30. Malam Pertama.

2K 191 23
                                    

Jam 11 lewat acara resepsi pernikahan Azka dan Aisha selesai. Semua pulang kerumah masing-masing, kecuali Mawan, soalnya dia pulang kerumah Ayra. Itu anak ya, lebih suka dirumah Ayra daripada dirumah sendiri, padahal cerewet mamanya sama kayak cerewet Ayra. Anak durjana emang.

Untungnya, rumah Ayra dan Ataya ini besar, jadi itu gak jadi masalah. Apa lagi keluarga yang lain banyak yang nginap kan, gak apa-apa, karena Ayra sayang Mawan, terus Mawan juga anaknya nurut banget, disuruh cium Aksa aja nurut, kan Ayra jadi gimana gitu ya, otaknya tambak korslet.

Oh iya, berhubung rumah Azka dan Aisha belum diisi perabotan, mereka tidur dirumah Ayra juga. Kenapa gak di hotel, biar anuannya enak? Tidur ya maksudnya. Yang mikir aneh-aneh, sini pelukan sama aku.

Gini loh sahabat, Kekeyi kali ah! Ulang ah, geli banget, gini teman-teman semua, mereka adain acara emang di gedung hotel, cuma ya ngapain nginap di hotel kalau rumah mereka masih di daerah itu juga. Walaupun punya uang juga, mending untuk beli masker, musim kokoron bok.

"Ah, aku tidur sini aja lah, males banget kalau harus kerumah Iden," kata Miyaz yang udah enak nyender di sofa mahal Ataya.

"Duh, aku juga jadi males pulang, nginap sini aja lah," sahut Aiden.

"Mon maap, punten, permisi, punya rumah sendiri malah tinggal dirumah saya, jual aja rumah kalian mending, gak guna!" omel Ayra sinis.

"Untung aku kebal hati, kebal kuping, dan kebal penglihatan. Jadi, aku gak dengar dan liat apapun," Miyaz dan Aiden tutup mata.

Ayra langsung nyamperin 2 abangnya, dan langsung digeplak itu pipinya. Pelan kok, Ayra sadar lah, abang-abangnya udah gak kuda lagi, eh muda maksudnya.

"Ayra," panggil Ataya, mukanya udah kaya nahan berak, gak berak beneran, tapi mau marah ke Ayra karna gak sopan sama abang sendiri.

"Iya, maap," balas Ayra sedikit gak ikhlas.

"Bang Arzan juga nginap disini?" tanya Ataya.

"Iya, Abang juga males kerumah Iden," jawab Arzan.

"Iya, aku juga Ta," jawab Hanif tanpa ditanya, asli udah gak bener otak abang kesayangan aku :'( sad.

Tunggu, perasaan yang rumahnya di Bandung cuma Miyaz deh, kenapa semua pasa males nginap dirumah Aiden? KAN PUNYA RUMAH MASING-MASING... A- ABANG.

"Dih, belum gue tanya juga," gumam Ataya pelan banget, takut di gaplok gais.

"Sombong banget ya, kalian semua. Gak ingat apa, rumah itu banyak sejarahnya, itu rumah tempat kita gede sampe semuanya bubaran karena udah punya keluarga masing-masing," dumal Aiden.

"Yaudah, sana kamu pulang kerumah sendiri," usir Arzan.

"Ehehehe.. mager ah, besok aja," balas Aiden sambil cengengesan.

"Udahlah, jangan ngebanyol mulu, ingat umur, udah gak bisa begadang dari pagi ketemu pagi lagi. Yuk, rehat dulu yuk, persendian butuh istirahat," kata Ayra, dia nyindir ya gais.

"Yuk, kita bobok yuk," Miyaz narik tangan Aiden, mereka lari ke kamar Ataya dan Ayra.

"Woy! Kamar tamu, kenapa malah kamar aku?!" teriak Ayra garang.

"Yuk, Nif."

Yah, abang tertua malah ikut-ikutan adik-adiknya, mana bisa marah Ayra tuh.

"Kita aja yang tidur dikamar tamu, Dek," kata Azrina istri Arzan.

Setelahnya para kakak ipar kabur ke kamar tamu, ninggalin Ataya dan Ayra yang masih diam di ruang TV. Mereka berdua saling lirik, terus pelotot-pelototan, pokoknya ngomong lewat batin.

Kembar-kembar Somplak. (EdiSi BaRu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang