Suho nampak tersenyum tipis ketika ia melihat Sakka yang sudah berada dibalkon kamarnya pagi-pagi buta membuat Suho menghampiri nya.
"Gue baru tau kalo lo punya kebiasaan baru" Celetuk Suho berdiri disamping Sakka membuat Sakka menoleh kearahnya dengan kekehan pelan.
"Kebiasaan baru ini Bang" Sahut Sakka membuat Suho ikutan terkekeh pelan.
"Oke sekarang gue bakalan inget kalo selain maen kelereng sampe pulang dijewer Mama ternyata Uchiha Sakka juga suka berdiri balkon kamarnya pagi-pagi buta" Ucap Suho membuat Sakka kembali terkekeh pelan.
"Masih inget aja lo Bang" Ucap Sakka sambil memukul bahu Suho pelan.
"Ya jelas inget dong, masa kecil itu kan masa yang paling ga mungkin dilupain karena kenangannya berharga" Jawab Suho membuat Sakka menganggukan kepalanya.
"Ahhh... gue jadi pengen balik jadi anak-anak lagi yang nangis karena jatoh bukan karena cinta" Celetuk Sakka sambil menatap kearah matahari yang hendak terbit.
"Dulu waktu kecil gue pengen cepet-cepet dewasa tapi pas udah dewasa pengen balik kecil, manusia itu emang serakah ya. Ga pernah puas sama apa yang udah dikasih tuhan" Ucap Suho dengan senyum kecilnya.
"Ya, gue juga ngerasa gue serakah. Gue pengen bahagia lebih dari ini, pengen banget padahal saat ini aja gue udah bahagia punya lo, Mama, Papa, Shun, Shin, Sarada, Suke, Seki, Surai, Saskey tapi gue ga pernah puas" Ucap Sakka dengan helan nafasnya.
Suho menepuk pelan bahu Sakka lalu merangkul bahu adiknya itu menatap matahari yang kini telah siap menyinari dunia.
"Sakka lo inget ga betapa begonya kita dulu?" Tanya Suho membuat Sakka tertawa renyah.
"Bego banget asli Bang, tiap hari dibegoin mulu sama papa dan yang lebih gobloknya lagi kita percaya. Astaga kalo inget rasanya malu banget" Ucap Sakka dengan senyum gelinya menggenang masa lalu.
"Dulu kita percaya aja kalo bumi bulat karena ga datar" Ucap Suho yang ikutan tersenyum geli.
"Iya pokoknya waktu kita kecil, kita dibegoin sama Papa mulu" Ucap Sakka membuat Suho mengangguk membenarkan.
"Sekarang kita juga bego, karena nangis cuman gara-gara cewek" Ucap Suho membuat Sakka menghelan nafas.
"Cewek nangis itu biasa tapi kalo cowok nangis itu tandanya dia sayang banget sama orang yang dia tangisi" Ucap Sakura yang tiba-tiba muncul dari belakang Suho dan Sakka.
"Mama?" Ucap Sakka dan Suho secara bersamaan menoleh kearah Sakura sementara Sakura nampak tersenyum kecil.
"Nak, sekejam apa pun dunia sama kalian, kalian harus tetap kuat karena kalian anak Mama yang kuat" Ucap Sakura sambil mengusap pipi Suho dan Sakka secara bersamaan.
Suho tersenyum lalu mengenggam tangan Sakura sementara Sakka hanya menempelkan tangannya pada tangan Sakura.
"Kalian sudah besar ya, rasanya Mama masih ga percaya, rasanya masih kemaren Mama gendong kalian tapi sekarang kalian udah besar bahkan sekarang kalian yang gendong Mama" Ucap Sakura dengan mata yang nampak berkaca-kaca.
"Mama bersyukur banget masih dikasih umur yang panjang buat liat kalian tubuh jadi pria-pria kuat dalam hidup Mama, Pria-pria ke banggaan Mama" Ucap Sakura meneteskan air mata harunya.
"Dan kami selalu bersyukur karena punya Mama sehebat Mama. Mama adalah Mama terhebat didunia ini" Ucap Suho sambil mengusap tangan Sakura dalam genggam tangannya.
"Yah Mama adalah Mama terhebat yang ga ada tandingannya, Makasih ya mah udah besarin kita dengan kasih sayang Mama yang ga pernah habis buat kita. Maaf karena kita suka bikin Mama marah dan belum bisa jadi anak yang baik untuk Mama" Ucap Sakka membuat Sakura menggelangkan kepala nya.
"Nggak sayang, Kalian semua anak yang baik. Mama selalu bangga sama kalian" Ucap Sakura membuat Suho dan Sakka memeluknya.
"Mama..." Guman Suho mempererat pelukannya pada tubuh Sakura yang begitu mungil dalam dekapannya bersama Sakka.
"Ya sayang" Sahut Sakura yang sudah menangis tersedu-sedu.
Sasuke nampak mengintip dari balik pintu sambil menahan air matanya yang hendak mentes.
Sasuke benar-benar bersyukur meskipun ia pernah berbuat dosa dimasa lalu tapi tuhan tak pernah berhenti memberikan ia kebahagiaan, entah bagaimana cara Sasuke harus mengekspresikan betapa bersyukur nya ia.
Sasuke menyekat air mata nya yang hendak turun lalu segera pergi dari sana, tak ingin ada orang yang melihat ia menangis namun sayangnya Surai sudah lebih dahulu melihat nya dengan senyum lembutnya.
"Papa..." Guman Surai menatap Sasuke dengan pandangan haru.
"Betapa beruntung Shin punya Papa sehebat Papa, Terima kasih sudah membesarkan Shin hingga ia bisa jadi Shin yang Surai kenal sekarang Pah" Ucap Surai sambil menatap punggung Sasuke yang mulai menjauh.
_____ ° _____
Shin nampak meletakan sebuket bunga diatas sebuah makam dengan nama Min Suga itu lalu menatap makam itu dengan pandangan sayu.
"Hei bro, apa kabar hari ini?" Tanya Shin seolah dirinya benar-benar bisa bicara pada sosok pria yang telah lama meninggal dunia itu.
"Happy Birthday, gue ga tau kenapa gue harus ngerayain ulang tahun lo sementara lo aja udah lama ninggalin gue Bro" Ucap Shin dengan kekehan pilu.
"Bro, Surai lagi hamil anak gue. Tenang aja gue ngehamilinnya pas udah nikah kok jadi lo ga usah mukul gue" Ucap Shin kembali terkekeh pilu.
"Lo tau ga? Hampir tiap malam Surai kangen sama lo Bro, dia selalu nanyain apa Kakaknya bahagia disisi tuhan?" Ucap Shin yang akhir nya meneteskan air matanya.
"Andai lo masih ada Bro, mungkin kebahagiaan gue dan Surai bakalan lengkap. Andai lo masih ada mungkin kita udah jadi pemain basket terhebat sepanjang sejarah" Ucap Shin sambil mengelus batu nisan sosok pria yang berharga dalam hidupnya dan istrinya itu.
"Lo tau ga, karena lo gue selalu takut gimana kalo seandainya gue kehilangan orang-orang yang gue sayang terutama Mama dan Sarada. Kehilangan lo aja rasanya idup gue udah ancur gimana kalo seandainya Matahari gue yang menghilang, apa gue masih sanggup untuk melanjutkan hidup" Ucap Shin dengan nafas yang memburu.
"Gue ga mau lagi kehilangan orang yang gue sayang Bro, rasanya sakit banget. Lo ga tau kan betapa sakitnya hati gue waktu liat lo mati dalam pelukan gue dengan kata-kata konyol lo yang bilang gue harus kuat, ga cengeng supaya gue bisa lindungi Surai? Lo ga tau Bro betapa hancurnya gue" Ucap Shin panjang lebar dengan air mata yang terus saja mengalir.
"Gue berusaha kuat Bro, gue bahkan bisa keliling lapangan basket lebih banyak dan lebih cepat daripada lo. Iya Bro, Fisik gue kuat tapi hati gue rapuh tanpa lo... Andai waktu bisa diulang kembali, gue pengen ngelakuin banyak hal sama lo Bro" Ucap Shin sambil menyekat air matanya.
"Sorry malah ngelantur ya" Ucap Shin dengan kekehan pelannya.
"Gue harus pulang Bro, Surai pasti nungguin gue dirumah. Tenang aja nanti gue sampein salam lo buat dia, jangan nakal lo disono entar malah diusir tuhan terus diceburin keneraka" Ucap Shin berpamitan dengan tawa renyahnya.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
S-seventeen [Book 3]
FanfikceSasuke tak pernah membayangkan akan terjebak di dalam keluarga ini, keluarga kecil dengan keanehan yang amat luar biasa namun juga selalu bisa menghangatkan hatinya yang dingin.