Selamat membaca!!
.
.
.
"Tenang, lo tetep cantik kok."Serangan jantung menerpa Andrea lagi. Jantungnya berdetak tak karuan, bersama wajahnya yang makin panas saja.
"Kalau dilihat sambil tutup mata tapi. Haha..." lanjut Dave. Pemuda itu tertawa.
"Sialan!" gumam Andrea.
Lantas, Andrea beranjak dari kursi ingin meninggalkan Dave yang menertawai dirinya. Maluuu..
"Eh, eh, lo mau kemana?" Dave mencegah Andrea dengan menarik pergelangan tangan gadis itu.
"Mau berak." ketus Andrea.
"Gue cebokin, kuy!"
"Habis itu poop nya kakak yang makan, yey!" cetus Andrea tertawa senang.
"Okay." jawab Dave kalem. "Tapi, bagi dua kita. Gue tuh gak egois, gue tau lo pengen."
"Ambigu anjir!" kesal Andrea namun tak urung membuat gadis itu ikut tertawa. "Udah ah, gue mau balik dulu ke penjara kudus. Bhay, kak."
Penjara kudus yang dimaksud Andrea adalah ruangan kelasnya. Gadis itu pun melangkah meninggalkan Dave.
Sembari melangkah, ia melihat ke sekeliling. Saat tak menemukan Aliyah ataupun teman-temannya di sekitaran koridor, Andrea menghela nafas lega. Pasalnya, ia tak ingin kedekatannya dengan Dave diketahui oleh mereka dan malah akan menimbulkan masalah.
Tak ada ingin Andrea untuk ingkar janji, tapi entah kenapa Dave selalu seolah mendekat. Andrea tak bisa menolak karena ia menyukai pemuda itu. Berulang kali ia menjauh, namun terasa sulit ia rasa.
Tapi, kalau misalnya disuruh milih antara solidaritas atau cinta, dengan senang hati Andrea akan menjawab solidaritas. Lagipula ia pikir, Dave itu sulit digapai. Dekat aja udah syukur. Mustahil buat bareng.
Ia pun kembali melangkahkan kakinya masuk kelas, dan Aliyah masih belum masuk.
"Aliyah mana?" tanyanya terduduk di kursinya.
"Lah? Kok lo nanya ke kita? Perasaan tadi kalian ngelakuin drama india deh---kejar-kejaran." jawab Alice. Gadis itu kembali memainkan ponselnya.
Andrea mendengus. "Tadi emang gue ngejar dia. Tapi, dia keduluan. Hilang jejak deh gue." jelasnya. "Ah, novel gue berakhir tragis sama kunyuk 'ntar."
"Udah tau Aliyah maniak novel gak modal, masih aja ditunjukin. Lo sih yang bego disini." cibir Vina. "Udah, udah! Ini udah siap kita kerjain, lo jadi nyalin gak? Kalau gak, biar gue kumpul."
"Eh, jadilah!"
"Ye, dasar! Maunya yang praktis doang."
👓
Sore hari di kamar Andrea, gadis itu tengah berbaring di kasurnya sambil membaca novel kedua pemberian Dave. Novel yang dirampas Aliyah tadi masih belum dikembalikan, gadis itu tidak menampakkan batang hidungnya selepas kejar-kejaran tadi. Entah kemana. Padahal kan ia belum siap baca, dalam hati ia ingin mencakar-cakar wajah sahabat laknatnya itu.
Sudah ada berapa jam lamanya ia di kamar---semenjak pulang sekolah--- bersama dengan camilan dan novelnya. Beruntung Mamanya tengah di butik, jadi ia lebih leluasa.
Hingga suara ponsel milik Andrea berbunyi membuat gadis itu tersentak kaget. Ia melirik layar ponselnya yang tadi ia letakkan asal di kasur, terpampang id caller 'Mama Cantiq'. Ia pun langsung mengambil ponselnya kemudian menggeser ikon hijau, tak lupa meletakkannya di telinga kanannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/181499097-288-k225091.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear You,
Teen Fiction*** Ini kisah tentang, Andrea Mevida. Seorang siswi biasa yang menyukai seorang pemuda yang notabenenya merupakan seorang famous di sekokahnya. Bukan tentang bagaimana ia mendapatkan hati sang pujaan hati, tapi tentang bagaimana ia berusaha merelaka...