Selamat membaca!!
.
.
.Pelajaran kimia kini sedang berlangsung di kelas X IPA 3, Bu Wati selaku guru kimia mereka tampak menjelaskan dengan serius. Murid yang mendengarkan sesekali mencatat poin penting yang diucapkan oleh beliau.
"... Paham?" tanya Bu Waty ketika ia sudah selesai menjelaskan materi.
"Paham, Bu." koor murid.
"Kalau begitu, buka halaman 129. Kerjakan soal latihannya di selembar kertas. Dikumpul hari ini juga." pinta beliau. "Saya keluar dulu, ada urusan sebentar. Jangan ribut, jangan keluar-keluar kelas, kalau mau izin ke ketua kelas." Lantas, wanita itu pergi meninggalkan ruangan kelas.
Suasana kelas mendadak ricuh. Beberapa diantaranya membentuk perkumpulan, dan murid baik nan rajin lainnya tetap di kursi mengerjakan tugas pemberian Bu Waty. Dan sayangnya, Andrea dan teman-teman bukan salah satu dari murid baik nan rajin itu.
Lihat saja, Aliyah dan Andrea sudah berbalik menghadap Vina dan Alice, sedangksn Dira menarik kursinya untuk duduk mendekat.
"Kerjain ke kita, Vin." ujar Andrea.
"Iya, Vin. Lo kan pintar tuh, bisa lah membantu kami para kawan-kawanmu yang tolol ini." timpal Dira.
"Malas gue." cetus Vina.
"Ayo dong Vin, siapa lagi yang bisa diandelin kimia diantara kita-kita selain elo?" melas Aliyah.
Alice menaikkan alisnya tak paham dengan jalan pikir keyiga temannya itu. "Pantesan aja lo pada persenitas begonya gak pernah kurang. Belum coba, udah langsung nyerah." omelnya sambil merobek pertengahan bukunya lantas mulai menuliskan namanya diatas kertas tersebut.
"Makin yakin gue kalau gue udah salah ambil jurusan." Andrea mendengus. Kalau saja sekolahnya masih memperbolehkan pindah jurusan, maka dengan senang hati ia akan pindah.
Andrea menatap buku paketnya tak minat. Kemudian mulai menulis soal di atas selembar kertas yang sudah ia robek sebelumnya. Begitu juga dengan temannya yang lain.
Ketika soalnya sudah selesai, ia pun mulai mengerjakan soal bermodalkan rumus pemberian Bu Waty.
1 menit..
2 menit...
3 menit...
5 menit...
10 menit...
"Ah, shit! Gue nyerah." umpat Andrea kala satu lembar kertas buram telah habis digunakan untuk mengerjakan satu soal.
Alice mendongak. "Coba liat kertas lo." Andrea pun menyerahkan kertas buramnya.
Tawa Alice meledak. "Kocak lo!"
Vina yang tadinya serius mengerjakan, nimbrung dengan menarik kertas buram Andrea dari tangan Alice. Tak berbeda dengan Alice, Vina juga tertawa. "Ini rumus untuk nomor 4 bego! Pantesan aja ga dapat."
Andrea mengendikkan bahunya acuh. "Intinya, gue nyerah. Kalian kerjain deh, gue tinggal nyalin entaran. Yah-yah?"
"Kalau gitu, gue juga." sahut Dira yang juga menyerah dengan soal-soal tersebut.
Aliyah berdecak. "Otak minimalis kayak gue mana paham soal beginian. Yaudah, serahin ke yang lebih paham deh."
Aliyah menyengir kala Vina dan Alice menatap mereka bertiga datar, sedangkan Andrea langsung mengambil novel dari tasnya----novel pemberian Dave semalam, dan Dira mulai mencantolkan headset yang terhubung dengan ponselnya ke telinganya lalu memulai rutinitasnya setiap waktu; menonton drakor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear You,
Teen Fiction*** Ini kisah tentang, Andrea Mevida. Seorang siswi biasa yang menyukai seorang pemuda yang notabenenya merupakan seorang famous di sekokahnya. Bukan tentang bagaimana ia mendapatkan hati sang pujaan hati, tapi tentang bagaimana ia berusaha merelaka...