37. Tengkar, yuk!

1.7K 161 85
                                    

Makasih sayang-sayangku (ʘᴗʘ✿) ketawa terus ya ლ(´ ❥ 'ლ)

Ayra dan Ataya pergi setelah ngomongin masalah Aksa yang mau berhenti kuliah, dan Ataya juga udah bilang ke Aksa, kalau dia harus konsul sama Gibran.

Azka? Sumpah, itu anak pulas banget tidurnya. Berasa orang-orang yang ngobrol itu, lagu tidur untuk dia. Udah di gampar pelan sama Ayra, masih gak bangun juga. Semoga aja gak lewat. Uppss..

"Udaaahhh... Nangis mulu," gemas Mawan.

Aksa masih nangis gais, sedih banget dia. Padahal tahun depan dia mau lulus, kan Aksa pintar, jadi mau cumlaude gitu. Abis itu mau keluar negeri, mau lanjut kuliah, sengaja sih, selain jadi psikolog, Aksa mau jadi dosen juga. Dia tukar cita-cita sama Arka, nanti Arka yang jadi pilot, Aksa yang jadi dosen. Tapi, bakalan ditunda dulu.

"Mawan tau ini berat Aksa, Mawan juga awalnya gak setuju. Tapi, Aksa sendiri yang minta, kan? Aksa sendiri yang capek. Jadi, ayo istirahat dan dari pada sedih mulu, mending mikirin yang happy-happy deh, biar cepat sembuh," kata Mawan.

"Aksa kekanakan gak sih, masalah gini doang, minta keluar kampus," gumam Aksa.

"Masalah gini, doang?!!! Iihh, kalau gak sakit, ku betot pala mu! Heh, sakit mental jangan dianggap remeh. Aksa ngerasain sendiri gimana sakitnya, kan? Bahkan Aksa gak tau letak sakitnya dimana, tapi itu sakit! Istirahat Aksa, apapun yang terjadi, love yourself," kata Mawan, melemah diakhir.

"HUAAA!!! PELUUUKK!!" teriak Aksa sambil ngerentangin tangan.

Mawan tepok jidat, tapi setelah itu meluk Aksa. Gak tega dia liat sahabat gilanya tambah gila. Udah gitu manjanya jadi nambah banget lagi. Buset, otw masuk UGD nih, si Mawan.

"Heh, kalian ngapain peluk-pelukan? Homo beneran?" tanya Azka yang gak tau kapan bangunnya.

"Bacot kau firaun," maki Mawan, posisinya masih meluk ya.

"Ku betot pala kao," Aksa ikut-ikutan.

"Iihh, sensitip amat lo dua," gumam Azka aneh, iya, aneh ama kelakuan saudara kembar dan temannya.

Mawan ngelepas pelukannya, dia duduk lagi di kursi samping kasur Aksa, "Ka, Aksa berhenti kuliah," kata Mawan.

"Anjing?!"

Iya, itu respon Azka. Refleks aja dia keluarin kata-kata kramat. Untung gak ada Ataya, bisa-bisa kepalanya melayang.

"Jangan main-main lah, setan!" maki Azka.

"Goblok, gak ada yang main-main. Aksa beneran mau berhenti kuliah dulu, cuti. Adek lo sakit nih, mau pemulihan dulu," jawab Mawan sinis.

"Manja banget, sih? Pusing mikirin masalah orang doang, sampe ngambil cuti kuliah," kata Azka kesel.

"Heh! Mulut lu kaya gak pernah sekolah, ya? Sadar dong, lo pikir adek lo mau kaya gini? Lo kenapa, sih? Gak bisa ngertiin Aksa, dulu waktu lo sakit, Aksa tuh mati-matian gak mau drop biar dia bisa jagain elu, dia bahkan nyembuhin trauma lo sama lebah! Liat sekarang, gak ada adab lo ngomong seenaknya, ya!" balas Mawan.

"Please lah, masalah gini doang sampai buat Aksa drop? Bro, iya gue drop karena masalah orang juga, tapi gue gak pernah mikir mau keluar dari sekolah? Gue gak lebay kaya Aksa, ya," kata Azka emosi, baru bangun tidur dia, diajak adu argumen, ya hayuk aja.

"Astaghfirullah, benar-benar gak ada akhlak, nyebut lo, tapir! Ka, sadar!!! adek lo lagi drop gini bukan butuh argumen, dia butuhnya support. Gila lu, ya? Astaghfirullah, Ya Allah ampuni hamba mu."

"Lu bisa diem gak, sih? Perasaan disini yang mau gue ajak ngobrol tuh, Aksa, dan apa-apaan dengan lo yang ngasih tau gue berita ini? Gila, gue berasa bukan siapa-siapa. Gak ada ijin, gak ada rembuk dulu... Gills, hebat banget, udah gak dianggap ya, gue?"

Kembar-kembar Somplak. (EdiSi BaRu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang