Acting

10 2 0
                                    

Langkah Yora mengarah pada gedung senior, ternyata ia hendak menuju kelas Kenzo. Namun, tepat saat dia sampai, kelas tersebut sudah mengawali pembelajaran. Terpaksa ia harus meminta izin terlebih dulu pada sang guru.

"Permisi, Bu." Yora berucap dengan posisi masih berdiri di ambang pintu kelas.

"Iya, ada apa? Eh, bukannya kamu junior? Sedang apa kamu di gedung senior?" tanyanya.

Yora bergeming sejenak, ia mencari alasan agar bisa membawa Kenzo keluar. Karena guru itu pasti tidak akan mengizinkan anak didiknya keluar begitu saja. "Itu, Bu. Kenzo dipanggil ke ruang tata usaha."

"Oh, ya sudah. Kenzo silakan keluar."

Sosok yang dimaksud sedikit memicingkan mata, ia merasa ragu. Namun, akhirnya Kenzo bangkit dan menghampiri Yora.

"Ikut gue!" Yora menarik tangan Kenzo begitu saja, membawanya menuju halaman belakang. "Lo puas udah mempermalukan gue, hah? Gue tau, semua itu kerjaan lo! Dasar tukang sandiwara!"

"Maksud lo? Gue gak ngerti." Kenzo hanya memasang ekspresi tenang. Lelaki itu kadang memang pandai mengendalikan diri.

"Lo liat aja sendiri!" Sebuah video akhirnya terputar lagi di handphone Argiz. Yora tadi sengaja mengambil ponsel pemuda itu. "Lo sengaja, 'kan, rekam kejadian ini dan sebarin ke seluruh anak-anak di sekolah?"

Cowok tampan itu malah terkekeh. "Lo pikir aja sendiri, di dalam video itu nama baik gue juga tercoreng. Gue bukan cowok kurang kerjaan yang mau-maunya bikin video yang juga mempermalukan diri gue!" Setelah mengucapkan itu Kenzo hendak pergi meninggalkan Yora, tetapi langkahnya malah terhenti kala ia tak sengaja melihat sepatu di balik pohon di sekitar sana. Ternyata ada yang sedang menguping pembicaraan mereka dan Kenzo tahu siapa orang itu.

"Lo ngaku aja, deh. Buktinya lo gak jadi pergi dari sini. Pasti lo nyesel, kan? Dan berharap lo dapet maaf dari gue? Tapi sayangnya, gue gak semudah itu maafin lo!" seru Yora berbicara di belakang tubuh pemuda itu.

Namun, sesuatu tak terduga malah terjadi. Kenzo berbalik dan langsung mengangkat tubuh Yora ke dalam pelukannya. Raut wajah cowok itu juga berubah, yang tadinya datar kini seolah penuh perhatian. Yora sempat memberontak, tetapi tangan cowok itu terlalu kuat. "Tenanglah. Gue janji kita akan secepatnya melanjutan pertunangan kita yang sempat tertunda," ucap Kenzo semanis mungkin.

Masih dalam pangkuan pemuda itu, Yora terkejut. "Apa lo bilang? Lo gak war —"

Cup.

Sontak ucapan Yora terhenti karena Kenzo yang tiba-tiba mengecup bibirnya singkat, kemudian tersenyum bak cowok yang romantis terhadap pasangannya. "Sstt ... Jassie ada di sini. Jangan sampai dia merasa menang dengan melihat kita bertengkar," ucapnya berbisik.

Raut marah sekaligus terkejut akibat ciuman dadakan yang diberikan Kenzo, kini berubah menjadi mengernyit. Yora ingat siapa Jassie, dia adalah orang yang membuat dirinya terjebak dalam pertunangan ini. Walaupun Yora belum melihat wajah gadis itu, tetap saja dia membencinya.

Seketika senyuman di bibir Yora mengembang. "B-baiklah, gue serahin semuanya sama lo," timpal Yora mengikuti permainan Kenzo.

Sontak hentakan langkah kesal terdengar, Jassie sepertinya terpancing emosi setelah melihat acting mereka. Sekarang Kenzo dan Yora mampu melihat punggung gadis itu menjauh dengan berjalan kesal.

"Turununin gue!" titah Yora menggertak pada Kenzo setelah Jassie benar-benar pergi. Tanpa menunggu lama, Kenzo pun menurunkan gadis itu. Akan tetapi, cowok tersebut malah dihadiahkan tamparan keras oleh Yora.

"Kenapa lo nampar gue?" tanyanya seraya meringis.

"Karena lo udah seenaknya nyium gue!"

"Gue juga gak mau kalo bukan karena terpaksa! Itu semua supaya Jassie percaya. Nah, sekarang lo tau, 'kan? Apa gunanya pertunangan kita? Agar rencana gadis itu merasa gagal! Kalah! Agar keluarga gue tidak dipandang lemah. Agar perusahaan keluarga kita semakin kuat dan berkembang. Dan agar amanah kedua orang tua gue terjalankan. Tapi ternyata lo masih belum paham juga!"

Tomboy's PatnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang