14. Apa yang terjadi?

2.2K 192 19
                                    

Jam 7 malam Aksa duduk didepan tv sendirian, saudaranya yang lain udah masuk kamar masing-masing dan tidur. Karena Aksa udah tidur siang, dia gak terlalu ngantuk malam ini. Sedangkan yang lain kurang istirahat, apa lagi Azka yang abis diomel Gilbart.

Aksa lapar, tadi Azka sengaja gak beli nasi bungkus untuk Aksa, karena dipikir Aksa gak akan bangun sampai besok pagi. Tapi, Aksa malah bangun waktu mereka udah selesai makan.

Betapa malang nasib Aksa yang mana dari tadi pagi udah galau berat. Dengan langkah malas-malasan, Aksa ngambil jaket dan kunci motor dikamar. Dia mau cari makan dan cemilan yang bisa mengurangi kegalauannya.

Aksa ngeluarin motor ninja yang udah lama banget dia gak pake. Terkahir dipake waktu SMA kelas 2, selebihnya Azka dan Aksa lebih suka diantar Ataya, atau samaan berangkat dengan Ayra.

Azka menjalankan motornya pelan, dia sadar diri kalau gak pakai helm. Aksa sengaja gak pakai helm karena tempat orang jualannya dekat dari kompleks perumahannya.

"Woilah bangsyut!" Teriak Aksa kaget, saat tiba-tiba gadis dengan rambut panjang berhenti didepan motornya.

"Maaf, gue gak sengaja" ucapnya.

"Ya, maaf sih maaf, tapi jantung gue mau copot, nih" protes Aksa.

"Gue udah minta maaf" kesal gadis itu.

"Iya, serah lu, dah" gumam Aksa pelan.

Gadis itu menoleh kebelakang dan dengan cepat melepas jaketnya dan dibuang di rumput, lalu naik ke atas motor Aksa.

"Woy, apa-apaan, nih?" Tanya Aksa kaget.

"Tolong gue sebentar" gumamnya dan memeluk Aksa erat dari belakang.

Aksa melotot kaget, selama ini belum ada yang berani meluk dia dari belakang kecuali Azka dan Mawan waktu lagi kumat. Bahkan, Ziel gak pernah meluk Aksa.

Tiga orang pria lari didepan Aksa dengan tergesa-gesa. Dahi Aksa mengerut melihat ketiga pria tersebut. Belum pernah Aksa lihat sebelumnya, atau mungkin bukan penghuni perumahan ini.

"Apa mereka udah pergi?" Tanga gadis dibelakang Aksa.

"Ha? Siapa?" Tanya Aksa.

"Tiga preman tadi" jawab gadis itu pelan.

Aksa menoleh kearah tiga pria tadi pergi. Sudah tidak ada siluet tubuh pria tadi, itu tanyanya mereka sudah menghilang.

"Udah gak ada" jawab Aksa.

Gadis itu mengangkat kepalanya yang ia tenggelamkan di bahu Aksa. Ia ikut menoleh kearah pria-pria itu berlari.

"Bisa lo bawa gue keluar dari perumahan ini?" Tanya gadis itu lagi.

"Kemana? Kalau jauh-jauh gue gak bisa, gue gak pake helm" tanya Aksa balik.

"Terserah kemana, tapi jangan sampai ketahuan tiga orang tadi" jawabnya.

"Ya udah, lo ikut gue cari makan dulu. Entar kita kerumah gue dulu untuk ambil helm, baru gue antar kerumah lo" ucap Aksa.

Gadis yang tidak diketahui namanya itu hanya mengangguk pelan. Dia udah capek untuk curiga sama orang disekitarnya, dan dia rasa Aksa orang yang baik.

"Lo mau makan juga?" Tanya Aksa saat sampai didepan warung nasi goreng langganan keluarganya.

Dengan sedikit malu, gadis itu mengangguk dan duduk disamping Aksa.

"Nasi gorengnya dua kayak biasa, pak" ucap Aksa.

"Yoi Mas, tunggu bentar ya" sahut bapak penjual nasi goreng.

Aksa melirik gadis disebelahnya yang sedang mengelus pelan lengan nya. Aksa ingat kalau gadis itu membuang jaketnya dengan alasan yang tidak Aksa ketahui.

"Kenapa lo buang jaket lo tadi?" Tanya Aksa.

Gadis itu menoleh. "Gue mau hilangin sesuatu yang udah mereka tanda" jawabnya.

"Oh. Terus, lo kenapa dikejar-kejar sama tiga orang tadi?" Tanya Aksa lagi.

"Panjang lah ceritanya, pokoknya mereka itu musuh bokap gue. Mereka ngincar gue untuk ngancam bokap gue" jawabnya.

Aksa sedikit terkekeh. Kenapa dia jadi kepikiran sinetron yang ada di TV? Tapi memang kisahnya sedikit mirip dengan kisah di sinetron, dibutuhkan untuk bahan ancaman.

"Kenapa lo ketawa? Lo pikir gue bohong? Emang sih, kisah ini udah kayak kisah sinetron yang ada di TV, tapi ini beneran terjadi di hidup gue" ucap gadis itu, lalu mendengus.

Aksa berdeham sebentar dan memperbaiki posisi duduknya. "Maaf" gumam Aska.

"It's oke, gue gak terlalu tersinggung, karena emang gue juga berpikir kenapa hidup gue sinetron banget" gadis itu terkekeh pelan. "Nama gue, Belle" ucapnya.

"Cantik" ucap Aksa secara refleks.

"Iya, artinya memang cantik. Lo tau dari mana?" Tanya gadis bernama Belle tersebut.

"Maksud gue, senyum lo cantik. Wajar mama lo Belle, dan ayah lo benar-benar gak salah pilih nama, sesuai dengan namanya, orangnya pun cantik" ucap Aksa.

"Basi, gue udah dengar kata-kata itu dari jaman SMP" gumam Belle. "Sebenarnya, gue lebih suka dipanggil Azuhra, nama yang gak gue ketahui artinya, tapi gue rasa cocok dengan gue" ucapnya.

"Jadi, lo mau dipanggil Belle, atau Zuhra?" Tanya Aksa.

"Bukan Zuhra, tapi Azuhra, dan terserah lo mau manggil gue Belle, atau Azuhra" jawabnya.

"Apa beda Zuhra, sama Azuhra? Perasaan cuma beda di huruf 'A' doang. Pokoknya gue panggil Zuhra, titik"  ucap Aksa.

"Itu kan nama gue, kenapa jadi lo yang sewot" kesal Belle, atau bisa kita panggil Zuhra mulai sekarang.

"Hm, gimana ya, gue emang suka seenaknya. Maaf aja kalau tersinggung, gue akan tetap panggil lo dengan nama Zuhra" ucap Aksa.

Zuhra mendengus. "Serah lo aja dah. Lo kan cuma orang asing yang gue temui untuk hari ini doang" gumam Zuhra.

"Hati-hati dengan ucapan, entar kita malah satu rumah tiap hari, loh" goda Aksa.

"Najis, lo pikir gue mau jadi istri lo, apa?" Sinis Zuhra.

Aksa tertawa terbahak sambil memukul pahanya sendiri. "kok, lo geer banget, sih? Satu rumah setiap hari, maksudnya lo ngekos di rumah gue" ucap Aksa geli.

Pipi Zuhra tiba-tiba berubah menjadi merah, ia membuang wajahnya, tidak mau menatap Aksa yang masih tertawa terbahak.

"Duh, jangan tersipu gitu, dong. Jadi makin cantik, kan" goda Aksa lagi.

"Lo jangan goda gue kalau gak mau ngajak serius. Gue udah sering ya digoda, tapi gue paling jarang diseriusin" gumam Zuhra malas.

"Owala, minta diseriusin, tah? Tunggu keputusan dari calon pacar gue" ucap Aksa.

"Bangsatnya, lo udah punya calon cewek, masih aja gombal sana sini, memang cowok pada omdo" umpat Zuhra.

"Kan baru calon pacar. Udah deh, lo jangan cemburu" ucap Aksa. "Lagian, muka lo itu nggak cocok untuk berkata kasar"

"Ini Mas, pesanan nasi gorengnya" ucap Bapak penjual nasi goreng sambil meletakan dua piring nasi goreng.

"Makasih, pak" balas Aksa.

Bapak penjual nasi goreng cuma senyum, dan balik lagi untuk buatin pesanan orang lain.

"Makan dulu deh, entar setelah itu gue anterin pulang" ucap Aksa.

"Jangan antar pulang, mereka udah tau rumah gue" ucap Zuhra.

Aksa menatap Zuhra bingung, jika ia tidak ingin pulang kerumahnya, lalu kemana Aksa akan mengantarnya?

"Hm, ya udah. Lo makan dulu aja"

Setelahnya Aksa dan Zuhra fokus memakan nasi goreng.

Tbc.

Untuk yang berteman sama saya di WA, pasti udah tau kelanjutannya akan seperti apa 😂 saya suka spoiler lewat story WA

Kembar-kembar Somplak. (EdiSi BaRu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang