Sakka nampak sibuk dengan dokumen diatas mejanya walaupun mulutnya terus mengunyah tomat yang ia letakan diatas mejanya.
"Sakka!!" Suara panggilan Raiga, sahabat baiknya Sakka membuat Sakka terkejut karena kemunculan nya yang tiba-tiba.
PRETTT
Sakka menyemburkan tomat-tomat yang ia kunyah hingga mengenai wajah Raiga yang tak kalah tampannya dengan Sakka.
"Sakkaaaaa....!!!" Raiga berteriak kesal sementara Sakka malah tertawa terbahak-bahak.
"Lu ngapain sih datang tiba-tiba, ngetok pintu nggak. Kan kaget gue" Ucap Sakka sementara Raiga nampak mencibir.
"Ya tapi ga usah nyemprot gue pake tomat juga dong, jorok amat sih lo!" Ucap Raiga sambil mengelap wajahnya dengan tisu diatas meja Sakka.
"Lah apa salah dan dosa ku?" Ucap Sakka dengan wajah yang dibuat-buat polos.
"Ngeselin lu bangkek!!" Maki Raiga dengan raut kesalnya yang malah membuat Sakka kembali tertawa.
"Udah ah, bacot aja lu. Gue mau pulang, bini gue nungguin di rumah" Ucap Sakka membuat Raiga mendelik.
"Sok punya bini, pacar aja ga punya lu. Dasar jomblo abadi!" Ledek Raiga dengan wajah sinisnya.
"Oyy jomblo teriak jomblo" Ucap Sakka membuat Raiga mendelik.
"Eh gue tuh bukan jomblo tapi gue tuh males jagain jodoh orang" Jelas Raiga membuat Sakka tersenyum geli.
"Halah, sok!! Udah lu ngapain kesini. Gue mau balik nih" Ucap Sakka sambil merapikan berkas diatas mejanya.
"Kakak gue nanyain lo terus noh, kayaknya kangen sama lo" Ucap Raiga membuat Sakka menghentikan aksi nya.
"Nape lu diem Sak?" Tanya Raiga dengan satu alis yang terangkat.
"Nggak, bukan apa-apa" Sahut Sakka kembali merapikan dokumen diatas mejanya.
"Lo ga ada perasaan buat Kak Sakura?" Tanya Raiga membuat Sakka menghelan nafasnya.
"Rai, gue belom mau mikirin yang begituan" Ucap Sakka membuat Raiga menghelan nafasnya.
"Kalo sama Suzy?" Tanya Raiga pelan namun masih bisa didengar dengan baik oleh Sakka.
"Suzy itu masa lalu gue" Sahut Sakka dengan senyuman yang terkesan terpaksa.
"Tapi dia kan alasan lo ga bisa buka hati buat Kak Sakura?" Tanya Raiga membuat Sakka memijat kening nya.
"Please jangan bahas ini lagi" Ucap Sakka membuat Raiga menatapnya nanar.
"Sampai kapan? Gue ga marah kok kalo lo ga bisa sama Kak Sakura tapi gue mau lo ga gini terus" Ucap Raiga membuat rahang Sakka mengeras.
"Sak-"
BRAKKKK
"RAIGA!!" Teriak Sakka sambil memukul meja dengan kuat membuat Raiga tak bisa menyelesaikan kata-katanya.
"Jaga bat-" "Orang tua Suzy bercerai" Raiga memotong ucapan Sakka sementara Sakka nampak melebarkan matanya.
"Apa?! Ucap Sakka dengan keterkejutan nya.
"Gue dapat informasi kalo orang tua Suzy ga akan bercerai kalo Suzy menikah dengan Luhan. Suzy melakukan nya tapi dia ga bilang alasannya sama Luhan karena dia mau lo benci sama dia dan bisa melupakan dia tapi pada akhirnya dia menyesali perbuatan nya" Ucap Raiga panjang lebar membuat Sakka terdiam.
"Dia memutusin pertunangan nya dengan Luhan karena dia cinta sama lo tapi akhirnya orang tuanya benar-benar bercerai" Lanjutnya membuat Sakka terduduk lemas.
"Gue tau apa yang dilakukan Suzy ke lo itu nyakitin Sak tapi Suzy ga salah juga. Dia mau keluarga nya tetap utuh" Ucap Raiga lagi.
"Sak, Suzy butuh lo sekarang" Ucap Raiga lagi dan lagi sementara Sakka masih terdiam.
"Gue pulang" Ucap Sakka datar lalu keluar dari ruangan kerjanya meninggalkan Raiga sendirian disana.
"Gue penasaran dia bakalan ngapain ya?" Ucap Raiga penasaran.
_____ ° _____
Keluarga Sasuke baru saja menyelesaikan makan malam tanpa kehadiran Suho dan Sasuke yang mungkin saja pergi bersama.
Ketika Sakka hendak menuju kamarnya dan mengistirahatkan pikiran nya yang nampak kacau, ia melihat Shin dan Surai didepan pintu kamar mereka membuat sebuah ide jahil terbesit di otak nakal Sakka.
"Surai!" Panggil Sakka ramah dengan senyum menawan nya membuat Surai dan Shin menoleh kearahnya.
Shin yang melihat gelagat aneh dari Abang nya itu pun mulai mengaktifkan alarm bahaya.
"Ya Bang, kenapa?" Tanya Surai dengan senyum yang tak kalah ramahnya.
"Tadi kan Abang kekantornya Shin mau ngajakin makan siang terus kamu tau ga abang liat apa? Tadi pas Abang mau masuk nih ya ke ruangan nya Shin, Abang liat ada cewek keluar dari ruangan Shin. Gila dek itu cewek bajunya ketat banget sampe abang bisa liat bentuk dadanya yang bulat, panjang, lonjong kayak buah pepaya" Cerita Sakka panjang lebar membuat Shin memelototinya.
"Kata Shin sekretaris gitu dek tapi kalo Abang ya dapet sekretaris kayak gitu mana tahan dek, pengen grepe-grepe rasanya" Lanjut Sakka sambil sambil menatap Shin dengan senyum nakalnya.
"Ahh Iya abang pergi dulu ya dek, selamat malam" Ucap Sakka buru-buru pamit.
"Sayang" Panggil Surai dengan suara horrornya.
"I-iya sayang" Sahut Shin kikuk mendengar suara istrinya yang terdengar menyeramkan.
"Udah kamu pecat belom?" Tanya Surai dengan tangan yang dilipat didepan dada.
"Sayang, ga bisa gitu dong tapi tadi udah aku tegur kok" Jelas Shin dengan suara lembutnya.
"Bilang aja kamu seneng liatnya" Ucap Surai sinis membuat Shin menghelan nafas berat.
Surai yang tengah hamil memang sangat sensitif dan hal itu selalu membuat Shin kewalahan dengan kesensitifannya.
"Sayang ga gitu" Ucap Shin sambil mengelus pipi Surai lembut.
"Tau ah, BT sama kamu. Kamu tidur diluar aja" Ucap Surai membuat Shin melotot.
BRAKKK
Surai membanting pintu cukup keras membuat Shin tersentak kaget sambil mengelus dadanya.
Surai menutup pintu bersamaan dengan Shun yang mau melewati kamar mereka menuju kamarnya.
"Nape lu? Tidur diluar? Kasihan" Ledek Shun sambil menggeleng-ngelengkan kepalanya.
"Bang Sakka nih" Ucap Shin yang nampak kesal.
"Lu sih keseringan jahilin Bang Sakka makanya dia balas dendam. Usil sih lu" Ucap Shun membuat Shin memutar bola matanya.
"Udah ah, gue tidur dikamar lo ya Bang" Ucap Shin dengan wajah memelasnya.
"Ga ga, kamar kita sekarang udah beda, kita udah pisah. hubungan perkembaran kita udah putus" Ucap Shun membuat Shin melongo.
"Selamat tidur diluar" Ledek Shun pergi memasuki kamarnya sementara Shin nampak mendelik.
Shin pun mengetuk pintu kamar Sakka namun tak kunjung mendapat jawaban membuat ia berdecak kesal.
"Bang oyy tanggung jawab dong" Ucap Shin sambil terus mengetuk pintu kamar Sakka.
"T-tanggung jawab apaan? Emang gue ngehamilin lu?" Sahut Sakka dengan suara seraknya dari dalam kamarnya.
"Bang lu kenapa?" Tanya Shin yang nampak khawatir dengan suara serak Sakka.
Suara Sakka sangat jarang terdengar serak, suaranya tidak mungkin serak karena ia mengantuk karena Sakka biasanya tidur sangat larut sementara kini baru jam 8 malam.
"Bang lu nangis?" Tanya Shin sambil berusaha membuka pintu kamar Sakka.
"Bang?!!" Teriak Shin khawatir sambil terus berusaha membuka kamar Sakka.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
S-seventeen [Book 3]
Fiksi PenggemarSasuke tak pernah membayangkan akan terjebak di dalam keluarga ini, keluarga kecil dengan keanehan yang amat luar biasa namun juga selalu bisa menghangatkan hatinya yang dingin.