33. PERNAH GAK?!

1.9K 225 40
                                    

Suasana di rumah sakit menegangkan banget, padahal Aksa udah selesai di periksa, dan yaa, emang kecapean dan darah rendah. Dirumah sakit cuma sisa Mawan, Andang, dan Aksa. Selebihnya di rumah Azka. Ayra dan Ataya lagi makan di kantin. Mereka sebagai orang tua kaget, wong lagi enak-enak arisan dirumah, tiba-tiba dapat kabar kaya gini.

"Ka, lo jangan tumbang juga plis," gumam Mawan sambil nutup mata rapat-rapat.

Mereka bertiga duduk di lorong rumah sakit, karena memang gak mau ganggu Aksa yang istirahat. Tadi aja, hampir Azka nyuruh dokter suntik tidur Aksa, biar istirahatnya gak keganggu. Cuma, efeknya itu yang buat Azka mikir dua kali.

"Hm," balas Azka pelan, matanya natap lurus pintu kamar inap Aksa.

"Gue minta maaf, Ka," gumam Andang.

Mawan ngebuka matanya pelan, setelah itu ngelik Andang yang ngacak-ngacak rambutnya kasar.

"Untuk apa?" tanya Azka.

Andang gak langsung jawab, dia malah ngejambak rambutnya sendiri, setelah itu mukul pelan kepalanya.

"Ndang, lo kenapa, sih?" tanya Mawan sambil nahan tangan Andang.

"Gue sialan banget, Wan. Semuanya selalu karena gue, waktu SMA Azka masuk rumah sakit karena gue, dan sekarang, Aksa sakit karena gue juga. Gue cuma jadi parasit untuk kalian," kata Andang terisak. Iya, Andang nangis.

"Ndang, lo ngomong apa, sih?" Mawan nepuk pelan pipi Andang, "sadar woy, jangan stres gini," katanya.

"Wan, lo jujur aja, lo juga ngerasa sial kan, berteman sama gue? Dulu gue pernah mukul lo, dan ngatain lo homo. Bahkan gue minum-minum abis itu, dan kalian nyelamatin gue, kasih kabar ke mama gue. Gue beban untuk kalian," ucap Andang menjadi-jadi.

"Ndang, apa-apaan, sih? Lo jangan nyalahin diri lo sendiri," Mawan ngeguncang badan Andang, "Ka, bantuin gue," katanya sambil ngelirik Azka.

Azka diam aja, dia masih fokus natap pintu kamar inap Aksa, dan itu ngebuat Mawan jadi stres. Mawan gak bisa buat orang tenang, selama ini kalau ada masalah, Mawan banyak cerita ke Aksa, dan Aksa yang nenangin. Lah sekarang? Mana bisa, Aksa lagi didalam.

"Ka, please, bantu gue," gumam Mawan pelan.

Azka masih gak respon.

"Udahlah, Wan. Azka mungkin sakit hati sama gue, lo bayangin aja, gue mulu yang jadi beban untuk keluarga mereka," kata Andang.

Mawan jadi pusing, sumpah deh, tujuh keliling pusingnya. Astaghfirullah, tobat aja deh Mawan kalau kayak gini mah.

"Gak usah banyak omong, Ndang," kata Azka datar.

Mawan dan Andang natap Azka samaan.

"Lo gak pernah jadi beban untuk keluarga gue, maupun teman-teman yang lain," lanjut Azka.

"Tapi, gara-gara gue..."

"Bukan, bukan gara-gara elo. Ini maunya Aksa. sama kaya gue dulu, itu mau gue. Lo pikir aja, emang elo yang nyuruh gue dan Aksa untuk mikirin masalah lo? Nggak, kan?" tanya Azka, "gue sama Aksa, sama-sama perduli kesemua orang. Apa lagi, elo yang udah kita anggap keluarga. Lo tau gak, kalau keluarga itu bakalan ada selamanya? Disaat lo penat sama kuliah lo, ada keluarga yang bakalan ngehibur lo, disaat lo punya masalah, ada keluarga yang bakal bantu lo. Jangan pernah nganggap diri lo beban  Ndang, keluarga gak saling membebankan, keluarga saling membantu," lanjut Azka.

Mawan dan Andang speechless dengarnya. Kayanya, keluarga Angkasa emang punya kelebihan untuk ngebuat orang tenang deh. Kata-kata Azka nyentuh banget, Mawan aja mau nangis.

Kembar-kembar Somplak. (EdiSi BaRu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang