Selamat membaca!!!
.
.
."Ah sialan lo, Lin." Andrea mengelap keringatnya yang bercucuran. Gadis itu menundukkan badannya dengan menumpu tangannya di lutut.
"Lah kok nyalahin gue?" balas Raylin tak terima. Gadis itu tanpa malu terduduk di tengah lapangan sebab lelah karena sudah berlari 4 kali keliling lapangan sekolah yang sangat luas. Belum lagi matahari yang bersinar seolah ingin ikutan untuk menghukum keduanya.
"Ini karena lo yang kelamaan mandi. Jadinya kita terlambat." kesal Andrea.
"Hallah, lo juga sama. Lo tadi makannya lelet banget."
"HEI, KALIAN BERDUA!" Serempak Andrea dan Raylin menoleh melihat Pak Tora yang berdiri di koridor meneriaki keduanya. "SEKARANG MASUK KE KELAS."
Refleks Raylin menarik tangan Andrea menuju sisi lapangan dimana tas mereka berada. "Eh anjir, lo gak bisa sabar? Tangan gue udah mau putus ini." Keluh Andrea.
Raylin mendecakkan lidahnya. "Rewel amat lo. " balasnya lalu melepas tangannya dari Andrea kemudian menyambar tasnya dengan cepat. Setelah ia sampirkan di bahunya, ia melirik ke arah Andrea yang tampak santai menggunakan tasnya. "Astaga, lo gak mikir yah?"
"Apa sih? Kalau terlambat, terlambat aja. Ck!"
Plak! Raylin langsung menabok lengan Andrea keras hingga membuat sahabatnya itu mengaduh kesakitan. "Jam pelajaran pertama di kelas gue itu Bu Waty. Kalau dia deluan masuk dari gue, bisa-bisa hukuman gue ditambah."
"Yah terus? Urusan gue apa?" kesal Andrea mengusap-usap lengannya yang merupakan bekas pukulan Raylin.
"Ah tau deh! Gue deluan." geram Raylin kemudian melesat cepat menuju kelasnya meninggalkan Andrea yang hanya menatap datar kepergian sahabatnya itu.
Andrea pun melangkahkan kakinya santai untuk menuju kelasnya, tak peduli kalau proses belajar mengajar di kelasnya sudah berlangsung. Ia tak ingin ambil pusing, kalau dihukum yaudah pasrah aja. Jangan tiru, heheh!
"Tumben terlambat."
Andrea menoleh. Lantas ia tersenyum. "Eh, Rafli." sapanya kepada pemuda yang menyapanya tadi. "Iya nih, tadi macet."
"Ohh.." Kini, antara Rafli dan Andrea sedang berjalan bersisian menuju ruangan kelas mengingat bahwa keduanya sekelas dimana Rafli sebagai ketua kelas dan Andrea sebatas anggota yang ikut andil dalam menambah tugas ketua kelas---berbuat ribut.
"Itu apaan ?" Andrea bertanya kala melihat Rafli yang membawa setumpuk kertas.
"Surat." jawab Rafli seadanya.
Andrea berdecak. "Iya, gue tau surat. Tapi surat apa dulu Bambangg?"
Terdengar kekehan dari Rafli hingga menampilkan lesung pipinya yang dalam. "Surat izin ortu."
"Buat?"
"Camp minggu depan."
"Hah?!"
"Jangan bilang lo lupa." sergah Rafli teringat dengan sifat Andrea yang pelupa.
"Seriusan? Anjir! Gue kira bulan depan."
"Kalau Bulan depan itu pensi. Gimana sih?"
Andrea meringis. "Ahshit. Perlu di perbaharui nih otak gue." ucapnya sambil menepuk-nepuk dahinya.
"Untung cepat nyadarnya."
"Mana gue belum ngasitau nyokap lagi. Sial. Sial. Sial. Gam bakalan dikasih ijin nih pasti." gerutu Andrea tak peduli ucapan Rafli.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear You,
Fiksi Remaja*** Ini kisah tentang, Andrea Mevida. Seorang siswi biasa yang menyukai seorang pemuda yang notabenenya merupakan seorang famous di sekokahnya. Bukan tentang bagaimana ia mendapatkan hati sang pujaan hati, tapi tentang bagaimana ia berusaha merelaka...