1. Temu kangen.

10.8K 450 34
                                    

Siang bolong gini, geng SMA lagi kumpul dirumah bunda Ayra. Walaupun gak lengkap, karena beberapa ada yang gak bisa hadir dikarenakan jarak. Apa lagi yang kuliah diluar negeri. Ya kali gitu, cuma untuk ngumpul pulang ke Indonesia, terus pas selesai balik lagi. Mereka tidak sekaya itu.

"Iya sodara-sodara sekalian, mari kita senam untuk mengawali pagi hari yang cerah ini,"

Azka berdiri ditengah-tengah ruang keluarga. Dia udah siap untuk joget, dan suara jingle Kopi luwak tarik malaka pun mengalun syahdu.

"Oke, angkat kakinya, satu, dua, tiga .. awali hari-harimu dengan minum kopi, kopi tarik dari luwak white kopi, kopi enaknya nyaman diminum, pasti bikin happy. Kopi tarik malaka~ ey, ey, e e ey."

Dengan sekuat tenaga Azka senam, sedikit ngasal. Karena udah lupa, soalnya terakhir lihat senam tarik malaka itu waktu nonton Opera Van Java di Trans7 sahur terakhir satu bulan yang lalu.

"Ih, Ya Allah malu aku," gumam Aisha yang dari tadi gak bisa nahan untuk gak mengumpati manusia abnormal kayak Azka.

"Ka, udah-udah, tobat dulu lah, udah tua nih gue, udah gak bisa aktif lagi," ucap Mawan.

"Ah, jan gitu lah, Wan. Mentang-mentang, Giska belum balik dari Jepang, lo jadi lemes gini. Itu, si Aksa nganggur," canda Azka.

"Uh, ayang embeb akoh, cini cini tium duyu," Mawan meluk Aksa yang duduk disampingnya.

Dengan muka pasrah, Aksa membiarkan Mawan melakukan apa aja ke mukanya, selagi tidak melukai.

"Sumpah, Mawan makin menjijaykan," umpat Nanang.

"Heh, diam kau jomblo," balas Mawan.

"Ah, rasanya udah lama gitu nggak lihat adegan homo Aksa-Mawan, udah hampir tiga tahun. Kangen banget, rasanya pengen balik SMA lagi," ucap Andita.

"Ma, homo itu apa?" Tanya Nirmala, anak Andita dan Cevin.

"Itu loh, cowok sama cowok mesra-mesraan. Itu homo," jawab Andita.

"Wah! Mala, suka banget ngeliat yang kayak gitu. Disekolah Mala, juga ada yang kayak gitu. Mereka so sweet," ucap Nirmala dengan antusias.

Andita teriak girang, dia meluk anaknya erat, "alhamdulillah, nurun juga ke kamu nak."

"Astaghfirullahaladzim, baru tau saia kalau fujoshi itu menurun ke anak. Untung gue batal jadi fudan waktu itu," ucap Nanang jijik.

"Vin, pa kabar otak lo? Di kerubuni manusia-manusia tidak berfaedah seperti mereka?" Tanya Ghandi pelan.

"Entahlah, diriku pusing dengan ini semua fergono, aku lelah. Aku ingin es buah," jawab Cevin dengan alay.

"Heh, kok lo pada malah ngomongin hal gak berfaedah sih," kesal Azka.

"Dari pada ngeliat lo joget kopi tarik malaka, lebih gak berfaedah lagi," balas Amar.

"Ih, jahat sama dedeq," Azka cemberut.

"Geuleuh, ih. Ingin rasanya ku ambil lebah, biar lo menciut kayak baju yang direndam di air panas," ucap Andang kesal.

"Eh, sori saya udah gak takut sama yang kayak gitu," ucap Azka sombong.

"Lah? Udah sembuh lo?" Tanya Nahla.

"Hooh, di jadiin bahan praktek sama Aksa, untungnya bisa bermanfaat buat gue," jawab Azka.

"Ih, Aksa sekarang pintar, ya? Jiwa tjabai nya mulai terkikis seiring waktu berjalan. Padahal, dulu dia uke termatjah dan terhebring satu angkatan," puji Mawan.

"Ah, bisa aja si monyet," Aksa senyum malu-malu.

"Bahasanya jan gitu dong seyeng, ada anak kecil nih," tegur Cevin.

Kembar-kembar Somplak. (EdiSi BaRu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang