BAB 5

40 10 0
                                    

Selamat membaca!
.
.
.

Setelah beberapa jam berkutat di depan laptop, Andrea melangkahkan kakinya keluar ruangan. Bel pulang sekolah sudah berbunyi 1 jam lalu, namun sekolah masih tampak ramai. Banyak siswa-siswi yang berlalu lalang, dan semuanya tampak seperti sibuk sekali. Mungkin dikarenakan hari perayaan ulang tahun sekolah sudah dekat.

Langkah kaki Andrea ia arahkan menuju kelasnya guna mengambil tasnya. Setelahnya, ia akan pulang ke rumah dikarenakan belum permisi kepada orangtuanya. Sebelum ia benar-benar pulang, Andrea pergi menemui Miko untuk permisi pulang lebih cepat.

"Kak, Rea pulang deluan yah." pamitnya ketika Miko melontarkan pertanyaan 'ada apa'.

"Kenapa?"

"Belum permisi ke orangtua kak. Takut mereka nyariin." jawabnya.

"Kan bisa ngabarin lewat handphone."

"Rea gak bawa hp, kak. Ketinggalan."

"Yaudah, pake hp gue aja. Lo hafal kan nomor bokap atau nyokap lo?" saran Miko agar Andrea tidak cepat pulang. Bukan apa-apa, hanya saja ia tidak mau beberapa anggotanya yang tak ia perbolehkan pulang merasa tidak adil.

"Bolehin aja, Ko..." Andrea dan Miko serentak menoleh ke sumber suara dan mendapati Dave yang saat itu tengah berdiri di samping Miko.

"Masalahnya, gak mungkin kan dia gue bolehin pulang, sedangkan anggota gue yang lain enggak. Kan lo udah liat sendiri tadi. Yang ada, gue dikatain gak adil." balas Miko.

Dave menengok ke arah Andrea yang gusar, kemudian beralih ke arah Miko. "Ketua siapa? Elo kan? Mereka gak ada hak ngatur lo, lagipula yang minta izin pulang sama lo tadi alasannya ngawur. Dia kan udah jelas alasannya." ujar Dave membela Andrea.

"Iya juga, sih. Tapi kan-"

"Duh.. Lo tau gak semalam dia pulang jam berapa? Jam delapan. Masa iya sekarang pulang malam juga? Bisa dicap gak bagus sekolah ini sama orangtua dia. Harusnya lo paham, lah." Dave melirik ke arah Andrea yang masih tetap menatap mereka berdua dengan tatapan penuh harap.

Miko tampak berpikir. Dan beberapa detik kemudian menganggukkan kepalanya. "Lo boleh pulang."

Mendengar keputusan Miko, senyuman senang bercampur lega terpancar dari wajah Andrea. "Makasih, kak."

Miko menganggukkan kepalanya. "Iya, tapi ingat sama tugas yang gue kasih ke elo. Paham?"

"Paham, kak." Andrea menganggukkan kepalanya semangat. Kemudian, ia beralih menatap Dave. "Makasih, kak."

Dave tersenyum hangat sembari mengganggukkan kepalanya. Kemudian, tangan pria itu terulur mengacak rambut Andrea. "Hati-hati, yah."

Mendadak, Andrea mematung sejenak. Darahnya bedesir dan pasti bersama debaran yang lebih kuat dari yang sebelumnya. Lidahnya kelu tak mampu mengucapkan sepatah kata pun.

"Rea!" panggil Miko menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Andrea membuat gadis itu tersentak. "Lo gapapa?"

"Gapapa kok, kak." jawabnya cepat. "Rea pulang yah, kak."

Dan, dengan secepat mungkin, Andrea melangkahkan kakinya meninggalkan 2 pemuda yang masih berdiri di tempatnya menatap punggung Andrea yang kian menjauh dari pandangan.

"Lo ada hubungan apa sama dia?" tanya Miko menoleh ke Dave ketika sosok Andrea sudah tak tampak lagi.

Dave mengidikkan bahunya. "Sebatas kakak sama adek kelas mungkin." santainya.

Alis Miko terangkat satu. "Kok gue kayak gak percaya, yah?"

"Maksudnya?"

"Sikap lo ke dia beda banget, bisa dibilang perhatian gitu. Terus, cara lo natap dia, juga beda. Kayak ada makna tersirat gitu." jelas Miko.

Dear You,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang