13. Iya, minggu depan 'SAH!!!'

2.4K 202 6
                                    

Setelah pulang dari pantai, Aksa langsung masuk ke kamar dan tidur. Sedangkan yang lain, lagi angkut barang dan bersih-bersih mobil.

Wahib bersyukur karena dia bisa pisah dari Nirmala. Ya walaupun Wahib suka sama Nirmala, tapi disisi lain Wahib ngerasa bahagia kalau Nirmala gak ada. Ya ngerti lah, karena apa.

"Capek gila, sumpah dah" ucap Azka sambil gerakin badannya yang pegel.

"Latihan jadi ayah yang baik, Ka" ucap Aisha.

"Ehehehe, iya sayang" balas Azka.

"Sweet" gumam Indra.

"Percuma Sweet kalau gak ada hubungan dan gak ada tanda-tanda ngajak serius" timpal Gilbart remeh.

Azka melotot tajam, sedangkan Gilbart senyum remeh dan menantang. Gilbart sengaja sih, biar Azka cepat-cepat ngelamar Aisha, kasihan Aisha udah nunggu dari jaman SMA.

"Kalian tuh repot banget ya, gue yang ngejalanin kok kalian yang repot itu, loh" kesal Azka.

"Itu sih tuntutan, karena lo orangnya selalu mengumbar dan otomatis itu jadi bahan pembicaraan orang sekitar. Ya resiko lah, kalau gak mau diurusin orang, ya lo hidup di goa aja, biar yang omongin lo cuma rumput bergoyang" sambar Gilbart sadis.

Indra geleng-geleng ngeliat pacarnya yang mulai banyak omong. Entah sejak kapan, Gilbart jadi julid banget, mana kata-katanya pedes lagi.

"Udah, kamu jangan ganggu Azka, sama Aisha, dong. Terserah mereka lah mau apa juga, kamu ini gara-gara nonton rumpi no secret jadi kayak gini" omel Indra.

"Astaghfirullah, mana ada aku nonton yang kayak gitu" bantah Gilbart. "Aku tuh ngomong realistis aja, ya lagian mana ada cewek yang mau digantungin mulu. Coba tanya Aisha, deh" lanjutnya.

Azka dan Indra kompak natap Aisha yang sedari tadi diam, nyimak perdebatan kasus 'pemindahan ibu kota' yang lagi seru-serunya.

"Kamu gak apa-apa digantungin, Azka?" Tanya Indra.

"Ha? Eh, nggak apa-apa, kok" jawab Aisha kelabakan.

"Tuh, dilihat dari muka aja udah kelihatan berbeda. Jujur aja kali, kalau emang capek ya bilang. Biar dia gak terus-terusan nyaman sama situasi ini" ucap Gilbart sambil melirik Azka.

"Lo punya masalah apa, sih, sama gue? Perasaan sinis mulu, dah," tanya Azka bingung.

"Bukan masalah, bro. Cuma ya gue kasihan sama cewek yang lo janjiin. Ibu lo cewek, nenek lo pun cewek, coba lo bayangin saat keluarga lo yanh cewek dijanjiin tapi gak pernah ditepatin sama orang itu, kesel, gak? Ya kesel, lah," jawab Gilbart. "Ya, walaupun emang bukan urusan lo, tapi lo sebagai keluarga pasti kepikiran dan otomatis itu jadi urusan lo juga"

"Maaf ya, Sha. Aku ngecewain kamu selama ini. Kalau kamu nyaman sama yang lain, dan dia mau ngajak kamu lebih serius, aku ikhlas kok, Sha" ucap Azka lemas.

"Ya gak gitu juga bego! Lo pikir, deh! Siapa yang mau dekatin Aisha, disaat mata lo selalu melotot dan mata-mata lo di kampus Aisha, banyak banget" omel Gilbart sambil menjitak kepala Azka.

"Ya abisnya gimana, gue masih kuliah, kalau gue nikahin Aisha, mau gue kasih makan apa? Cinta sama kentut? Lu kata bisa kenyang, yang ada, Aisha jadi busung lapar!" Emosi Azka.

"Aduh, setidaknya lo ngikat Asiha, lah. Kayak Bunda sama Ayah lo waktu SMA" ucap Gilbart.

"Eh? Tau dari mana lo?" Tanya Azka kaget.

"Itu, si Aksa, suka cerita dia ke gue. Kisah Ayah dan Bunda lo juga menarik, walaupun kisahnya tuh pasaran, tapi ya menurut gue masing-masing cerita itu punya kesan tersendiri walaupun inti sarinya sama" jawab Gilbart.

"Lo ngomong apa, sih? Apa semua anak psikolog kalau ngomong selalu gak gue mengerti? Apa lagi si Aksa, kalau lagi kumat suka pakai bahasa alien" gumam Azka.

"Menghina, sebenarnya bahasa gue gampang aja dimengerti. Cuma, lo lagi kesel sama gue, jadi otak lo gak bisa cerna kata perkata" ucap Gilbart songong.

"Gilbart, kamu hari ini banyak omong ya, dan aku yang capek dengernya. Kamu tuh udah terlalu banyak ngurusin masalah Azka, gak sopan tau" omel Indra.

"Ini cuma saran, sayang" alasan Gilbart.

"Iya, tapi sarannya terlalu banyak. Lagi pula, Azka emang bener, kok. Dia mikirin gimana cara dia dan Aisha, makan setelah menikah nanti. Sayang, nikah itu gak segampang yang kamu kira, yang tinggal ucap qobul didepan penghulu lalu 'sah' dan langsung resmi. Kata 'sah' itu bukan akhir, justru awal untuk memulai. Kamu jangan asal ngomong, kalau kamu juga masih mikir panjang untuk nikahin aku" sekarang Indra yang membalikkan keadaan.

"Gak gitu sayang, aku bisa aja lamar kamu sekarang. Tapi, yang aku takut itu kamu nolak. Kamu tau kan, kalau sekali aku ditolak, aku gak akan ngulang untuk mohon. Aku nunggu momen yang tepat. Yang mana saat itu, kamu siap" ucap Gilbart.

"Kok cuma aku yang siap?" Tanya Indra aneh.

"Ya karena dari sekarang pun aku udah siap, Sayang. Tinggal kamunya aja, kalau kamu bilang siap saat ini, aku bakalan bawa kamu ke Amerika. Tapi, kamu masih kuliah, kan? Kamu juga mikirin orang tua kamu yang bakal kesepian tanpa kamu. Aku ngerti, makanya aku nunggu" jawab Gilbart.

Indra melayang, baru pertama kali pacaran dan langsung dapat cowok semanis Gilbart. Rasanya Indra mau cepat-cepat tamat kuliah dan menjadikan Gilbart miliknya sendiri.

"Kok, kita jadi nyamuk, ya?" Bisik Azka ke Aisha.

"Ehehe, gak apa-apa. Aku suka dengar kata-kata mereka berdua" balas Aisha.

Azka terdiam dengan mulut terbuka lebar. Ini pasti ketularan virus fujonya Ayra.

"Ya udah, aku kebelakang dulu, mau ambil sesuatu, kamu tunggu disini aja, pantengin mereka, jangan sampai berbuat zinah" ucap Azka.

Azka lari kearah dapur. Dia ngeluarin hp dari kantong celananya. Dia mau telfon Ayra, mau membicarakan hal penting.

"Assalamu'alaikum, Bun" sapa Azka.

"..."

"Itu yang masalah kemarin"

"..."

"Selesai bunda pulang dari sana?"

"..."

"Terus cara bunda mempersiapkan semuanya, gimana?"

"..."

"Oh, iya. Ya udah, Azka cuma mau tanya itu doang kok. Bunda hati-hati, salam untuk Ayah, Mamah dan Papah. Assalamu'alaikum"

"..."

Setelah nada 'bip' diakhir, Azka langsung narik hpnya dari telinga. Dia ngelirik kebelakang dan kesamping kanan kiri, takutnya ada yang nguping. Ternyata gak ada.

Dengan langkah santai Azka kembali keruang keluarga. Indra dan Gilbart sambil asik ngobrol, sedangkan Aisha cuma diam sambil senyum-senyum gak jelas.

"Sha, kamu kenapa jadi fujo gini?" Tanya Azka pelan.

"Eh, Ka? Ngomong sama aku?" Tanya Aisha yang baru sadar kalau Azka udah duduk disampingnya.

Azka geleng pelan, "aku ngomong sama angin yang berhembus" jawab Azka asal.

"Owala" gumam Aisha pelan. Aisha kembali natap Indra dan Gilbart.

Azka cemberut ngelihat Aisha yang lebih suka mandangin Indra dan Gilbart. "Sha, minggu depan sah, ya?" Bisik Azka pelan.

"He? Apa, Ka?" Tanya Aisha.

Azka gemes, kenapa Aisha jadi rada bolot akhir-akhir ini. Azka narik pipi Aisha gemas. "Minggu depan kita sah" ulang Azka.

Aisha sedikit mencerna ucapan Azka, dan beberapa detik kemudian matanya melotot dengan dramatis. Azka senyum kecil ngeliat reaksi Aisha yang terlambat.

"Beneran?" Tanya Aisha.

"Iya, minggu depan 'SAH'" jawab Azka.

Tbc.

Beneran 'SAH' atau cuma omong doang, kalau beneran 'SAH' Aksa bobo sendiri dong :(

Kembar-kembar Somplak. (EdiSi BaRu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang