Selamat membaca dan selamat berimajinasi😊😉
¤¤¤¤
Akhirnya setelah berjalan jauh mereka sampai di Bukit Mercury tepat pukul 4 sore. Mereka pun bersorak senang dan menghirup udara segar di sana. Apalagi panas matahari sudah mulai redup menambah kesan sejuk.
"Heuhh ... usaha kita gak sia-sia." Terdengar Argiz berbicara sembari melentangkan tangannya menarik nafas menghirup oksigen alami di sana.
Termasuk Gazzy, sepertinya dia melamun terbawa suasana sekitar yang terasa begitu damai.
"So, kita nginep di sini?" delik Yora memastikan. Gazzy yang mendengar itu langsung menoleh dan meresponnya."Ya iyalah, Ra. Gak mungkin juga kita balik malem ini."
"Siang aja kita nyasar apalagi malem!" timbal Ly. Argiz mulai bingung."Tapi kita semua gak ada yang bawa perlengkapan camp!"
"Ya terpaksa kita harus tidur di tanah. Ya ... seenggaknya ber-alaskan daun atau apa, ke.'' Ucapan Gazzy terdengar mendesak.
"Oke kalo gitu, kita bagi tugas. Ada yang cari kayu bakar buat api unggun dan dedaunan besar buat alas tidur," saran Yora pun di terima.
"Eh Ra, lo mau kevmana?" tanya Argiz yang melihat Yora juga mengikuti masuk kedalam hutan."Ya gue mau cari kayu bakar, lah."
"Mendingan lo di sini aja, siapin makanan atau apa, ke. Lo kan belum sepenuhnya pulih, gue yang temenin biar gue yang beresin tempat ini buat nanti kita tidur," sahut Richard sembari menyari kesempatan.
"Oke, deh. Bekal kalian kumpulin ya, biar gue bagi rata." Yora pun menyetujuinya. Sebelum hari semakin gelap, mereka pun dengan semangatnya mencari kayu bakar, terkecuali Yora dan Richard.
>>><<<
Terlihat Yora sedang mengupas buah menggunakan cater, untungnya Richard membawa pisau kecil itu yang pastinya sangat di butuhkan.
Terngiang di pikiran Yora, ia mendengar suara seseorang.
'Yora, jaga dirimu baik-baik sayang'
Yora pun melihat ke sana ke mari mencari suara siapa yang didengarnya itu. Hingga netranya terkunci pada seseorang yang sedang berdiri di jalan menuju arah hutan, sembari memberi Yora senyuman tulus.
"Mamah??!" kejut Yora.
"Aww!!" Yora terpekik kesakitan, cater yang dipegangnya tak sengaja melukai tangan yang sedang memegang buah itu.
"Yora lo kenapa?? Astaga! Lo ceroboh banget, sih." Richard cemas melihat tangan Yora yang berdarah, ia segera mengambil air minum untuk membersihkan tangan Yora.
Richard pun segera menarik bajunya sampai sobek dan sobekan baju itu ia gunakan untuk menutupi tangan Yora agar darahnya tidak keluar lagi.
"Ssh ... sakit Rii, pelan-pelan dong!"
"Lagian lo kenapa sih sampe kaya gini, mikirin apa lo?"
"Tadi tiba-tiba gue kepikiran nyokap dan entah itu halusinasi atau apa, gua ngeliat dia ada disini."
Richard sedikit aneh pula mendengarnya."Hmm ... mungkin lo kecapean ditambah lo rindu nyokap lo."
"Tapi perasaan gue ko jadi gak enak gini, ya. Gue jadi inget orang tua gue Rii!"
"Udah, sekarang lo istirahat aja dulu jangan mikir yang macem-macem."
Tapi Yora tetap saja memikirkan kejadian tadi, apakah itu pertanda? Tapi Yora tidak mengerti apa maksud dari ini semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboy's Patner
Teen Fiction[[ REVISI SETELAH TAMAT ]] "Ini hidup gue! BEBAS, itu cara gue untuk hidup! Jadi jangan pernah lo berusaha untuk menutup jalan kebebasan hidup gue! Karena lo gak bakalan sanggup untuk hal itu!" -Liora Ersya Violetta- ¦¦ ¦¦ "Kehidupan yang sebenarnya...