BAB 6

45 7 0
                                    

Selamat membaca!!!
.
.
.

Di sebuah taman, tepatnya dibelakang rumah kepemilikan Andrea, gadis itu terduduk bersantai di sebuah ayunan kecil. Kini gadis itu tampak santai disebabkan tugas yang diberikan padanya sudah selesai berkat begadang dan bantuan oleh Aliyah. Sungguh ia bersyukur, kalau saja Aliyah tidak datang kemungkinan ia akan menghabiskan weekendnya di kamar bergulat bersama laptop.

Mengenai Aliyah, yahh Andrea masih memikirkan janjinya dengan gadis itu semalam kalau bahwasanya ia tidak akan jatuh cinta pada pemuda yang bernama Dave. Padahal kenyataannya, ia sudah menaruh rasa kagum pada Dave sejak ia pertama kali memasuki sekolah menengah atas. Dan tanpa dipinta, kagum itu berubah menjadi perasaan yang tak terdefinisi.

Pacar? Baiklah, Andrea sudah putus dengan pacarnya itu, Farhan. Bahkan sudah seminggu lebih, namun tak ada satupun teman-temannya yang tau akan itu. Andrea sendiri yang memutuskan. Kenapa? Karena dia tak ingin menjalin hubungan dengan seseorang yang sudah tidak ia cintai lagi. Dan alasan kenapa perasaan itu bisa pudar dikarenakan kurangnya komunikasi. Kalau misalnya chatan pun pasti hanya sekilas, dan hal itu terjadi selama sebulan.

Soal galau, patah hati, nangis mewek, Andrea sudah merasakan itu. Dan kini perasaannya sudah lebih baik, yah walau kadang teman-temannya membuatnya teringat.

Dave... perihal pemuda itu, ia sendiri tak paham kenapa akhir-akhir ini Dave bersikap perhatian padanya. Yah! Untuk setiap sikap Dave, Andrea sebut itu perhatian. Dan terang saja ia baper. Namun setiap kali mengingat Aliyah, perasaan dan logikanya langsung berseteru.

Setiap kali Andrea memikirkan hal itu, ia selalu berpikir untuk mundur saja dan memilih untuk Aliyah maju mendekati Dave. Ia pikir solidaritas itu penting, kalau soal cinta bisa datang dengan sendirinya.

"Sampe kapan lo harus nyembunyiin perasaan lo? Aliyah mesti tau. Dua orang sahabat itu wajar menyukai pria yang sama."

Begitu kata Alice setiap Andrea mencurahkan isi hatinya. Sebenarnya, kata-kata Alice ada benarnya juga. Tapi, ia lebih memilih untuk merahasiakannya. Itu yang dikatakan oleh pikirannya.

Ting!!

Lamunan Andrea langsung buyar. Segera gadis itu mengecek ponselnya. Ketika melihat notifikasi yang terpampang, refleks gadis itu membulatkan matanya tidak percaya. Antara percaya atau tidak percaya atas apa yang dilihat oleh matanya sendiri, Andrea langsung memastikannya.

dave.alviero mulai mengikuti Anda 1menit

Andrea menutup mulutnya menahan teriakan yang hampir saja lolos dari mulutnya. Ia tak menyangka kalau Dave memfollow backnya di akun instagram pribadi miliknya.

Dan kehebohan Andrea terjadi saat notifikasi Dave yang menyukai keseluruhan postingannya memenuhi layar ponselnya. Kalau saja tak mengingat jika Ayah dan Ibunya sedang berada di rumah, mungkin Andrea akan berteriak sekeras mungkin.

Andrea menggigit bibirnya; menahan mulut yang gatal ingin berteriak. Bahkan untuk hal seperti ini saja, jantung Andrea dapat berpacu sebagaimana ketika ia berjumpa dengan Dave.

"Ok fiks, bisa ngidap penyakit jantungan nih gue kalau gini terus." gumamnya memegang dadanya. Kalau begini terus, mungkin ia akan sulit untuk menepati janjinya pada Aliyah. Namun ia akan berusaha, ia yakin untuk itu.

👓

"Ma, Rea pergi dulu yah!!" pamit Andrea sembari menuruni undakan tangan untuk menghampiri Rani yang tengah memasak untuk makan malam.

Rani menghentikan gerakannya kemudian menatap anak gadisnya yang kini sudah berpakaian rapi; casual. "Jangan pulang kemaleman, yah. Ingat hp kamu jangan dinonaktifin. Kalau Mama telepon, diangkat."

Dear You,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang