7. Ya, terserah.

2.5K 222 3
                                    

Liburan kali ini buka  ke Ancol, tapi  ke pantai  yang lumayan jauh dari kota. Alasannya sih simpel, kalau ke Ancol pasti panas dan anginnya gak sesejuk angin pantai. Mereka cuma mau yang alami.

"Ndra, di luar negeri enak gak, sih?" Tanya Azka yang duduk disamping kiri Indra.

"Enak gak enak, enaknya kita bisa ketemu bule cakep, gak enaknya banyak bule mata keranjang" jawab Indra.

"Kamu sering dilihatin?" Tanya Gilbart khawatir.

"Sering. Makanya aku kalau kuliah pakai bajunya yang gede-gede, jadi mereka malas lihatnya" jawab Indra.

"Hoodie, atau kemeja?" Tanya Azka.

"Ya, dua-duanya. Kadang pakai hoodie, kadang pakai kemeja. Tapi kalau aku pakai kemeja, ada beberapa cowok yang suka ngeliatin aku intens" jawab Indra. "Itu kenapa, ya?"

Gilbart dan Aksa melotot garang. Sedangkan Aisha tersedak, dia pernah dikasih lihat foto couple kesukaan Ayra dan yang pendek pakai kemeja putih tipis, kata Ayra itu ngebuat mereka terlihat seksi dimata dominan.

"Mulai sekarang jangan pakai kemeja, cukup pakai hoodie" ucap Gilbart.

"Kenapa? Aku suka pakai kemeja, apa lagi yang gede, biar gak panas gitu" tanya Indra polos.

"Duh, Ndra. Lo tuh kenapa polos banget sih, jadi pengen gue culik" gemas Aksa. "gini manis, kemeja gede itu emang enak dipakai, tapi itu ngebuat lo terlihat seksi dimata seme, you know? Gilbart, ngelarang karena dia gak mau lo di gebet bule yang lain. Dia sadar diri kalau dia jauh dari lo, nurut ya sayang"

Indra natap Gilbart yang ngangguk setuju dengan apa yang Aksa bilang. Padahal Indra baru tau, kalau kemeja kegedean biasa buat seksi.

"Lo boleh kok pakai kemeja gede" ucap Azka santai.

"Sembarangan, punya gue nih" protes Gilbart.

"Dengar dulu, pakai kemejanya kalau sama Gilbart, pas dikamar" jelas Azka.

Aisha mukul lengan Azka keras. Sedangkan Gilbert senyum malu dan mukanya jadi merah.

"Gak boleh kalau belum sah" sela Aksa. "Ingat nih apa yang gue bilang, gak boleh sebelum SHA!"

"Eehhhh!!! Bahas apa ini! Ingat, masih ada kita yang dibawah umur!" Protes Arka.

"Wahib, udah SMA" ucap Wahib.

"SMA, tapi umur kamu baru tiga belas tahun. Tutup telinga!" Perintah Arka.

Wahib manyun dan nutup telinganya malas-malasan, begitupun Hafzhar yang ngikutin gerakan Wahib. Hafzhar itu anak polos, dia juga dekat dengan Wahib, jadi apa yang Wahib lakukan, bakalan di tiru sama Hafzhar.

"Wahib, di SMA banyak yang ganggu, gak?" Tanya Aksa yang mengalihkan pembicaraan dari topik sebelumnya.

"Paling anak brandal doang, yang mulutnya gak bisa dijaga" Arka yang jawab.

"Ada cewek yang dekatin gak?" Kali ini Azka yang tanya.

"Gak ada, mereka mana mau sama bocah. Udah gitu, Wahib gak pernah jauh dari Arka, karena semua yang mau dekat sama Wahib, itu cuma pura-pura baik, mau dapat contekan doang" jawab Arka malas.

Azka dan Aksa kompak hela nafas barengan. Rasanya pengen balik SMA cuma untuk melindungi adik mereka doang.

"Itu yang buat kita berdua gak pernah mau akselerasi. Otak kita memang bisa kerja sama dengan pelajaran yang ada diatas anak lain. Tapi untuk lingkungan? Kita malas ya jadi bahan bullyan cuma karena kita masih kecil, tapi udah SMA atau lulus kuliah. Tapi, Wahib juga udah terlanjur SMA. Satu tahun lagi kok, dan kalian lulus" ucap Aksa.

"Arka, abang minta tolong jagain adiknya, ya. Jangan sampai ada yang jahat sama Wahib, kalau perlu, nanti abang ngomong ke kepala sekolah. Masih kepala sekolah yang dulu, kan?" Tanya Azka.

"Udah ganti, beliau pensiun satu tahun yang lalu. Kepala sekolah yang sekarang masih muda" jawab Arka.

"Bagus lah, kalau masih muda. Jadi bisa diajak kompromi" gumam Azka.

"Pak Saepudin, masih ada?" Tanya Aksa.

"Udah pensiun juga, malah pas kita masuk beliau pamitan" jawab Arka.

"Ya udah, kamu tidur sana, itu adiknya juga udah tidur. Kita mau membicarakan hal-hal yang tidak boleh kalian dengar" perintah Aksa.

Arka mengangguk malas, dan dia ngelirik Wahib dan Hafzhar. Dua bocah itu beneran udah tidur, tapi tangannya masih ada di telinga.

Arka benerin tangan dua adiknya sebelum meluk Wahib yang duduk disampingnya dan menyusul ke alam mimpi.

"Papa tau, aku mau adopsi Altan, jadi anak aku" ucap Indra.

"Ha? Tau dari mana itu si papa?" Tanya Aksa kaget.

"Gak tau juga, tadi pagi bilangnya 'calon cucu' aku kaget, dong" jawab Indra.

"Tapi, papa gak marah, kan?" Tanya Azka, Indra geleng-geleng. "Yaudah, itu artinya papa dukung. Tinggal tunggu kalian lulus, kita otw Belanda ngeliat pernikahan kalian"

Indra dan Gilbart senyum malu. Padahal, kan masih satu tahun atau dua tahun lagi untuk lulus.

"Kita kapan?" Tanya Aisha.

"Minggu depan, sayang. Tunggu ya" jawab Azka.

"Hiyaah! Kamu bohong, ya?" Ejek Aksa dengan senyum miring dan mimik wajah konyol. (Khusus Dinda sobatku, baca pakai nadanya Samsul :v)

"Terserah mau bilang apa, tapi kalau minggu depan gue sama Aisha, beneran nikah. Lo jangan nangis karena tidur sendiri dirumah" ucap Azka santai.

Aksa berdecak malas. Kalau sudah diancam seperti itu, Aksa tidak bisa membalas. Sedikit takut juga kalau Azka beneran nikah minggu depan dan Aksa tidur sendiri.

"Orang dirumah lo banyak kali, Sa. Ajak aja salah satu adik lo" saran Gilbart.

Aksa senyum tipis. Dia pernah tidur bareng Arka, besoknya dia langsung nangis. Arka tidur udah kayak pemain bola, Aksa ditendang dan nyungsep kelantai.

Kalau sama Wahib, Aksa harus tidur sama Hafzhar juga. Jadi lah mereka tidur bertiga. Yang gak enaknya, Wahib itu suka bangun tiap malam untuk kencing, dan Aksa jadi suka kebangun juga.

"Tidur sama guling aja gue mah" gumam Aksa.

"Cie, yang galau mau gue tinggalin" ejek Azka.

"Ya, semoga lo tenang disisi Tuhan Yang Maha Esa" balas Aksa.

"Sialan" umpat Azka kesal.

Aisha, Indra dan Gilbart tertawa cekikikan mendengar perdebatan dua saudara kembar ini. Mereka saling sayang, tapi terlihat saling membenci. Jadi gemes lihatnya.

"Lo bisa nyusul bareng Ziel, tahun depan" ucap Gilbart.

"Masih kecil dianya, kasihan. Tunggu dua puluh tahun aja" balas Aksa.

"Wow, lo mikirin sampai sana juga. Berarti udah punya niat untuk serius dari sekarang, ya? Keren, gue harap lo bisa langgeng sampai pelaminan" ucap Gilbart.

"Ya, semoga aja. Tapi kalau Ziel, nemu orang yang dia sayang selain gue, gue terima. Gue juga bisa cari orang yang gue sayang" ucap Aksa.

"Anjir sadis, kayaknya lagi ada sesuatu nih sama Ziel, ada apaan, Sa?" Tanya Azka.

"Gak ada apa-apa" jawab Aksa cuek.

"Gak ada apa-apa, tapi mukanya kayak yang gak suka gitu. Kemarin juga, tumben banget gak ajak Ziel, biasanya selalu diajak" ucap Azka gak percaya.

"Dia ada acara sama keluarganya, dan itu baik biar dia gak jadi pendiam. Gue mah santuy" elak Aksa.

"Ya, ya, terserah"

Tbc.

Hiyah, ciat! Gemana? Bosan? Ya, saya juga 😂

Kembar-kembar Somplak. (EdiSi BaRu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang