekacauan urusannya lalu dia bilang selalu mengharap kalau aku bisa bersamanya, menjadi pendampingnya." Isak tangis Kania makin kencang. Zachary meraihnya dan membawanya dalam pelukannya, dibelainya kepala gadis itu . Kania merasa tenang dalam dekapan Zack.

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa semenjak kepulangan mereka berlibur dengan kapal pesiar itu, kehadiran Zack selalu membuat Kania tenang dan nyaman. Zack selalu ada di sampingnya setiap dia ada masalah atau dalam keadaan sakit, mengurusnya dengan sabar, membantu. Membantunya ketika dia dalam masalah. Terlebih saat Kania mengalami pelecehan oleh pria di kampusnya dan dikejar-kejar anak pengusaha ternama di Singapura yang hendak berbuat nekad mencelakai dirinya. Zack selalu menemaninya, menghiburnya ketika  sedih dan "down", menyemangatinya dan menginspirasinya. Usapan lembut tangan Zachary di kepala Kania, mengingatkan gadis itu saat didekap papanya.

Papanya juga sering melakukan seperti itu ketika dia menangis; membelai kepalanya dan memeluknya hingga tangisannya berhenti. Dekapan papa membuatnya tenang dan sangat nyaman. Sepertinya cuma papa yang bisa tahu dan mengerti apa yang ada di pikiran Kania. Zack mengusap pipi Kania yang basah. Sama sekali dia nggak menyela perkataan Kania, dibiarkannya gadis itu puas mengungkapkan semua uneg-uneg yang mengganjal hati dan pikirannya.

Tindakan Zack yang seperti itu sama persis seperti yang selama ini papanya lakukan pada Kania.

" Aku nggak ngerti Bang, kalau dia menyayangi dan mencintaiku mestinya dia berjuang dong buat dapatkan aku, apapun resikonya itu. Tapi kenapa dia malah mau bertunangan orang lain? Aku nggak tahu apa perasaan dia yang sebenarnya terhadap perempuan itu. Kalau dia memang pria yang baik, semestinya dia bisa jaga perasaan orang yang jadi pasangannya. Untuk apa dia mengejarku lagi? Mau menjadikan aku yang "kedua"? Kalau seperti itu maunya, aku nggak bisa Bang. Meskipun mereka belum terikat pada perkawinan yang sah, tapi aku nggak mau merusak hubungan cinta orang, terlebih mereka sudah bertunangan. Aku mengerti rasanya sakit karena diduakan." Suara Kania parau, tapi dia sudah mampu berbicara lancar tanpa tangis. Sejenak mereka terdiam- duduk bersisian dan sebelah tangan Zack masih mengusap punggung Kania. Kania menyandarkan kepalanya di bahu Zack. Zack menghembuskan nafas dengan keras.

Kemilau Cinta Kania (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang