Maaf

20 7 9
                                    

Selamat membaca dan selamat berimajinasi 😊🤗

¤¤¤¤

Di perjalanan pulang, Yora terus saja memikirkan pembicaraan tadi. Dia tidak menyangka Bu Nira dengan seenaknya melakukan perjodohan ini demi menyelamatkan keluarganya. Namun itu tidak sepenuhnya salah, Yora juga harus mengerti dengan amanah yang harus Bu Nira jalankan.

"Ra, stop!" Teriakan seseorang yang bersepeda tepat di sampingnya memecahkan pikiran Yora.

"Argiz?" Yora sedikit terkejut, tapi detik berikutnya dia malah mengencangkan menggayuh sepedanya. Sepertinya dia masih enggan bertemu dengan sahabat-sahabatnya.

"Yora!!" Tak mau kalah, Argiz terus mengejar Yora dengan kecepatan yang sama. Dan akhirnya sepeda Argis berhasil mendahului Yora dan menahannya.

"Lo ngapain ngalangin jalan gue? Minggir, gue mau lewat!"

"Gue gak akan minggir sebelum lo mau ngomong sama gue, Ra." Masih dengan posisinya Argiz berucap.

Yora membuang muka."Lo mau ngomong apa? Kita udah gak ada urusan!"

"Please, Ra. Sebentar ... aja. Lagian gue sendirian, ko. Gue gak ngajak temen-temen yang lain." Yora masih tetap diam."Lo diem, berarti lo mau diajak ngobrol sama gue. Kita jangan ngomong di sini, ikut gue."

Dengan terpaksa Yora mengikuti Argiz. Dan ternyata tertuju pada sebuah cafe.

>>><<<

"Lo yakin, gak mau nongkrong lagi sama yang lain?" Setelah Argiz memesan dua white coffe, ia langsung memulai pembicaraan.

"No!" ketus Yora.

"Padahal ... gue sama anak-anak di basecamp kangen sama lo, Ra." Argiz menatap serius ke arah gadis di hadapannya ini.

"Ck, lo jangan basa-basi. Gue gak punya banyak waktu!"

"Oke-oke. Lo masih marah sama Richard?" Argiz sedikit ragu untuk menanyakan hal itu. "Gue gak marah, gue cuma benci sama dia!" Yora muak mendengar nama itu, pikirannya jadi teringat saat dirinya hampir dilecehkan oleh sahabatnya sendiri.

"Gue tahu Richard salah, dan dia sendiri menyadari itu. Dia sudah beberapa kali hubungin lo cuma buat minta maaf, bahkan anak-anak yang lain pun ikut hubungin lo hanya untuk bantuin Richard. Tapi faktanya, lo gak bisa dihubungi."

"Basi lo, Giz. Lo sama yang lain mau-maunya disuruh Richard buat bantuin masalahnya! Harusnya dia bisa selesain ini dengan kerja keras dia sendiri! Gue semakin benci sama dia! Gue harap lo jangan berteman lagi sama Richard!"

Argiz terdiam sejenak, dia bingung harus memposisikan dirinya di mana. Mereka berdua sama-sama temannya, dan Argiz harus membela keduanya."Iya, Ra. Gue ngerti. Tapi ... Richard pernah bilang sama gue, kalau lo maafin dia, dia bakal berubah."

"Ck, itu hanya omong kosong! Mustahil banget dia bisa berubah!" Yora tersenyum meremehkan Richard."Udahlah, Giz. Kalo lo terus bahas dia, gue mendingan balik!" lanjut Yora seraya berdiri.

"Tunggu, Ra!"

"Apa lagi, huh?!"

"Lo lagi nyari Firly, kan?" Yora terdiam dan itu menjadi jawaban untuk pertanyaan Argiz barusan."Gue tau dia di mana. Gue pernah liat dia di daerah utara, kota deket pantai. Tapi maaf, gue gak tau pasti rumahnya yang mana. Yang gue tau ya ... itu, dia tinggal di daerah sana."

Tomboy's PatnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang